TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Karya Seniman Indonesia Dipajang di Eco Path Nuanu

Mereka mendapatkan dana sebesar Rp100 juta

Karya Aditya Wisesha dengan judul Beneath the trees. Above the ground (Dok.IDN Times/istimewa)

Tabanan, IDN Times – Delapan karya para seniman Indonesia dipamerkan di Eco Path Nuanu bertajuk Adicitta Buana. Seniman tersebut di antaranya Aditya Wisesha, Alfiah Rahdini, Dhoni Yudhanto, I Gusti Ngurah Diva Nayaka, Koko Sondaka, Octo Cornelius Tri Andriatno, Tempa (Putud Utama & Rara Kuastra), dan Wisnu Ajitma. Mereka juga menerima dana sebesar Rp100 juta, akomodasi dan berbagai akses ke ekosistem Nuanu setelah menjalani program residensi selama dua bulan.

Karya Octo Cornelius Tri Andriatno dengan judul Sahaja (Dok.IDN Times/istimewa)

Pendiri Nuanu, Sergey Solonin, mengatakan Pameran Residensi Seni ini menampilkan lanskap seni Bali dan Indonesia. Program ini tidak hanya menawarkan platform untuk ekspresi artistik, tetapi juga untuk memahami, mengatasi tantangan, kebutuhan, dan aspirasi seniman di wilayah ini.

“Satu misi utama kami sebagai kota kreatif adalah memastikan seniman merasa dihargai, diakui, dan diberdayakan untuk menjelajahi kreativitas mereka secara bebas,” ungkapnya, Senin (25/3/2024).

1. Karya seni menjadi instalasi permanen di Eco Path

Karya Alfiah Rahdini dengan judul Tatiana Laras (Dok.IDN Times/istimewa)

Kurator Pameran Residensi Seni, Ignatia Nilu, mengatakan delapan karya seni ini akan menjadi instalasi permanen di Eco Path, daerah bantaran sungai di Nuanu. Mereka ingin memperlihatkan simbiosis antara seni dan alam di dalam ekosistem hutan kepada pengunjung. Taman ini akan terbuka untuk umum setelah Nuanu dibuka resmi pada Juli 2024 mendatang. Beberapa karya tersebut di antaranya:

  1. Aditya Wisesha dengan judul Beneath the trees. Above the ground
  2. Alfiah Rahdini dengan judul Tatiana Laras
  3. I Gusti Ngurah Diva Nayaka dengan judul Cilinaya
  4. Koko Sondaka dengan judul Akar dan Embun
  5. Octo Cornelius Tri Andriatno dengan judul Sahaja
  6. Wisnu Ajitma dengan judul Self Sacrifice
  7. Dhoni Yudhanto dengan judul Santosha
  8. Tempa (Putud Utama & Rara Kuastra) dengan judul IN [FINITY].

2. Fokus pada praktik seni dengan visi sosio-ekologis yang inovatif

Karya I Gusti Ngurah Diva Nayaka dengan judul Cilinaya (Dok.IDN Times/istimewa)

Nuanu ingin menunjukkan warisan seni Indonesia yang kaya, sekaligus bentuk dedikasi untuk menumbuhkan bakat-bakat lokal lewat program ini. Dengan menyediakan wadah bagi seniman untuk berekspresi dan berproses kreatif, sekaligus menggaungkan suara seniman-seniman ini ke dunia.

Karya Wisnu Ajitma dengan judul Self Sacrifice (Dok.IDN Times/istimewa)

Menurut Sergey, residensi ini menawarkan kesempatan bagi seniman untuk mendalami tema perubahan ekologi, hubungan manusia dengan alam, dan kemajuan teknologi. Para seniman yang terpilih dilibatkan dalam diskusi multidisiplin, dan bereksperimen dengan praktik pembuatan seni berkelanjutan, menciptakan karya seni yang menyatu dengan ruang alam sambil melakukan interaksi, dan dialog dengan lingkungan sekitar. Residensi ini terinspirasi dari Bali sebagai entitas budaya.

"Kami mencoba menemukan format pembelajaran budaya yang fokus pada pengembangan ide dan praktik seni dengan visi sosio-ekologis yang inovatif,” katanya.

Berita Terkini Lainnya