Sejarah Sekolah Pertama di Denpasar Buatan Belanda, untuk Rakyatkah? 

Bersyukur ya sekarang bisa akses pendidikan seluas-luasnya

Selama masa penjajahan Belanda, rakyat Pulau Dewata tidak bisa bebas mengenyam pendidikan. Pada masa itu, memang Belanda yang pertama kali mengembangkan sistem pendidikan modern di Kota Denpasar. Apakah pendirian sekolah itu untuk membuat rakyat menjadi lebih pandai dan semakin sejahtera?

Ternyata bukan itu tujuannya. Belanda memiliki alasan yang lain. Seperti yang juga terjadi di daerah lainnya yang menjadi wilayah kekuasaan Belanda, pendirian sekolah tidaklah untuk membuat rakyat pandai dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Melalui pendirian sekolah itu, penjajah Belanda hanya menjadikannya sebagai cara untuk mendapatkan tenaga kerja yang berpendidikan Barat. Tenaga kerja tersebut kemudian dipekerjakan di kantor-kantor pemerintah kolonial sebagai tenaga administrasi pemerintahan. Itu pula yang terjadi di Kota Denpasar. 

Informasi tersebut diungkap dalam buku Sejarah Kota Denpasar 1945-1979 terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta (1986). Buku tersebut disusun oleh AA Gde Putra Agung, I Gde Parimartha, Ida Bagus Gde Budharta, dan Ida Bagus Rama. 

1. Pemerintah kolonial Belanda awalnya hanya mendirikan satu sekolah di Denpasar

Sejarah Sekolah Pertama di Denpasar Buatan Belanda, untuk Rakyatkah? Dua orang pria di Bali sedang menulis di lontar, sekitar tahun 1920-1930an. (Tropenmuseum via Instagram.com/SejarahBali)

Dalam proses pendirian sekolah, penjajah Belanda tidak langsung membangun sejumlah sekolah yang seketika bisa dinikmat oleh rakyat. Pemerintah kolonial Belanda bahkan hanya mendirikan sekolah sampai setingkat Hollandsch Inlansche School (HIS) atau Sekolah Pribumi Belanda. Jumlahnya pun hanya ada satu di Kota Denpasar. 

Seiring berjalannya waktu, akhirnya dibangun lagi beberapa sekolah. Berikut pendirian sekolah-sekolah modern di Denpasar pasa masa kolonial Belanda:

  • Tahun 1919
    2 buah Tweede Klasse School (Sekolah Kelas Dua)
    3 buah Volkschoolen (Sekolah Rakyat)
    1 buah HIS (Sekolah Pribumi Belanda)
  • Tahun 1929
    5 buah Tweede Klasse School
    20 buah Volkschoolen
    1 buah HIS
  • Tahun 1932
    6 buah Tweede Klasse School
    22 buah Volkschoolen
    2 buah HIS
    5 buah Vakondenuijs
    2 buah Vervolgschool (Sekolah Lanjutan)
    1 buah Landbowschool (Sekolah Pertanian)
  • Tahun 1941
    6 buah Tweede Klasse School
    35 buah Volkschoolen
    2 buah HIS
    1 buah Ambachtsleergang (Kursus Kerajinan)
    16 buah Vakonderwijs (Pendidikan Kejuruan)
    1 buah Particulter Onderwijs Taman Siswa (Pendidikan Swasta)
    1 buah Huishoud School (Sekolah Tata Graha)
    8 buah Vervolgschool
    1 buah Landbowschool 
    1 buah Meijssjes Vervolgschool

Namun akhirnya Jepang membekukan sistem pendidikan yang dibangun oleh penjajah Belanda itu. Tepatnya pada saat Pemerintah Kolonial Belanda menyerah kalah kepada Jepang pada tanggal 1 Maret 1942.

Sejak Jepang mulai menduduki dan menguasai Bali, sistem pendidikan pun ikut diubah dan disesuaikan sebagaimana keinginan Pemerintah Jepang.

2. Setelah pemulihan kedaulatan Republik Indonesia, mulai ada Perguruan Tinggi di Denpasar

Sejarah Sekolah Pertama di Denpasar Buatan Belanda, untuk Rakyatkah? Mahasiswa ASTI Denpasar, Bali (Akademi Seni Tari Indonesia) pada tahun 1985. (Perpustakaan ISI DPS via Instagram.com/Sejarah Bali)

Setelah pemulihan kedaulatan Republik Indonesia, mulai dilakukan pembenahan terhadap sistem pendidikan di Bali. Sekolah Rakyat yang kini disebut sebagai Sekolah Dasar, mulai bertambah hingga berjumlah 9 sekolah di Kota Denpasar. 

Sementara untuk jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), yang kini disebut Sekolah Menengah Pertama, ada dua yakni SMP Negeri 1 dan Sekolah Luar Biasa (SLUB) Saraswati. Setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) hanya ada satu di Denpasar, yakni SLUA Saraswati.

Barulah pada tahun 1970-an, dunia pendidikan di Kota Denpasar semakin berkembang pesat. Berikut daftar sekolah di Kota Denpasar hingga tahun 1979:

  • Taman Kanak-kanak (TK): 18 buah yang semuanya dikelola oleh pihak swasta
  • Sekolah Dasar (SD) Negeri: 125 buah
  • Sekolah Dasar (SD) Swasta  15 buah
  • SMP Negeri: 5 buah
  • SPG Negeri: 1 buah 
  • SPG Swasta: 3 buah
  • STM Negeri: 1 buah 
  • STM Swasta: 2 buah
  • SMKI Negeri: 1 buah
  • SMTK Negeri: 1 buah
  • SKKA Negeri: 1 buah
  • Perguruan Tinggi/akademi Negeri: 2 buah (Universitas Udayana dan ASTI
    Denpasar)
  • Perguruan Tinggi/akademi Swasta: 12 buah

3. Pelajar di Kota Denpasar sebagian justru berasal dari kabupaten lain

Sejarah Sekolah Pertama di Denpasar Buatan Belanda, untuk Rakyatkah? Potret laki-laki di Bali sedang beraktivitas, tahun 1939-1941. (Spaarnestad via Instagram.com/SejarahBali)

Minat rakyat dalam menempuh pendidikan dapat dilihat dari banyaknya sekolah yang berdiri di Denpasar pada tahun 1979 tersebut. Terlebih pada masa itu sudah ada 2 Perguruan Tinggi Negeri dan 12 Perguruan Tinggi Swasta. 

Namun berdasarkan informasi yang ditulis pada buku tersebut, ternyata pelajar yang lebih banyak menempuh pendidikan di Kota Denpasar justru berasal dari kabupaten lain. Sebagian dari pelajar SLTA dan mahasiswa di universitas negeri maupun swasta berasal dari luar Kota Denpasar.

Sementara masyarakat asli Denpasar justru memilih untuk tinggal di desa-desa sebagai petani. Mereka menyediakan pemondokan untuk para pelajar itu. Bahkan tidak sedikit yang menjual sebagian atau seluruh tanah miliknya kepada para pendatang. 

Pilihan masyarakat Kota Denpasar untuk menjual aset tanah mereka karena diperkirakan pada saat itu harga tanah di Kota Denpasar terus mengalami peningkatan. Jadi, hanya dengan menjual beberapa are saja di Denpasar, mereka sudah bisa membeli tanah pertanian yang luas di daerah pedesaan. Hal itu secara tidak langsung membuat masyarakat Bali tetap menjalani pekerjaan sebagai petani. 

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani
  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya