Tak Hanya Belerang, ini Penyebab Ikan di Danau Batur Mati

Nasib Danau Batur dikhawatirkan tidak akan lama

Bangli, IDN Times - Sekitar 6,2 ton ikan nila di keramba Danau Batur, Bangli mati mendadak, Senin (15/7) lalu. Munculnya belerang ke permukaan disebut sebagai faktor penyebabnya. Namun, ada faktor lain yang menyebabkan ikan-ikan itu mati. Yaitu adanya amonia yang mengendap di dasar danau.

1. Hasil temuan itu berasal dari tim Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana yang meneliti Danau Batur selama enam bulan

Tak Hanya Belerang, ini Penyebab Ikan di Danau Batur MatiDok.IDN Times/Istimewa

Tim dari Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Udayana (Unud) turun melakukan penelitian sejak bulan April sampai Desember 2017 lalu, atau kurang lebih selama enam bulan. Penelitian tersebut bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli. Hasil penelitian itu diberi judul “Kajian Daya Dukung Dan Zonasi Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Batur, Kabupaten Bangli”.

Gde Raka Angga, anggota tim penelitian tersebut, mengatakan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah maksimum keramba yang diperbolehkan di Danau Batur dan di mana saja tata letaknya, serta memetakan di mana saja sebaran belerang dan kenapa ikan bisa mati setiap tahun.

"Kami meneliti selama enam bulan April-Desember 2017, kita ambil data di sana," kata pria yang kini menjadi dosen di Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan FKP Unud, saat ditemui di Denpasar, Kamis (18/7).

2. Kandungan belerang atau sulfur akan selalu ada dan terjebak di dasar danau

Tak Hanya Belerang, ini Penyebab Ikan di Danau Batur MatiDok.IDN Times/Istimewa

Gunung Batur merupakan danau kaldera dari Gunung Batur yang meletus ratusan tahun silam. Sehingga kandungan belerang di dasar danau akan terus ada sepanjang tahun. Namun ada satu hal yang menarik. Yaitu bagaimana kandungan air belerang di dasar danau ini bisa naik ke permukaan?

Mulanya, penelitian ini dilakukan dengan mengukur suhu kedalaman Danau Batur. Hasilnya, dari 35 titik sampel yang diambil, suhunya hampir semua merata yakni di kisaran 23 derajat celcius. Kemudian saat menggunakan citra satelit, hasilnya juga sama. Suhu kedalaman Danau Batur tidak berubah.

Setelah mengukur suhu kedalaman, maka dilanjutkan dengan mengukur suhu permukaan Danau Batur. Dapat diketahui bahwa suhu permukaan pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan September mengalami penurunan dari normalnya 26 derajat celcius. Hasil tersebut juga dipastikan lewat citra satelit dalam kurun waktu empat tahun ke belakang. Penurunannya bisa sampai di bawah 23 derajat celcius.

Ketika suhu air lebih dingin, maka massanya akan lebih berat. Mengingat suhu di kedalaman danau tidak pernah berubah, maka air di kedalaman massanya lebih ringan dari permukaan. Akibatnya, air yang massanya ringan ini akan naik ke permukaan dan bertukar dengan air yang massanya lebih berat. Kalau kalimat ini disederhanakan, maka terjadi pertukaran posisi air. Air yang mulanya di kedalaman menjadi naik ke permukaan, dan sebaliknya.

Air di kedalaman itu turut membawa kandungan belerang dari dasar danau beserta zat-zat lain yang ikut terlarut. Dari penelitian-penelitian sebelumnya, kadar oksigen di Danau Batur hanya sampai di kedalaman tujuh meter dari atas permukaan. makin ke bawah, kadar oksigennya semakin tipis.

3. Selain belerang, ikan mati karena kandungan amonia dari dasar danau

Tak Hanya Belerang, ini Penyebab Ikan di Danau Batur MatiDok.IDN Times/Istimewa

Air dari kedalaman danau yang naik ke permukaan karena perubahan suhu, justru menimbulkan permasalahan. Indikatornya bermula saat tim melakukan wawancara kepada masyarakat. Mereka melihat air danau berubah warna menjadi lebih putih, dan ada hembusan angin yang sangat kencang.

"Hampir semua masyarakat yang kita tanya mengatakan air danau akan berubah warna dan ada hembusan angin kencang," ungkapnya.

Selain belerang, di dasar danau juga terdapat kandungan amonia. Zat beracun ini berasal dari sisa pakan, feses ikan, dan sumber pertanian seperti pupuk yang masuk ke perairan. Bahan-bahan ini terperangkap di dasar danau, mengendap dan berubah menjadi amonia. Ia akan terus terperangkap di dasar danau, hingga naik ke permukaan setelah adanya perubahan suhu di permukaan.

"Jadi ikan tersebut mati karena oksigen yang tipis karena kandungan belerang serta teracuni amonia yang dari dasar danau," jelasnya.

4. Butuh kalender periodik untuk menentukan kapan tebar benih dan panen

Tak Hanya Belerang, ini Penyebab Ikan di Danau Batur MatiDok.IDN Times/Istimewa

Untuk itu, penelitian ini merekomendasikan agar pemerintah dan masyarakat membuat kalender periodik tebar benih dan panen ikan. Menurutnya, waktu yang tepat untuk menebar benih adalah setelah September dan panen ikan sebelum Juni.

Pada intinya, kejadian alam semacam itu tidak bisa dimodifikasi, tetapi bisa dihindari dengan cara mengetahui siklusnya. Sayangnya masyarakat ketika mendapatkan sosialisasi seperti ini masih tidak percaya. Sehingga kejadian itu (Ikan mati) akan terus berulang setiap tahunnya.

"Kalau bisa tebar ikan setelah September sehingga panennya April dan Mei. Itu pernah kami terapkan dan berhasil. Ketika kita sosialisasikan konsep itu, mereka belum bisa terima konsep ini," ungkapnya.

5. Danau Batur ibaratnya mangkuk yang menampung air bersama zat berbahaya, dan tidak bisa keluar. Perlu diistirahatkan dulu di bulan Juni hingga September

Tak Hanya Belerang, ini Penyebab Ikan di Danau Batur Matiflickr.com/Avlxyz

Selain itu, pada bulan Juni hingga September juga bisa dimanfaatkan untuk mengistirahatkan perairan Danau Batur. Karena bulan tersebut adalah waktu yang tepat untuk menguraikan larutan zat-zat dari dasar danau ketika air naik ke permukaan.

Apalagi Danau Batur tidak memiliki saluran pembuangan air keluar dan masuk. Ibaratnya seperti air dalam mangkuk beserta kandungan-kandungan lain terperangkap dan tidak bisa keluar. Sehingga pada bulan tersebut waktu yang tepat untuk zat-zat yang terlarut di dasar danau terurai dengan naik ke permukaan.

"Budidaya adalah memelihara air. Di danau kita tidak bisa memelihara tapi bisa mengistirahatkan. Saat membersihkan dirinya dengan adanya pengadukan alami itu," katanya.

6. Keramba hanya cocok dipasang pada satu persen dari luas keseluruhan danau

Tak Hanya Belerang, ini Penyebab Ikan di Danau Batur Matitravelingyuk.com

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa keramba hanya cocok dipasang pada satu persen dari luas keseluruhan danau. Itu pun hanya boleh dilakukan di pinggiran danau. Ukurannya harus selebar 4x4 meter dengan kedalaman 3,5 meter. Jumlahnya tidak boleh lebih dari 10 ribu lubang keramba.

"Kita hanya merekomendasikan satu persen dari luas danau. Itu pun di sekitar pesisirnya saja," katanya.

Raka menduga saat ini jumlah keramba di Danau Batur lebih dari angka yang direkomendasikan. Selain itu, pembudidaya juga lebih suka menggunakan pakan tenggelam yang lebih murah. Ini berbahaya karena pakan akan langsung ke dasar danau jika tak dimakan oleh ikan semuanya.

"Rekomendasi harus ada tebar dan panen. Kita tak bisa melawan alam tapi bisa dihindari. Ketika menggunakan konsep itu, mereka belum bisa terima dan tak percaya," ujar dia.

Maka ke depannya, ia berharap masyarakat lebih peduli dengan kelangsungan danau. Pasalnya jika cara-cara lama masih digunakan, ditakutkan nasib Danau Batur tidak akan bertahan lama menjadi danau karena habitatnya rusak. Akibatnya budidaya ikan nila akan hilang dan masyarakat yang dirugikan.

Baca Juga: 6,2 Ton Ikan Nila di Danau Batur Mati Akibat Belerang

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya