3 Tradisi Ramadan di Bali, Dilaksanakan Setelah Maghrib

Bukti akulturasi budaya di Bali itu sangat banyak

Bali memiliki masyarakat mayoritas beragama Hindu. Walaupun begitu, terdapat juga tradisi-tradisi yang berhubungan dengan keberadaan umat Islam di Bali. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh warga muslim yang telah menetap secara turun-temurun di Bali.

Beberapa daerah di Bali memiliki tradisi yang dilakukan saat Bulan Ramadan. Seperti apa tradisi tersebut? Simak artikelnya sampai habis ya!

1. Tradisi Megengan

3 Tradisi Ramadan di Bali, Dilaksanakan Setelah MaghribSuasana saat pelaksanaan tradisi Megengan. (YouTube.com/ Tarmuji Nanda)

Dilansir situs Nu.or.id, Megengan memiliki arti menahan hawa nafsu, dalam hal ini yang terkait dengan makan, minum, dan lainnya. Tradisi ini dilakukan untuk menyambut Ramadan. Tradisi Megengan dilaksanakan di musala dan masjid di beberapa lokasi wilayah Bali.

Pelaksanaannya dimulai setelah Salat Maghrib. Warga memberikan sedekah makanan atau nasi kotak kepada panitia yang dikumpulkan sejak sore hari. Warga kemudian menuliskan nama-nama leluhur mereka untuk didoakan di secarik kertas yang diberikan oleh panitia.

Nama-nama leluhur ini kemudian dibagi rata kepada panitia pelaksana. Panitia lalu membaca nama-nama leluhur tersebut. Setelah prosesi ini selesai, dilanjutkan dengan pembacaan yasin dan tahlil. Semua peserta laki-laki dan perempuan yang hadir mengikuti prosesi pembacaan Yasin dan Tahlil ini.

2. Tradisi Megibung umat Muslim di Bali

3 Tradisi Ramadan di Bali, Dilaksanakan Setelah MaghribSuasana saat pelaksanaan tradisi Megibung di Desa Kepaon. (IDN Times/Hisyamudin Keleten Kelin)

Kabupaten Karangasem memiliki tradisi unik yang disebut dengan Megibung, yaitu makan secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri dari beberapa orang. Mereka kemudian bersama-sama menyantap makanan yang disediakan untuk kelompok tersebut dengan tata cara yang telah disepakati.

Tradisi ini juga dilaksanakan oleh umat Islam. Satu di antaranya warga Muslim di Kampung Islam Kepaon (Desa Kepaon). Dikutip dari jurnal berjudul Tradisi Megibung (Studi Kasus Singkretisme Agama di Kampung Islam Kepaon Bali yang ditulis oleh Riza Wulandari, umat Muslim di Desa Kepaon melaksanakan Tradisi Megibung (makan bersama) dengan perbedaan terletak pada makanan yang disajikan. Tradisi Megibung ini dilaksanakan pada hari ke-10, ke-20, dan ke-30 saat bulan puasa.

Makanannya tradisional Bali, namun berupa olahan daging ayam atau sapi. Pada sore hari, ibu-ibu warga setempat melakukan kegiatan memasak bersama. Warga kemudian berkumpul di Masjid Al Muhajirin yang ada di Desa Kepaon.

Tradisi Megibung dimulai dengan berbuka puasa menyantap takjil, serta makanan ringan yang dihidangkan. Setelah itu, warga melakukan Salat Maghrib secara bersama-sama. Setelah itu warga membagi dirinya menjadi beberapa kelompok untuk mengelilingi hidangan yang telah disediakan. Tokoh agama setempat memimpin doa, dan mempersilakan warga untuk bersama-sama menyantap hidangan yang telah disuguhkan.

3. Tradisi Ngaminang di Desa Gelgel, Klungkung

3 Tradisi Ramadan di Bali, Dilaksanakan Setelah MaghribSuasana saat pelaksanaan Tradisi Ngaminang di Desa Gelgel, Klungkung. (YouTube.com/Pers Akademika)

Tradisi umat muslim lainnya yang mirip dengan Megibung adalah Ngaminang. Dikutip dari jurnal berjudul Ngaminang: Adaptasi Budaya Makan Megibung Bali pada Masyarakat Islam di Desa Kampung Gelgel, Kabupaten Klungkung yang ditulis oleh Fitria Amalia, tradisi makan bersama ini berasal dari Desa Gelgel, Kabupaten Klungkung. Seperti diketahui, Desa Gelgel merupakan Kampung Islam yang ada di Kabupaten Klungkung.

Ibu-ibu akan membuat masakan dari olahan daging ayam. Makanan ini kemudian disedekahkan ke masjid. Saat pelaksanaan Tradisi Ngaminang, tetua agama setempat memimpin dan membacakan doa-doa yang disahut "aamiin" oleh umat yang hadir. Hal ini juga yang menjadi dasar pemberian nama Ngaminang atau memiliki arti mengamini.

Hidangan yang akan disantap diletakkan di sebuah tempat yang disebut dengan sagi, dan penutup makanan yang disebut dengan saap. Saat pelaksanaan Tradisi Ngaminang, warga akan duduk secara berkelompok mengeliling sagi tersebut. Satu kelompok biasanya terdiri dari 4 hingga 5 orang.

Tradisi Ngaminang dilaksanakan pada hari kelipatan 10 saat Ramadan. Yaitu hari kesepuluh, kedua puluh, dan ketiga puluh. Selain itu, tradisi ini juga dilaksanakan pada hari-hari besar Islam.

Ketiga tradisi di atas merupakan alkuturasi budaya yang ada di Bali. Ketiganya memiliki fungsi yang sama, yakni untuk mempererat rasa persaudaraan sesama umat Muslim maupun warga setempat.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menyenangi hal-hal baru. Menulis salah satu hobi sejak jaman blog. Menulis apa saja yang ada di hati.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani
  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya