5 Sarana Menangkal Hujan, Gak Perlu Sewa Pawang Hujan

Entah berhasil atau tidak, tapi ada yang percaya lho

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Jasa pawang hujan kini sedang naik daun karena MotoGP Pertamina Grand Prix of Indonesia di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Fokus perhatian MotoGP tidak hanya pada para pembalapnya saja, tetapi juga seorang pawang hujan bernama Rara Istiani Wulandari.

Saat hujan turun sebelum balapan dimulai, Rara menjadi sorotan kamera ketika menjalankan aksinya di depan area dock pembalap. Karena sirkuit diguyur hujan sebelum balapan. Rara mendapatkan pujian karena dianggap berhasil meredakan hujan.

Pawang hujan memang sudah dikenal sejak dahulu di Indonesia. Selain pawang hujan, sarana-sarana tradisional juga dipercaya dapat menangkal turunnya hujan di suatu tempat atau lokasi tertentu. Berikut 5 sarana menangkal hujan, tanpa sewa pawang hujan.

Baca Juga: 5 Fakta Mangkuk yang Dibawa Rara di Sirkuit Mandalika

1. Menggunakan sarana dupa

5 Sarana Menangkal Hujan, Gak Perlu Sewa Pawang Hujanilustrasi dupa (pixabay.com/truthseeker08)

Dupa termasuk sarana yang paling umum digunakan untuk menangkal hujan di Bali. Dupa merupakan simbol Hyang Agni (Dewa Api). Namun yang digunakan bukanlah dupa biasa. Melainkan dupa yang sudah dipasupati atau diberikan energi khusus untuk keperluan menangkal hujan.

Dupa ini biasanya dibawa dulu ke tempat penekun spiritual yang mampu menjadi pawang hujan atau tukang terang. Setelah dipasupati, dupa tersebut dibawa ke lokasi.

Biasanya satu set berisi 11 dupa, dan ditancapkan di area pekarangan atau lokasi. Dupa ini wajib hidup terus selama waktu yang diinginkan untuk tidak turun hujan.

Baca Juga: 10 Potret Valerie Thomas saat Jalani Ritual Melukat

2. Sarana kayu bakar

5 Sarana Menangkal Hujan, Gak Perlu Sewa Pawang Hujanilustrasi kayu bakar (unsplash.com/Niklas Tidbury)

Sarana kayu bakar hampir sama dengan dupa, di mana merupakan simbol Hyang Agni. Kayu bakar ini juga dipasupati terlebih dahulu.

Biasanya ditempatkan dalam sebuah wadah dari tanah liat, kalau di Bali namanya paso. Paso yang berisi kayu bakar ini diletakkan di area pekarangan atau tempat yang mengadakan acara.

Kayu bakar dinyalakan secara terus menerus selama acara berlangsung. Sedangkan penekun spiritual yang melakukan pasupati terhadap kayu bakar tersebut membacakan doa-doa tertentu.

Apinya jangan sampai terlalu besar. Hal ini untuk menghindari terjadinya kebakaran, apalagi dilakukan di area tempat suci atau sanggah.

3. Sapu lidi dibalik

5 Sarana Menangkal Hujan, Gak Perlu Sewa Pawang HujanMenggunakan sapu lidi dibalik. (YouTube.com/Budiyanto)

Sarana ini paling sederhana dan umum digunakan tidak hanya di Bali saja, tetapi juga daerah luar Bali. Sapu lidi yang digunakan sehari-hari diletakkan secara terbalik. Lalu aneka cabai dan bawang merah ditusukkan di bagian ujung-ujungnya. 

Sapu lidi tersebut kemudian diletakkan di halaman rumah, atau tempat terbuka sehingga ujungnya menghadap langsung ke langit.

Baca Juga: Makna Ngaben di Bali Menurut Lontar Yama Purwana Tattwa

4. Sarana rokok

5 Sarana Menangkal Hujan, Gak Perlu Sewa Pawang Hujanilustrasi rokok (IDN Times/Aditya Pratama)

Rokok juga digunakan sebagai sarana untuk menolak hujan. Namun penggunaannya tidak harus dihidupkan seperti dupa dan kayu bakar.

Rokok ini dinyalakan selama mendung atau mulai gerimis di area kegiatan. Orang yang memegang sarana ini harus menyedot dan mengembuskan asap rokok tersebut sebagai simbol untuk mengusir mendung ke tempat lain.

Rokok ini juga perlu dipasupati oleh seseorang yang mampu melakukan prosesi pasupati tersebut. Terus pertanyaannya, bagaimana jika pemilik acara tidak ada yang bisa merokok ya?

5. Sarana lampu laser

5 Sarana Menangkal Hujan, Gak Perlu Sewa Pawang Hujanilustrasi lampu sorot (unsplash.com/Clement Souchet)

Kalau ini sudah termasuk sarana modern karena melibatkan peralatan listrik dan teknologi. Lampu laser juga digunakan sebagai sarana untuk menolak hujan yang populer di masyarakat. Hampir setiap kegiatan-kegiatan outdoor selalu menggunakan sarana ini.

Sarana ini selalu disalahkan jika jarang terjadi hujan di wilayah yang sering mengadakan kegiatan outdoor dan menggunakan lampu laser. Namun apakah benar lampu laser ini sebagai sarana penolak hujan?

Mengutip dari publikasi Balai3.denpasar.bmkg.go.id, lampu yang sering digunakan di Bali bukanlah lampu laser yang sesungguhnya. Melainkan lampu sorot yang berguna untuk menginformasikan kepada khalayak, bahwa di lokasi tersebut sedang ada kegiatan.

Berdasarkan hasil penelitian Staff Stasiun Geofisika Sanglah, I Made Kris Adi SSi, diperlukan lampu sorot dengan derajat panas yang sangat tinggi untuk memecahkan dasar awan, di mana ketinggian rata-rata dasar awan berada pada 400-600 meter.

Bisa jadi, orang yang berada di sekitar area lampu sorot tidak mampu menahan hawa panas yang dipancarkan oleh lampu sorot tersebut.

Manusia hanya bisa berusaha untuk menangkal hujan, namun kuasanya tetap Tuhan Yang Maha Esa. Kalau kamu punya acara, bisa saja mencoba sarana menangkal hujan di atas, sembari memohon kehadapan-Nya agar dibantu untuk kelancaran acara.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya