5 Tari Bali yang Mengambil Kisah Mahabharata

Erat kaitannya dengan perkembangan seni tari di Bali 

Mahabharata adalah kisah mahakarya yang sangat terkenal di seluruh penjuru dunia. Kisah ini dibagi menjadi 18 bagian atau yang sering disebut dengan nama Asta Dasa Parwa.

Kedelapan belas parwa ini menceritakan asal-usul keluarga Bharata hingga Pandawa masuk surga. Kisah-kisahnya lalu diangkat ke dalam pertunjukan seni tari di Bali.

Mengutip karya ilmiah dari I Wayan Budiarsa, Program Pascasarjana Program Studi Seni, Program Doktor ISI Denpasar yang berjudul Epos Mahabharata Sebagai Sumber lakon Tarian Bali, terdapat beberapa tari Bali yang mengambil kisah Mahabharata.

Baca Juga: Sejarah Tari Telek Khas Sidakarya Bali, Tidak Dipentaskan

1. Wayang Wong Parwa 

5 Tari Bali yang Mengambil Kisah MahabharataWayang Wong Parwa. (YouTube.com/Made In Bali Channel)

Wayang Wong Parwa merupakan seni drama tari klasik yang menggunakan cerita dari 18 Parwa atau bagian cerita di Mahabharata. Semua penari menggunakan busana dan tata rias namun tidak menggunakan topeng, kecuali punakawan. Seni tari ini menggunakan perpaduan Bahasa Kawi dan Bahasa Bali selama pementasannya.

Wayang Wong mengalami zaman keemasan ketika Bali dipimpin oleh Raja Dalem Waturenggong dari Gelgel, sekitar abad ke-15. Pada tahun 1885, para keluarga Raja Gianyar dibuang ke Nusa Penida setelah dikalahkan oleh Raya Klungkung.

Selama pengasingannya, mereka menciptakan seni pertunjukan drama tari yang mirip dengan Wayang Wong, namun sebenarnya mengambil kisah Mahabharata. Drama tari ini kemudian dinamakan Parwa atau Wayang Wong Parwa.

Baca Juga: 5 Tokoh Sakti di Balik Berdirinya Nusa Penida Bali

2. Sendratari 

5 Tari Bali yang Mengambil Kisah MahabharataPertunjukan sendratari. (YouTube.com/ARVI ONLINE)

Sendratari singkatan dari seni dan drama tari, karena melibatkan banyak seniman tari hingga tabuh atau gamelan. Seni pertunjukan ini dikenal sejak tahun 1960.

Drama tari ini cukup populer. Pertunjukannya rutin dipentaskan di Pesta Kesenian Bali. Sebagian cerita yang diangkat adalah kisah Mahabharata seperti Duryodana Gugur, Sayembara Drupadi, Lebur Dwarawati, Bhima Dadi Caru, dan lainnya.

3. Tari Kreasi Baru Satya Brasta 

5 Tari Bali yang Mengambil Kisah MahabharataTari Kreasi Baru Satya Brasta. (YouTube.com/Adi Darmawan)

Pada tahun 1989, seorang seniman I Nyoman Cerita menciptakan tarian bernama Taru Satya Brasta. Tari ini mengisahkan tentang peperangan Karna dengan Gatot Kaca dalam perang Bharatayudha.

Kisah yang merupakan bagian dari Karna Parwa ini berawal, ketika Kresna mengetahui Arjuna dalam bahaya karena akan dibunuh oleh senjata sakti Konta milik Karna. Kresna lalu meminta Gatot Kaca turun ke medan perang untuk menghancurkan pasukan Korawa.

Hal ini memaksa Karna melepaskan senjata Konta untuk membunuh Gatot Kaca. Alhasil, Karna tidak jadi membunuh Arjuna, karena senjata Konta hanya bisa dilepaskan sekali saja.

4. Legong Kraton Kreasi Supraba Duta

5 Tari Bali yang Mengambil Kisah MahabharataLegong Kraton Supraba Duta. (youtube.com/pelangi bulan)

Tarian ini diciptakan oleh maestro seni tari klasik Bali bernama Ni Ketut Arini SST, bersama penata iringannya, I Wayan Sinti, pada tahun 1990. Tarian ini diciptakan dalam rangka Festival Gong Kebyar Dewasa di Pesta Kesenian Bali, sebagai duta Kabupaten Badung.

Tarian ini mengangkat cerita dari Arjuna Wiwaha, mengisahkan tentang bidadari bernama Dewi Supraba yang diutus oleh Dewa Indra untuk mendampingi Arjuna. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan seorang raksasa sakti yang bernama Prabu Niwatakawaca.

Dewi Supraba berpura-pura mau menjadi istri raksasa tersebut. Sang raksasa mengungkapkan kelemahannya berada di pangkal lidah.

Dewi Supraba kemudian memberitahukan hal tersebut kepada Arjuna, dan langsung mengangkat busur untuk memanah pangkal lidah Prabu Niwatakawaca. Raksasa tersebut terbunuh di tangan Arjuna.

5. Tari Wiranjaya 

5 Tari Bali yang Mengambil Kisah MahabharataTari Wiranjaya. (YouTube.com/Made Akira)

Tari jenis kekebyaran ini diciptakan oleh seniman asal Kabupaten Buleleng, I Putu Sumiasa dan I Ketut Merdana, pada tahun 1957. Tari ini menggunakan dua sosok penari dengan karakter bebancihan (tari yang mengambarkan karakter perempuan dan laki-laki, bisa dilihat dari kostumnya) yang mengisahkan tentang Nakula dan Sahadewa sebagai putra dari Pandu.

Selain duet dua penari, tarian ini juga dibawakan secara berkelompok yang terdiri dari dua kelompok penari perempuan maupun laki-laki. Materi tarian ini biasanya sebagai pendamping Parade Gong Kebyar Dewasa.

Diambilnya kisah-kisah Mahabharata dalam beberapa seni tari di Bali menunjukkan, bahwa kisah mahakarya sangat berpengaruh terhadap perkembangan seni pertunjukan di Bali. Selain sebagai sumber lakon drama tari, kisah Mahabharata juga sebagai karya sastra yang diwariskan dalam bentuk kidung atau kekawin.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya