Mengenal Tradisi Lukat Geni di Bali, Resmi Terdaftar sebagai KIK

Tradisi sakral masyarakat adat Puri Satria Kawan Klungkung

Klungkung, IDN Times – Kebudayaan tradisional masyarakat adat Puri Satria Kawan, Desa Adat, Sampalan, Desa Pasek Bali, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Tradisi Lukat Geni telah resmi mendapatkan perlindungan Kantor Wilayah Kementerian Hukun dan Hak Asasi Manusia (Kanwilkumham) Bali sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK). 

Pada 6 Januari 2022 lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakutas Hukum Universitas Udayana mendaftarkan tradisi ini untuk mendapatkan perlindungan hukum. 

Baca Juga: Mengenal Koleksi Karya Seniman Italia di Museum Semarajaya Klungkung  

1. Tradisi Lukat Geni termasuk warisan budaya yang sakral

Mengenal Tradisi Lukat Geni di Bali, Resmi Terdaftar sebagai KIKPenyerahan sertifikat Tari Lukat Geni kepada Perbekel Desa Paksebali, Kabupaten Klungkung. (Dok. IDN Times / istimewa)

Menurut Ketua Panitia Pengabdian Masyarakat BEM FH Unud, Putu Candra Daniswara Irawan, tradisi Lukat Geni ini merupakan suatu warisan budaya sakral sehingga sangat penting untuk didaftarkan.

Tradisi Lukat Geni ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali oleh pemuda-pemudi maupun pelingsir (Tetua) Puri yang berasal dari Puri Satria Kawan. Pelaksanaannya tepat pada Hari Pengerupukan yang jatuh setiap Sasih Kesanga (Bulan ke sembilan), mulai pukul 18.30 Wita hingga selesai. Umat melaksanakan tradisi ini di perempatan (Catus pata) Satria Kawan atau di Merajan Agung Puri Satria Kawan.

2. Para umat diwajibkan untuk melaksanakan pantangan selama minimal 3 hari

Mengenal Tradisi Lukat Geni di Bali, Resmi Terdaftar sebagai KIKTari Lukat Geni di Desa Paksebali, Kabupaten Klungkung. (Dok. IDN Times / istimewa)

Sebelum melaksanakan tradisi Lukat Geni, para umat diwajibkan untuk melaksanakan pantangan selama minimal 3 hari, yakni dengan memutih (Hanya makan nasi) dan menyucikan diri dari segala hal negatif. Berikut tahapan yang harus dilakukan oleh umat dalam menjalankan tradisi Lukat Geni:

  • Tradisi ini diawali dengan prosesi melukat (Pembersihan diri) di segara (Pantai) dan muspa (Sembahyang) di Pura Seganing pada pagi hari
  • Umat kemudian meminta restu di Merajan Agung Puri Satria Kawan
  • Dilanjutkan dengan pelaksanaan pemasupatian dan penyucian terhadap obor yang akan digunakan untuk membakar prakpak yang dipakai dalam pelaksanaan Lukat Geni

Tradisi ini dijalankan oleh 33 peserta sesuai dengan total pengurip. Berikut beberapa aturan yang harus diikuti oleh peserta dalam prosesi pembakaran obor:

  • 5 daha (truni) berpakaian putih berdiri di sebelah timur 
  • 9 orang berpakaian merah berdiri di sebelah selatan 
  • 7 orang berpakaian kuning berdiri di sebelah barat 
  • 4 orang berpakaian hitam berdiri di sebelah utara 
  • 8 orang dengan warna pakaian panca warna berdiri di tengah 

3. Puncak dari tradisi Lukat Geni berada pada saat peperangan api

Mengenal Tradisi Lukat Geni di Bali, Resmi Terdaftar sebagai KIKTari Lukat Geni di Desa Paksebali, Kabupaten Klungkung. (Dok. IDN Times / istimewa)

Putu Candra mengungkapkan bahwa puncak dari tradisi Lukat Geni berada pada saat peperangan api. Umat mengawalinya dengan perang 1 lawan 1 dengan cara memukulkan prakpak yang berisi api ke punggung lawan. Mereka akan berhenti saling memukul jika api pada prakpak telah padam.

Setelah semua peserta berkesempatan melakukan perang 1 lawan 1, kemudian seluruh peserta dari berbagai sudut melakukan perang beramai-ramai. Usai kegiatan Lukat Geni di Perempatan Satria, warga kembali ke Merajan Agung Puri Satria Kawan untuk melaksanakan persembahyangan sebagai wujud rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena kegiatan sudah berjalan dengan baik.

“Tradisi yang dilaksanakan setiap Hari Pengerupukan ini bertujuan untuk menyeimbangkan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit dan pembersihan diri secara rohani,” ungkapnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya