3 Tempat Bersejarah Klungkung, Perang Bali II Pernah Terjadi di Sini

Klungkung termasuk paling sulit ditaklukkan di Indonesia

Kabupaten Klungkung di Bali memiliki sejarah panjang dalam perjuangan merebut Kemerdekaan Indonesia. Klungkung sebagai pusat kerajaan di Bali pada masa lampau, beberapa kali terlibat gerilya dengan kolonial dari Belanda hingga Jepang.

Berikut beberapa tempat bersejarah di Klungkung, yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia.

Baca Juga: Kisah Ketut Tantri, Perempuan Viking yang Jatuh Cinta Pada Bali

1. Desa Kusamba sebagai lokasi perang pertama di Klungkung melawan kolonialisme

3 Tempat Bersejarah Klungkung, Perang Bali II Pernah Terjadi di SiniIDN Times/Wayan Antara

Desa Kusamba pernah menjadi lokasi pertempuran hebat antara masyarakat Klungkung melawan kolonial Belanda. Pertarungan itu terjadi 24 Mei 1849, berawal dari sikap Kerajaan Klungkung yang tidak pernah mengakui dan tunduk atas keberadaan kolonial Belanda.

Ditambah Klungkung sebagai pusat kerajaan di Bali kala itu, turut membantu Kabupaten Buleleng dalam Perang Jagaraga atau juga disebut sebagai Perang Bali II pada April 1849.

Belanda setelah menang dalam Perang Jagaraga langsung menuju Padang Cuve (Kini disebut Padangbai di Kabupaten Karangasem) untuk menyerang wilayah Klungkung.

Klungkung sudah menyadari akan diserang, sehingga pasukan membuat benteng pertahanan di Desa Pesinggahan, atau di Desa paling timur Kabupaten Klungkung. Pasukan Klungkung dipimpin langsung oleh Ratu Kerajaan Klungkung, Ida I Dewa Istri Kanya. Hal ini untuk mencegah kolonial merangsek ke Puri Kusanegara di Desa Kusamba.

Pertempuran sengit terjadi 24 Mei 1849. Pasukan kolonial yang jumlahnya ribuan, berhasil menjebol pertahanan Klungkung di Pesinggahan dan merangsek ke Desa Kusamba. Pertarungan sengit terjadi di Kusamba hingga larut malam, dan pasukan kolonial berhasil menguasai Puri Kusamba. Pertempuran ini menyebabkan banyak korban jiwa dari pasukan pemating (Pasukan kerajaan Klungkung).

Ida I Dewa Istri Kanya bersama pasukannya yang tersisa berhasil mengevakuasi keluarga kerajaan dan mundur ke barat, serta mengosongkan puri. Ini ternyata taktik pasukan Klungkung. Mereka sudah memprediksi puri akan dijadikan tempat istirahat pasukan Belanda. Sehingga pasukan Klungkung melakukan serangan tiba-tiba pada dini hari.

Pasukan Belanda kewalahan. Serangan itu menyebabkan tewasnya Jenderal Belanda paling disegani pada masanya, Andreas Victor Michiels.

Baca Juga: Kisah Superhero Perempuan di Klungkung, Pembunuh Jenderal AV Michiels

2. Pemedal Agung saksi bisu Perang Puputan Klungkung

3 Tempat Bersejarah Klungkung, Perang Bali II Pernah Terjadi di SiniIDN Times/Wayan Antara

Pemedal Agung di pusat Kota Semarapura merupakan situs yang masih berdiri kokoh di Klungkung. Dahulu bangunan berupa candi itu merupakan pintu masuk menuju Puri Klungkung. Bangunannya menjadi saksi bisu Perang Puputan, atau perang habis-habisan di Klungkung pada tanggal 28 April 1908 silam.

Bermula dari patroli keamanan kolonial di wilayah Kerajaan Klungkung sejak 13-16 April 1908. Para keluarga kerajaan dan rakyat tidak terima. Karena kolonial dianggap melanggar kedaulatan kerajaan. Tanpa ada perasaan takut, Kerajaan Klungkung tidak segan menyerang pasukan patroli Belanda di Desa Gelgel dan menewaskan pemimpinnya, Letnan Haremaker.

Tidak terima atas sikap Klungkung, Belanda memberikan ultimatum Kerajaan Klungkung segera tunduk. Namun ultimatum kala itu hanya dianggap angin lalu oleh sang Raja Dewa Agung Jambe.

Tanggal 21 April 1908 sampai enam hari berikutnya, Belanda membombardir Kerajaan Klungkung. Rakyat yang hanya bersenjata keris dan tombak terus memberikan perlawanan. Hingga puncaknya tanggal 28 April 1908, Belanda berhasil menembus pertahanan Kerajaan Klungkung dan merangsek masuk ke dalam istana, tepatnya di depan Pemedal Agung. Semua rakyat berpakaian putih mengorbankan jiwa raga untuk puputan (Bertempur habis-habisan) di depan istana kerajaan.

Tidak hanya rakyat, keluarga kerajaan hingga putra mahkota kala itu yang masih anak-anak, Ida I Dewa Agung Gede Agung, ikut keluar istana untuk bertempur dan gugur bersama kerabat kerajaan lainnya.

Pada saat itulah sang Raja Dewa Agung Jambe juga melaksanakan dharmaning ksatria, yaitu kewajiban tertinggi seorang kesatria sejati. Ia keluar istana, ikut pertempuran dan gugur bersama rakyatnya di depan Pemedal Agung. Dengan ditaklukannya Klungkung, seluruh Bali menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Klungkung juga menjadi satu wilayah yang paling sulit dan terakhir ditaklukkan di Indonesia.

Baca Juga: 10 Quotes Soekarno yang Membara, daripada Makan Bestik Tapi Budak

3. Goa Jepang di Desa Banjarangkan

3 Tempat Bersejarah Klungkung, Perang Bali II Pernah Terjadi di SiniIDNTimes/WayanAntara.

Goa (Gua) Jepang di Desa Banjarangkan ini merupakan inisiatif dari tentara Jepang pada tahun 1941-1942 silam. Ketika itu, tentara Jepang menerapkan sistem romusha (Kerja paksa) kepada masyarakat setempat untuk membuat tempat perlindungan.

Goa ini dimanfaatkan pasukan Jepang sebagai lokasi perlindungan, dalam upaya mempertahankan diri dari serangan tentara sekutu di masa Perang Dunia II.

Goa Jepang juga menjadi saksi tragedi yang memilukan, bagaimana masyarakat pribumi kala itu diberlakukan. Bahkan kisah ini ini diceritakan secara turun menurun oleh penglingsir di Desa Banjarangkan.

Tentara Jepang kerap menjarah hasil panen masyarakat setempat setelah gua itu selesai dibangun. Caranya juga sangat licik.

Masyarakat yang membawa hasil panen dari wilayah Kecamatan Dawan ke Kecamatan Banjarangkan dan sebaliknya, langsung dihentikan oleh tentara Jepang setiap melintasi gua ini. Padahal jalan ini akses utama masyarakat setempat.

Masyarakat dipaksa masuk ke dalam gua dan meninggalkan hasil panennya. Begitu masyarakat masuk ke dalam gua, tentara Jepang menjarah hasil panen tersebut.

Dengan mengenal tempat-tempat bersejarah di Klungkung, diharapkan generasi muda bisa mengingat kembali perjuangan rakyat terdahulu, dan mengisi kemerdekaan itu dengan berbagai hal yang positif.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya