Stigma Masyarakat Bali, Lontar Masih Dianggap Sebagai Benda Sakral

Penyuluh Bahasa Bali berjuang mengubah stigma itu

Klungkung, IDN Times - Penyuluh Bahasa Bali kembali melakukan identifikasi terhadap puluhan cakep lontar di Klungkung. Kali ini identifikasi dilakukan terhadap 50 lontar berusia ratusan tahun yang tersimpan di Pura Dalem Nesa, Banjarangkan.

1. 30 cakep lontar berhasil teridentifikasi, sebagian besar berupa usada (Pengobatan tradisional)

Stigma Masyarakat Bali, Lontar Masih Dianggap Sebagai Benda Sakralirishexaminer.com

Identifikasi lontar itu dilakukan oleh 20 penyuluh sejak Rabu (23/1) lalu. Sekitar 30 lontar dari 50 lontar yang ada sudah berhasil diidentifikasi.

"Ini kali pertama kami identifikasi lontar yang disimpan di pura. Biasanya kami identifikasi lontar yang disimpan di rumah atau merajan warga," ujar Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Klungkung, I Wayan Arta Diptha.

Dari hasil identifikasi, diketahui lontar di Pura Dalem Nesa sebagian besar berupa lontar usada (Pengobatan tradisional), kawisesewan (Kesaktian), lelintihan (Klan), silsilah (Asal usul) dan lainnya.

Baca Juga: 6 Resep Masker Tradisional Bali Menurut Lontar Indrani Sastra

2. Dua lontar ditemukan rusak oleh rayap

Stigma Masyarakat Bali, Lontar Masih Dianggap Sebagai Benda SakralDok.IDN Times/Istimewa

Dari sekitar 30 lontar yang sudah berhasil diidentifikasi, dua lontar di antaranya rusak dimakan rayap. Hal ini membuat penyuluh bahasa Bali tidak mampu lagi mengidentifikasi lontar tersebut.

"Dua lontar dirusak rayap dan sama sekali tidak bisa dikonservasi," jelasnya.

Atas permintaan prajuru pura, maka sisa lontar akan diidentifikasi saat Hari Suci Saraswati nanti, sekaligus dibersihkan dan diupacarai.

3. Lontar masih dianggap tenget (Sakral)

Stigma Masyarakat Bali, Lontar Masih Dianggap Sebagai Benda SakralFoto by I Putu Heri Ramanda

Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Klungkung, I Wayan Arta Diptha, mengungkapkan selama ini masyarakat masih menganggap lontar sebagai sesuatu yang tenget atau sangat disakralkan. Sehingga lontar-lontar itu tidak boleh dikeluarkan dari tempat penyimpannya, apalagi diidentifikasi.

Padahal menurutnya lontar adalah ilmu pengetahuan, atau catatan sejarah dari leluhur yang diwariskan untuk keturunannya di masa saat ini. Banyak pelajaran, dan nilai-nilai luhur yang tercantum dalam lontar.

"Perlahan kami berusaha meyakinkan masyarakat. Beberapa pemahamannya mulai terbuka, agar lontar yang disimpan selama ini diidentifikasi dan dikonservasi," jelasnya.

Baca Juga: 5 Resep Menjaga Sensasi Keperawanan ala Lontar Bali, Bikin Suami Betah

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya