Peran Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Bali Masih Kecil

Padahal ini solusi jangka panjang lho

Denpasar, IDN Times - Bali sebagai pulau dengan kunjungan wisatawan yang terus meningkat, serta predikat sebagai destinasi wisata favorit dunia harus serius dalam penyediaan energi, khususnya energi terbarukan. Pemanfaatan energi terbarukan di Bali bisa untuk membangun brand image positif bagi industri pariwisata.

"Keberhasilan praktik-praktik baik pemanfaatan energi terbarukan di Bali akan menjadi perhatian dunia atas keseriusan pemerintah RI dalam menyelamatkan lingkungan," terang Ketua Tim Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana (Unud), Prof Ida Ayu Dwi Giriantari, pada Rabu (9/10) di Denpasar.

Setelah menandatangani nota kesepahaman pada Februari tahun ini untuk kerja sama penelitian pengembangan energi terbarukan, Greenpeace dan Unud CORE meluncurkan sebuah laporan yang berjudul "Peta Jalan Pengembangan PLTS Atap: Menuju Bali Mandiri Energi."

“Penting sekali untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia khususnya Provinsi Bali," ucap Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Tata Mustasya.

Selain untuk memenuhi target bauran energi nasional pada porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) yaitu 23 persen pada 2025, energi surya juga merupakan solusi untuk melepaskan ketergantungan dari batubara penyebab krisis iklim, menurunkan emisi gas rumah kaca, dan sejalan dengan komitmen Gubernur Bali I Wayan Koster yang saat ini tengah merancang Pergub energi bersih.

Untuk mencapai target tersebut, jelas diperlukan dukungan dan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bali sebagai penyedia listrik, serta industri pariwisata perlu didorong untuk berpartisipasi lebih luas dan progresif dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

1. Peran pembangkit listrik terbarukan di Provinsi Bali masih sangat kecil

Peran Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Bali Masih KecilDok.IDN Times/ istimewa

Provinsi Bali ditetapkan untuk mencapai kapasitas PLTS sebesar 108 MW pada tahun 2025, sebagai bagian dari target kapasitas PLTS secara nasional yaitu 6,5 GW pada tahun yang sama. Namun sayangnya, sampai saat ini peran pembangkit listrik terbarukan di Provinsi Bali masih sangat kecil.

Padahal sebagai wilayah dengan iklim tropis, Provinsi Bali memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, terutama energi surya. Dibandingkan energi terbarukan lainnya, energi surya di Provinsi Bali memiliki potensi yang paling tinggi. Yaitu sekitar 98 persen dari total potensi energi terbarukan yang terdapat di Bali.

2. Wilayah Sarbagita jadi fokus kajian PLTS Atap

Peran Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Bali Masih KecilANTARA FOTO/Rahmad

Wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) telah dijadikan fokus kajian. Karena keempat daerah tersebut memiliki banyak indikator strategis. Dalam kajian ini, terdapat lima kelompok pemangku kepentingan PLTS di Bali, yaitu:

  1. Pemerintah yang terdiri dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan yang dikenal dengan istilah Sarbagita
  2. Institusi pendidikan yang diwakili oleh Perguruan Tinggi
  3. Penyedia tenaga listrik yaitu PT PLN (Persero) UID Bali
  4. Industri pariwisata yaitu Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Bali yang mengelola kawasan wisata Nusa Dua
  5. Masyarakat Desa Adat Bali di wilayah Sarbagita.

3. Beberapa faktor penghambat perkembangan PLTS Atap di Bali

Peran Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Bali Masih Kecil

Terhambatnya perkembangan PLTS Atap di Bali disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya pengetahuan masyarakat tentang PLTS yang masih terbatas, investasi awal yang besar, kendala terkait pengoperasian dan pemeliharaan, layanan purna jual, dan regulasi.

Oleh karena itu perlu adanya kampanye yang lebih inovatif dan membumi, bahwa penggunaan energi surya atap ini mudah, aman, dan baik bagi masyarakat serta lingkungan.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya