Asal Usul Berdirinya 6 Desa di Bali

Keindahannya sekarang bisa kamu nikmati

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Provinsi Bali memiliki lebih dari 600 desa. Masing-masing desa ini memiliki sejarah tersendiri. Ada desa yang bermula dari zaman kerajaan, kisah perjalanan orang suci selama berkelana di Bali, dan lainnya. Berikut cerita sejarah 6 desa yang ada di Bali.

Baca Juga: Asal Usul Berdirinya Pura Dalem Pengembak Mertasari di Sanur

1. Desa Singapadu di Kabupaten Gianyar, berasal dari perang antara Kerajaan Mengwi dengan Kerajaan Sukawati

Asal Usul Berdirinya 6 Desa di BaliPura Puseh, Kabupaten Gianyar. (Wikiwand.com)

Desa ini terletak dekat dengan kawasan wisata Sukawati dan Desa Batubulan, tepatnya berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Dahulu, desa ini merupakan daerah pertempuran sengit antara Kerajaan Sukawati dan Kerajaan Mengwi.

Perang ini muncul setelah Ki Gusti Putu Panji dari Kerajaan Mengwi kecewa karena tidak berhasil mempersunting Ni Desak Made Oka, yang merupakan putri dari Ida Dalem Sukawati, seorang raja dari Kerajaan Sukawati.

Nama Desa Singapadu mengambil dari kata 'Singa' yang berarti raja, dan 'Padu' yang berarti pertarungan. Sehingga maknanya adalah pertempuran atau pertarungan sengit antara dua singa (Dua kerajaan).

Baca Juga: 11 Gedung Bioskop Legendaris di Bali, Hanya Satu Saja yang Masih Eksis

2. Desa Tista di Kabupaten Tabanan, berasal dari kata 'Tis' yang berarti sejuk

Asal Usul Berdirinya 6 Desa di BaliDesa Tista, Kabupaten Tabanan. (Instagram.com/desawisatatista)

Desa Tista terletak di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Desa ini berawal dari pengembaraan putra dari Raja Tabanan. Dalam perjalanannya, ia bertemu seorang pertapa sakti dan disuruh untuk melanjutkan perjalanan menuju ke selatan.

Sampailah ia ke tempat tersebut. Namun karena tempatnya bergelombang, ia kembali ke utara mencari tempat untuk mendirikan kerajaan. Tempat itu dinamakan Kerambitan.

Suatu ketika terjadi huru-hara di Bali. Banyak masyarakat yang ketakutan, memilih pergi ke Kerambitan untuk mencari perlindungan. Oleh putra raja, masyarakat yang datang diperintahkan untuk menuju ke daerah sebelah barat sungai. Karena sejuk dan aman, lama kelamaan tempat tersebut menjadi sebuah pemukiman kecil.

Masyarakat lalu menamakannya sebagai Desa Tista. Berasal dari kata 'Tis' yang berarti sejuk. Tetapi karena pengaruh dialek, maka berubah nama menjadi Tista. Sedangkan sungai yang ada di dekat desa tersebut diberi nama Tibu Jaran, karena pengawal kerajaan sering memandikan kuda di sana.

Seiring waktu, banyak masyarakat yang memanfaatkan sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari. Hingga kini, sungai tersebut berubah nama menjadi Sungai Lating.

Baca Juga: Menelusuri Pura Melanting Jambe Pole di Taman Festival Bali

3. Desa Kerta di Kabupaten Gainyar, berbatasan dengan Kintamani, Kabupaten Bangli

Asal Usul Berdirinya 6 Desa di BaliDesa Kerta, Kabupaten Gianyar. (Instagram.com/desa_kerta)

Desa Kerta berada di wilayah Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar yang berbatasan langsung dengan Kintamani, Kabupaten Bangli. Keberadaan sejarah desa ini terkait erat dengan perjalanan Ida Rsi Markandeya.

Dalam perjalanannya tiba di suatu lokasi daerah Payangan, Ida Rsi Markandeya beserta pengikutnya melakukan perambasan hutan. Namun seluruh pengikutnya diserang wabah, sehingga Rsi Markandeya bersemedi agar mereka sembuh.

Tempat ini kemudian diberi nama Alas Angke. Atas dasar itulah, candi yang ada di lokasi tersebut diberi nama Candi Alas Angker. Daerah ini ternyata sangat subur. Setiap tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sehingga Ida Rsi Markandeya beserta pengikutnya menjadi hidup sejahtera. Karena hal inilah kemudian tempat ini diberi nama Desa Kerta, yang berarti sejahtera.

4. Desa Wanagiri di Kabupaten Buleleng, yang berarti hutan dan gunung

Asal Usul Berdirinya 6 Desa di BaliDesa Wanagiri, Kabupaten Buleleng. (Instagram.com/desawisatawanagiri)

Desa Wanagiri terletak di Kabupaten Buleleng. Desa ini berada di jalan utama Denpasar-Singaraja, dan dapat ditempuh sekitar dua jam dari Kota Denpasar.

Desa ini berawal ketika Gunung Agung di Kabupaten Karangasem meletus pada tahun 1963 silam. Penduduk asli Karangasem mengungsi ke Bali bagian utara, yaitu daerah dataran tinggi yang masih berupa hutan. Mereka kemudian membangun pemukiman di atas perbukitan tersebut.

Penduduk asli Karangasem kemudian memberikan nama tempat itu dengan sebutan Desa Wanagiri. Dalam Bahasa Bali, 'Wana' berarti hutan. Sedangkan 'Giri' berarti gunung. Hal ini karena letak desa tersebut berada di pegunungan atau perbukitan dan hutan.

Baca Juga: Sejarah Kabupaten Badung, Pernah Menjadi Pusat Perdagangan Budak

5. Desa Sibetan di Kabupaten Karangasem, awalnya bernama Desa Kuncara Giri

Asal Usul Berdirinya 6 Desa di BaliDesa Sibetan, Kabupaten Karangasem. (Facebook.com/DesaSibetan)

Desa Sibetan adalah desa yang terletak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Sejarah desa ini berawal dari kisah berdirinya Kerajaan Sibetan sekitar tahun 1608. Kerajaan ini didirikan oleh I Gusti Mantu, putra dari I Gusti Adian Nengan. Desa Sibetan sebelumnya lebih dikenal dengan nama Desa Kuncara Giri.

I Gusti Mantu kemudian memberikan sebutan baru dengan nama Desa Sebetan. Karena sebagai pengingat serta penghargaan kepada ibunya yang dikepung oleh bala tentara Dalem Gelgel ketika mengandung, dan diselamatkan dengan bersembuyi di desa ini.

Kata 'Sebetan' sendiri memiliki makna sangat bijaksana. Kini, Desa Sebetan lebih sering disebut dengan nama Desa Sibetan.

6. Desa Kutuh di Kabupaten Badung, berhubungan dengan Raja Badung Ida Cokorda Pemecutan III

Asal Usul Berdirinya 6 Desa di BaliPantai Pandawa, Kabupaten Badung. (Instagram.com/flytimbis)

Desa Kutuh terletak di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Sejarah Desa Kutuh berawal dari kisah Ni Rangdu Kuning, yang ditinggalkan oleh Raja Badung bergelar Ida Cokorda Pemecutan III atau Kyai Anglurah Pemecutan III, ke Puri Pemecutan.

Ni Rangdu Kuning tinggal sendirian. Ia ditemani oleh putranya yang bernama I Gusti Ngurah Ungasan. Karena raja tidak kembali lagi, maka Ni Rangdu Kuning memutuskan untuk melakukan perjalanan ke arah timur dan sampailah di suatu wilayah yang tidak diketahui namanya.

Tempat itu ditumbuhi oleh banyak pohon Kayu Kutuh yang besar-besar. Tempat itu kemudian menjadi tempat tinggal Ni Rangdu Kuning. Karena banyak terdapat pohon Kayu Kutuh, maka tempat ini dinamakan dengan nama Kutuh. Masyarakat lalu menyebutnya dengan nama Desa Kutuh.

Cerita sejarah ini memang perlu untuk diketahui oleh masyarakat luas. Terkadang masih ada masyarakat yang tinggal di sana, tetapi belum mengetahui secara jelas asal-usul keberadaan desanya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya