4 Tradisi Setelah Nyepi di Bali, Jangan Kamu Lewatkan

Tradisinya digelar hari ini ya. Yuk gass ke lokasi!

Ngembak Geni merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan sehari setelah Hari Raya Nyepi. Ngembak Geni adalah sebagai penanda berakhirnya pelaksanaan Catur Brata Penyepian (empat pantangan yang wajib ditaati saat Hari Raya Nyepi).

Pada hari ini, umat Hindu biasanya akan saling mengunjungi sanak keluarga dan kerabatnya untuk bersilaturahmi. Beberapa daerah di Bali, melaksanakan tradisi unik pada saat Ngembak Geni ini. Berikut ini deretan tradisi setelah Nyepi di Bali.

1. Omed-omedan di Kelurahan Sesetan

4 Tradisi Setelah Nyepi di Bali, Jangan Kamu LewatkanTradisi Omed-omedan di Sesetan. (YouTube.com/ Ngurah Surya Kusuma)

Omed-omedan merupakan tradisi dari Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Kota Denpasar. Omed-omedan berasal dari Bahasa Bali med-medan yang berarti saling tarik. Omed-omedan dilakukan oleh dua kelompok muda-mudi. Peserta paling depan akan saling menarik, memeluk, bahkan tak jarang hingga salin mencium. Namun, hal ini bukan dilandasi atas hasrat seksual, melainkan sebagai kegembiraan belaka.

Tradisi yang diwariskan secara turun-temurun ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-17. Bermula saat raja sedang sakit, beberapa abdi dan warga justru membuat suara gaduh di sekitar puri. Raja yang sakit kemudian menjadi sembuh setelah melihat kegembiraan yang mereka lakukan. Sejak saat itu, raja memerintahkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara rutin setiap tahunnya.

Saat ini, tradisi Omed-omedan telah menjelma menjadi festival yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Kamu tak hanya bisa menonton kegiatan Omed-omedan tersebut saja, melainkan ada banyak kegiatan menarik lainnya. Dari festival kuliner hingga festival musik digelar di area Banjar Kaja.

2. Mabuug-buug di Desa Kedonganan

https://www.youtube.com/embed/2PTtYvT-3Wg

Mabuug-buugan berasal dari Desa Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Mabuug-buug sendiri berasa dari kata buug yang berarti lumpur. Mabuug-buug merupakan tradisi mandi lumpur yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kedonganan saat Ngembak Geni.

Kegiatan mandi lumpur dilakukan di hutan bakau yang terdapat di wilayah Desa Kedonganan. Warga desa mandi lumpur sambil bersenda gurau. Setelah itu, mereka akan menuju ke arah Pantai Kedonganan.

Warga akan membilas tubuhnya di tengah laut untuk membersihkan lumpur tersebut. Tradisi Mabuug-buug sebagai simbol untuk membersihkan tubuh secara jasmani dan rohani. Hal ini dilakukan utuk menyambut kehidupan baru di tahun baru.

3. Tradisi Nyakan Diwang di Desa Dencarik

https://www.youtube.com/embed/9TLWYtFelTo

Tradisi unik lainnya adalah Tradisi Nyakan Diwang yang berasal dari Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Nyakan Diwang memiliki arti dalam Bahasa Indonesia adalah memasak di depan rumah. Masyarakat Desa Dencarik melakukan ativitas memasak di depan rumah mereka saat Ngembak Geni.

Aktivitas ini dimulai saat terdengar suara kulkul sebagai tanda Hari Raya Nyepi telah selesai. Warga memasak dengan peralatan sederhana dan tradisional seperti tungku dari batako atau batu bata, dan menggunakan kayu bakar. Makanan yang dibuat beragam tergantung dari keinginan masing-masing warga.

Setelah prosesi memasak selesai, mereka akan makan secara bersama-sama. Mereka juga saling berbagi masakan dengan warga atau tetangga terdekatnya. Tradisi yang diwariskan secara turun temurun ini untuk memupuk rasa kekeluargaan dan silaturahmi antar warga desa setempat.

4. Tradisi Siat Yeh di Desa Jimbaran

4 Tradisi Setelah Nyepi di Bali, Jangan Kamu LewatkanTradisi Siat Yeh di Jimbaran saat Ngembak Geni. (Warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Tradisi Siat Yeh berasal dari Desa Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Siat Yeh memiliki arti berkelahi atau perang dengan sarana air. Tradisi Siat Yeh ini dipelopori oleh muda-mudi Banjar Teba. Tradisi ini menggunakan air suci (tirta) yang diambil di Timur Pantai Suwung, dan pesisi Barat Pantai Segara.

Awalnya, kedua sumber mata air ini bertemu di campuhan (pertemuan dua sumber mata air). Namun, campuhan ini sudah tidak terlihat lagi akibat pesatnya pembangunan pariwisata di tempat ini. Oleh karena itu, masyarakat Desa Jimbaran melaksanakan Tradisi Siat Yeh ini untuk mengembalikan pertemuan kedua sumber air tersebut. Mereka percaya, dengan bertemunya kedua sumber air ini maka akan mampu mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

Masyarakat yang mengikuti Tradisi Siat Yeh akan terbagi menjadi dua kelompok yang berkumpul di Pura Ulun Suwi desa setempat. Masing-masing kelompok akan menuju sumber air di Pantai Suwung dan Pantai Segara. Dengan menggunakan air tersebut, mereka akan saling melempar air dengan sesama warga.

Tertarik untuk menyaksikannya? Kamu bisa langsung ke lokasi tempat tradisi tersebut dilaksanakan ya. Pastikan kamu mengabadikan momen-momen menarik saat menonton tradisi unik yang hanya dilakukan setahun sekali di Bali ini.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menyenangi hal-hal baru. Menulis salah satu hobi sejak jaman blog. Menulis apa saja yang ada di hati.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya