5 Peralatan Pentas Wayang Kulit di Bali, Mirip Jawa

Bali kini merayakan Tumpek Wayang lho

Wayang kulit merupakan kesenian yang masih berkembang di Bali. Selain dalang, pementasan wayang kulit di Bali selalu diiringi oleh gamelan untuk menghidupkan suasana. Apa saja peralatan pentas wayang kulit di Bali?

Berikut penjelasannya dikutip dari karya ilmiah berjudul Sarana Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, yang ditulis oleh I Ketut Gina, Mahasiswa Program Studi Seni Pedalangan ISI Denpasar.

Baca Juga: 6 Rahinan Tumpek yang Ada di Bali, Wajib Diketahui

1. Gedebong atau batang pohon pisang

5 Peralatan Pentas Wayang Kulit di Bali, Mirip JawaPementasan Wayang Lemah dalam suatu upacara keagamaan. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Dikutip dari Lontar Dharma Pewayangan, gedebong merupakan simbol atau lambang dari pertiwi atau tanah atau bumi. Seperti halnya bumi yang menjadi tempat berpijak manusia beserta makhluk hidup lainnya, gedebong sebagai tempat berpijak wayang. Gedebong memiliki fungsi untuk menancapkan wayang.

Wayang-wayang yang digunakan dalam suatu lakon akan ditancapkan berjejer di gedebong. Biasanya dalang memakai gedebong atau batang pisang dari pohon pisang yang sudah berbuah (buahnya sudah dipanen). Gedebong juga digunakan untuk menancapkan kayu perentang pada sisi pinggir kelir. Tujuannya agar kelir bisa tertarik dengan kencang.

2. Kelir

5 Peralatan Pentas Wayang Kulit di Bali, Mirip JawaKelir sebagai tempat bayangan wayang ditampilkan. (Desawisatamas.com)

Dalam Lontar Dharma Pewayangan, kelir merupakan simbol atau lambang akasa atau langit. Kelir merupakan kain putih seperti layar yang dibentangkan. Bayangan wayang akan muncul di kelir ini.

Kelir juga menjadi pembatas antara penonton dengan dalang wayang di Bali. Seperti diketahui, dalam pementasan wayang di Bali, dalang wayang berada di belakang kelir atau tidak terlihat penonton. Sangat berbeda dengan pertunjukan wayang di Pulau Jawa.

Ukuran kelir berbeda-beda, tergantung kebutuhan dari dalang dan kondisi pementasan. Pada zaman dahulu, kelir dibuat sangat sederhana. Saat itu, beberapa pergelaran wayang menggunakan kelir dengan hiasan yang memberi kesan mewah. Biasanya menggunakan perlengkapan bernama gayor, yang digunakan untuk mengikat tali dan membentangkan kelir. Gayor dibuat dari kayu dengan ukiran khas Bali.

3. Blencong

5 Peralatan Pentas Wayang Kulit di Bali, Mirip JawaBlencong yang digunakan sebagai sarana penerangan. (YouTube.com/Disbud Prov. Bali)

Blencong merupakan lampu minyak yang terbuat dari tanah liat. Blencong memiliki ukuran diameter 30 centimeter (cm) dengan tinggi 28 cm. Blencong ini terdapat sumbu yang direndam dengan minyak kelapa.

Blencong sering disebut dengan istilah sembe atau sanggokan. Blencong merupakan simbol dari Triodasa Saksi yang terdiri dari Surya (matahari), Candra (bulan), dan Wintang Tranggana (bintang). Blencong berfungsi sebagai lampu penerangan di area dalang dan para penabuh pendukung.

Selain itu, cahaya dari blencong akan menampilkan bayangan wayang di kelir. Cahaya blencong menyebabkan wayang seolah-olah menjadi hidup atau memiliki napas. Bayangan ini merupakan simbol sikap, moral dalam kehidupan. Orang yang bertugas untuk menjaga blencong disebut dengan katekong. Ia wajib memperhatikan minyak dan blencong agar tetap menyala secara stabil.

4. Keropak untuk menyimpan wayang

5 Peralatan Pentas Wayang Kulit di Bali, Mirip JawaSeorang dalang saat akan membuka keropak wayang miliknya. (YouTube.com/IDN Times)

Keropak merupakan peralatan yang digunakan untuk menyimpan wayang. Keropak memiliki bentuk kotak dan terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan biasanya kayu ketewel atau kayu nangka.

Ukuran keropaknya menyesuaikn dengan keperluan dari dalang. Semakin banyak wayang yang disimpan, tentunya semakin besar ukurannya. Keropak diletakkan pada sisi kiri dalang. Keropak juga memiliki fungsi untuk media tempat memukul cepala. Semakin bagus kualitas kayu yang digunakan, maka suara yang ditimbulkan saat dipukul dengan cepala akan semakin bagus.

5. Cepala

5 Peralatan Pentas Wayang Kulit di Bali, Mirip JawaSeorang dalang sedang memperagakan cara menggunakan cepala. (YouTube.com/ PSK Channel)

Cepala merupakan alat pemukul yang ditelakkan di bagian jari kaki dalang dengan cara dijepit. Cepala ini dipukulkan ke keropak wayang sehingga menimbulkan suara. Alat ini memberikan aksen gerak, suara, dan suasana.

Masing-masing dalang memiliki makna pukulan cepala tersendiri. Ada yang menggunakan sekali pukulan cepala untuk pergantian kalimat yang diucapkan dalang, ada yang menggunakan pukulan cepala agak panjang (3-4 pukulan) sebagai penanda pergantian dialog, dan sebagainya. Ketukan cepala sering digunakan untuk mempertegas dari dialog yang dilakukan oleh tokoh dalam wayang tersebut.

Bahan yang digunakan untuk membuat cepala adalah kayu. Kayu yang digunakan dari berbagai macam jenis kayu. Panjangnya 15 cm. Bentuknya dibuat melebar pada bagian bawah dan meruncing pada bagian atasnya. Hal ini untuk memudahkan dijepit oleh jari kaki dalang.

Selain peralatan di atas, setiap pertunjukan wayang kulit di Bali menggunakan sound system. Penggunaannya tergantung dari kondisi tempat pentas dan keperluan masing-masing dalang. Setiap pementasan wayang kulit di Bali selalu menghaturkan sarana upacara agar pelaksanaannya berlangsung dengan selamat dan lancar.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menyenangi hal-hal baru. Menulis salah satu hobi sejak jaman blog. Menulis apa saja yang ada di hati.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya