Percayalah, Butuh 20 Anjing Untuk Menghasilkan Satu Mantel Bulu

Kamu bangga punya mantel bulu? Baca dulu nih faktanya

Bulu hewan bukanlah barang baru di industri fashion. Desainer kenamaan dalam hingga luar negeri banyak yang menggunakan bulu hewan sebagai bahan bakunya. Harganya juga terbilang fantastis. Mulai selebriti hingga orang berduit juga banyak yang berburu mantel bulu karena dianggap bisa menaikkan status sosial.

Tapi, apakah kamu tahu bagaimana kisah pilu di balik pembuatan bulu mantel tersebut? Simak ulasannya berikut ini.

1. Hewan apa saja dan berapa jumlahnya untuk memproduksi satu mantel?

Percayalah, Butuh 20 Anjing Untuk Menghasilkan Satu Mantel BuluPexels.com/Tirachard Kumtanom

Baca Juga: Bukan Hanya Anjing, Inilah Deretan Hewan yang Bisa Tularkan Rabies

Ada banyak jenis hewan yang dijadikan sebagai bahan baku pembuatan mantel bulu. Di antaranya rubah, kelinci, cerpelai, posum, tupai, serigala, lynx, musang, rakun, berang-berang hingga anjing dan kucing.

Dilansir dari Peta, ada 1 miliar kelinci per tahun yang dibunuh untuk memenuhi permintaan mantel bulu, lebih dari 50 miliar cerpelai, serta 2 miliar kucing dan anjing.

Lantas berapa jumlah hewan yang dibutuhkan untuk membuat satu mantel? Mengutip dari Respectforanimals.org dan Animalsaustralia.org, jumlah hewan yang dibutuhkan untuk memproduksi satu mantel tergantung dari ukuran binatang itu sendiri.

Untuk gambaran kasarnya dibutuhkan 30-40 rakun, 60-70 musang kecil, 200-400 tupai, 15-20 anjing atau kucing, 8-12 lynx, 10-16 berang-berang, 30-40 kelinci, 10-20 rubah, 30-70 cerpelai, 30-40 kelinci, 6-12 seal, dan masih banyak lagi.

Biasanya cerpelai akan dibantai ketika baru berusia 5 bulan, sementara rubah pada usia 9 bulan, dan seal akan dieksekusi pada rentang usia 12 hari hingga 12 bulan. Setelah dikuliti, bulu-bulu hewan malang ini akan diberi bahan kimia beracun supaya tetap awet dan mencegah pembusukan ketika disimpan di lemari pakaian.

2. Hewan ini diburu dari alam liar

Percayalah, Butuh 20 Anjing Untuk Menghasilkan Satu Mantel BuluPexels/Caio Resende

Dilansir dari Furfreealliance.com, jebakan yang dipasang untuk menangkap hewan ada banyak macamnya. Mulai dari leg hold traps (Jebakan kaki), drowning sets (Jebakan pemberat yang akan membuat hewan tenggelam), connibear traps (Jebakan yang akan meremukkan tulang leher), trapping risks. Masih belum punya bayangan bagaimana cara kerja jebakan ini?

Jebakan biasanya akan mengenai kaki atau bagian tubuh dari hewan. Tidak bertujuan untuk membunuh hewan, namun untuk melukai. Mereka yang terjebak akan didiamkan beberapa hari tanpa makan minum, dan bisa juga terancam dari predator lain (Karena biasanya pemburu akan datang mengecek perangkap dalam rentang waktu 1-14 hari).

Banyak hewan yang mencoba berbagai cara untuk bisa meloloskan diri dari jebakan. Menggigit perangkap sampai gigi mereka terlepas, mematahkan tulang sendiri, hingga memutilasi bagian tubuh yang terjepit supaya bisa bebas. Pada akhirnya banyak hewan yang mati karena shock, hypothermia, kelaparan, dan kehabisan darah.

3. Hampir 85% bahan baku bulu hewan diambil dari fur farm, peternakan khusus menangkar hewan-hewan yang akan diambil bulunya

Percayalah, Butuh 20 Anjing Untuk Menghasilkan Satu Mantel BuluPexels.com/Pixabay

Perburuan hewan liar bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan bulu hewan. Data mengerikan dari Peta, menunjukkan 85% bahan baku bulu hewan didapatkan dari fur farm. Peternakan ini tersebar di beberapa negara seperti Denmark, Tiongkok, Belanda, Spanyol, Amerika, Rusia, Polandia, dan Finlandia. Hewan liar pun diternakkan untuk memenuhi permintaan pasar, seperti rubah, cerpelai, anjing, kucing, dan musang.

Jangan berharap bahwa nasib hewan yang ada di peternakan lebih mujur ketimbang hewan yang dibunuh di alam liar. Mereka dipelihara selama 6-10 tahun lamanya, dan ditempatkan di kandang yang tak lebih besar dari tubuh mereka. Harus hidup di kandang kecil dan bercampur dengan urin dan feses menciptakan sanitasi yang sangat buruk.

Banyak hewan yang stres, agresif, terserang penyakit karena sistem imun yang menurun (Tidak ada vaksin), berlaku kanibal dengan memakan sesamanya, hingga ada yang memilih untuk memutilasi dirinya sendiri.

Buruknya perlakuan kepada hewan di fur farm ini membuat banyak dari hewan yang buta, tuli, mandul, dan cacat. Perlakuan tak manusiawi tidak hanya sebatas pada ukuran kandang yang sangat sempit.

Namun juga penempatan kandang terbuka, di mana mereka langsung terpapar panas menyengat dan udara dingin yang menusuk tulang.

4. Cara pembunuhan hewan ini di luar batas: disetrum hingga dikuliti hidup-hidup

Percayalah, Butuh 20 Anjing Untuk Menghasilkan Satu Mantel Buluunsplash.com/Victor Larracuente

Penderitaan hewan ini tak berakhir begitu saja. Proses eksekusi mati juga tergolong sangat kejam. Proses yang digunakan untuk membunuh hewan malang ini adalah diracun dengan gas monoksida dan karbon dioksida, disetrum, hingga dihancurkan tulang lehernya.

Rangkaian metode tersebut sengaja dilakukan supaya hewan yang mati tetap dalam kondisi tubuh dan bulu yang 'sempurna'.

Cara kematian ini juga diklaim terbaik karena hewan tak merasakan sakit. Faktanya, banyak hewan yang hanya lemas saja ketika dibunuh dengan gas beracun. Pada akhirnya, mereka akan dikuliti dalam keadaan masih hidup. Pernahkah kamu membayangkan bagaimana sakitnya ketika kulit dipisahkan paksa dari tubuh sendiri?

Selain itu cara eksekusi dengan aliran listrik juga menyakitkan dan dianggap sebagai bentuk kekejaman terhadap hewan. Alat penjepit akan dipasangkan di bagian mulut, sementara batang logam akan dimasukkan di bagian anus. Sehingga listrik akan mengaliri tubuh hewan secara merata.

Dilansir dari Peta, hanya New York yang menganggap bahwa penyetruman pada hewan adalah cara ilegal. Sedangkan wilayah lain masih melegalkan metode ini.

5. Hewan punya hak hidup yang sama seperti manusia. Setarakah pengorbanan nyawa mereka demi kebutuhan fashion semata?

Percayalah, Butuh 20 Anjing Untuk Menghasilkan Satu Mantel BuluPexels/Burst

Baca Juga: Desa Sanur Keluarkan Aturan Pelarangan Konsumsi Anjing

Bulu hewan ini sebenarnya bukan satu-satunya bahan baku utama. Padahal masih banyak bahan sintetis lain yang bisa jadi penggantinya. Desainer papan atas dunia seperti Todd Oldham, Calvin Klein, Giorgio Armani Stella McCartney, Vivienne Westwood, Tommy Hilfiger, bahkan tidak menggunakan bulu hewan sebagai bahan bakunya. Meski begitu, toh, produk tetap laku dan fashionable.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya