Ini yang Terjadi pada Otak saat Seseorang Sedang Depresi

Berhenti menganggapnya sebagai hal remeh dan guyonan!

Depresi bukanlah sekadar situasi hati yang sedang tidak enak alias bad mood. Jauh dari itu, depresi merupakan sebuah kondisi medis yang sayangnya, masih banyak dipandang sebelah mata oleh orang awam.

Orang yang mengalami depresi pun tidak selalu terlihat murung dan memiliki aura yang tidak bersahabat. Banyak kasus depresi yang berujung kematian justru dialami oleh orang-orang yang terlihat sangat baik-baik saja di luar. Berikut ini ulasan selengkapnya tentang yang terjadi di otak ketika seseorang depresi!

1. Depresi bermula dan berakhir di otak

Ini yang Terjadi pada Otak saat Seseorang Sedang Depresitheglobeandmail.com

Depresi merupakan sebuah penyakit dengan dasar biologis yang disertai dengan implikasi psikologis dan sosial. Peradaban Yunani kuno pun menganggap bahwa depresi dimulai dari limpa, tetapi kini medis pun mengetahui bahwa depresi bermula dan berakhir di otak.

Perasaan sedih dan muram yang dialami seseorang yang tengah depresi awalnya dideskripsikan sebagai akibat dari ketidakseimbangan kimiawi pada otak, khususnya hormon serotonin. Adapun fungsi dari hormon ini adalah memberikan rasa senang. Maka dari itu, kekurangan serotonin dalam otak akan sangat berdampak pada perasaan negatif yang dimiliki seseorang.

Namun, depresi adalah proses yang lebih kompleks. Kondisi ini muncul dari berbagai proses otak yang berbeda-beda pula antara satu orang dan orang lainnya. Riset pun menunjukkan bahwa pertumbuhan dan koneksi sel kotak memegang peranan yang lebih besar.

2. Menyebabkan perubahan bentuk dan volume pada bagian otak

Ini yang Terjadi pada Otak saat Seseorang Sedang Depresibrainwellnessspa.com.au

Sebelumnya, telah banyak studi yang menunjukkan perubahan pada aktivitas otak ketika terjadi perubahan mood, apalagi yang berlangsung dalam jangka panjang menjadi depresi. Namun, riset terbaru menunjukkan bahwa rupanya depresi juga menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan ukuran (volume) pada sebuah bagian tertentu dari otak.

Bagian yang dimaksud adalah hippocampus. Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Husseini Manji dari National Institues of Mental Health. Dalam penelitiannya, dia menemukan adanya perubahan yang cukup signifikan pada volume otak penderita depresi.

Salah satu risetnya memperlihatkan penyusutan volume hippocampi orang-orang yang mengalami depresi dalam jangka waktu cukup panjang. Pada penderita yang mengalami depresi hingga hari ke-1.000 (sekitar tiga tahun), jelas terlihat adanya penyusutan yang disebut dengan athropy. Namun, selisih penyusutan terlihat jauh lebih signifikan pada penderita yang mengalami depresi lebih dari jangka waktu tersebut.

Baca Juga: Penelitian Gabungan Berhasil Petakan 44 Varian Gen Penyebab Depresi Berat

3. Risiko demensia dan alzheimer yang sangat besar dan mengancam

Ini yang Terjadi pada Otak saat Seseorang Sedang Depresieternitynews.com.au

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama seseorang mengalami depresi, semakin kecil pula ukuran hippocampus yang dimilikinya. Lalu, apa pengaruhnya bagi tubuh?

Perlu diketahui, hippocampus merupakan bagan otak yang berkaitan dengan proses memori. Bagian otak ini berfungsi untuk membentuk kenangan baru terhadap peristiwa-peristiwa yang pernah dialami, baik bersifat episodik maupun otobiografi. Adapun salah satu penyakit yang sangat berkaitan dengan adanya penyusutan volume hippocampus adalah demensia dan alzheimer.

Demensia dan alzheimer (atau yang lebih sering disebut dengan penyakit pikun) merupakan kondisi penurunan daya ingat seseorang. Bila tidak segera ditangani, alzheimer akan memicu penurunan kemampuan dalam berbicara, berpikir, bahkan terjadinya perubahan perilaku.

4. Depresi dapat diobati, tetapi tidak bisa disembuhkan

Ini yang Terjadi pada Otak saat Seseorang Sedang Depresimedicalnewstoday.com

Tidak hanya bagian hippocampus yang sesungguhnya terganggu pada penderita depresi. Bagian amygdala juga mengalami aktivitas yang lebih tinggi pada orang yang mengalami kondisi ini. 

Laporan dari Harvard Medical School juga menyatakan bahwa depresi memengaruhi bagian thalamus untuk memicu otak memproduksi perasaan-perasaan tidak menyenangkan.Beberapa riset juga menunjukkan depresi yang berkelanjutan membuat penderitanya mengalami masalah dalam perencanaan, membuat keputusan, dan mengatur prioritas.

Hingga kini, depresi merupakan kondisi yang belum dapat disembuhkan. Meski begitu, depresi dapat diobati dengan menggunakan obat-obatan maupun terapi untuk menekan risiko negatif lain yang mungkin muncul akibat kondisi ini.

Siapa saja bisa mengalami depresi bahkan tanpa harus terlihat dari luar. Risikonya pun jauh lebih besar dan berbahaya dibandingkan penyakit umum lainnya yang memang tampak dari luar. 

Karena itu, bila kamu atau orang-orang terdekat mengalami masalah yang terlalu berat dan membuat depresi, jangan dibiarkan lebih lama. Segera berbicara kepada orang yang dapat dipercaya maupun berkonsultasi langsung pada dokter untuk mendapat pertolongan.

Baca Juga: Hati-Hati! Ini 7 Tanda Jika Kamu Sedang Mengalami Depresi

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya