5 Lontar Bali Tentang Seksualitas, Tidak Boleh Ada Paksaan

Seks yang bahagia itu 7 kali seminggu, kata lontar

Bagi pasangan yang sudah berumah tangga, hubungan seks adalah bagian untuk menciptakan keharmonisan. Seks juga menjadi bagian penting untuk menghasilkan keturunan.

Seperti halnya Kitab Kamasutra dari India yang sangat terkenal, Hindu di Bali juga memiliki beberapa naskah atau sastra kuno tentang seksualitas yang tertuang dalam lontar. Lontar ini mengajarkan bagaimana melakukan hubungan seksual yang baik agar tercipta keharmonisan dalam rumah tangga. Penasaran? Berikut ini 5 lontar Bali tentang seksualitas.

Baca Juga: 6 Doa Hindu Tuntunan Berumah Tangga, Biar Semakin Harmonis

Baca Juga: Hari Baik Berhubungan Seks Menurut Lontar di Bali

1. Lontar Rahasya Sanggama

5 Lontar Bali Tentang Seksualitas, Tidak Boleh Ada PaksaanIlustrasi ungkapan cinta. (pixabay.com/Comfreak)

Lontar Rahasya Sanggama mengulas cara berhubungan seksual yang memberikan kepuasan dan kenikmatan bagi pasangan. Lontar ini menjelaskan gerakan seks atau sanggama. Gerakan ini terdiri dari tiga jenis yaitu Purusaprawea (seks menggunakan alat kelamin), Angguliprawesa (seks menggunakan lidah), dan Jihwaprawesa (seks menggunakan jari).

Lontar Rahasya Sanggama juga mengulas mengenai waktu yang tepat untuk berhubungan seksual. Hubungan seks yang baik menurut lontar ini adalah mengikuti bentuk lingga yoni, dan tidak melakukan seks pada saat pergantian waktu, misalnya dari sore ke malam.

Seks yang sehat menurut lontar ini adalah tiga kali dalam seminggu. Sedangkan pasangan tujuh kali melakukan hubungan seksual dalam seminggu, dapat disebut sebagai seks yang bahagia. Tapi semuanya gak boleh dipaksakan, tergantung dari kemampuan masing-masing pasangan.

2. Lontar Tingkahing Sasrami

5 Lontar Bali Tentang Seksualitas, Tidak Boleh Ada Paksaanilustrasi pasangan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Lontar Tingkahung Sasrami mengajarkan konsep seksualitas untuk pasangan suami istri agar rumah tangganya harmonis. Terdapat tiga konsep di dalam lontar ini yaitu Aji Smaragama (berdasarkan waktu), Sastra Aji Pangguli, dan konsep sanggama berdasarkan posisi.

Konsep Smaragama mengatur mengenai hubungan seksual yang dilakukan pagi, siang, sore, dan malam hari. Masing-masing waktu dapat menghasilkan anak dengan karakter yang berbeda-beda.

Konsep Sastra Aji Pangguli mengajarkan tata cara memperoleh anak laki-laki atau perempuan. Sedangkan konsep sanggama berdasarkan posisi ini mengajarkan lima posisi berhubungan seksual. Sebagai pasangan suami istri, disarankan untuk tidak memaksa atau memiliki nafsu yang tidak terkendali pada saat berhubungan seksual.

3. Lontar Pameda Smara

5 Lontar Bali Tentang Seksualitas, Tidak Boleh Ada PaksaanIlustrasi pasangan (pexels.com/Los Muertos Crew)

Lontar Pameda Smara memuat tentang dewasa ayu atau hari baik dan tidak boleh melakukan hubungan seksual. Hari yang tidak boleh dipakai untuk melakukan hubungan seksual adalah hari kelahiran suami atau istri, Purnama, Tilem, dan rahinan (hari raya) dalam kalender Bali.

Jika melanggar, maka akan mendatangkan malapetaka bagi pasangan tersebut. Lontar Pameda Smara juga memuat tata cara pengobatan yang berhubungan dengan penyakit seksual beserta doanya.

4. Lontar Smara Krida Laksana

5 Lontar Bali Tentang Seksualitas, Tidak Boleh Ada Paksaanilustrasi pasangan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Lontar milik I Gusti Putu Jelantik dari Puri Bobraja, Singaraja, Kabupaten Buleleng memuat pengetahuan tentang pendidikan seks di antaranya alat kelamin atau organ intim, tata cara berhubungan seksual yang baik. Pengetahuan ini berguna sebagai cara menanamkan akhlak dan etika moral agar menjadi pribadi yang baik.

Lontar ini membahas mengenai beberapa gaya berhubungan seksual untuk mencapai puncak kepuasan masing-masing pasangan. Lontar ini juga mengajarkan beberapa doa untuk proses pembuatan anak.

Selain itu menjelaskan mengenai tiga belas obat atau ramuan tradisional untuk berhubungan seksual. Obat ini terdiri dari jamu yang diminum maupun dioles ke alat kelamin.

5. Lontar Rukmini Tattwa

5 Lontar Bali Tentang Seksualitas, Tidak Boleh Ada PaksaanSalah satu toga yaitu daun sirih. (unsplash.com/vetri vikash)

Lontar Rukmini Tattwa termasuk lontar usadha (pengobatan tradisional) yang mengulas tentang ramuan tradisional, dan berkaitan dengan keharmonisan pasangan suami istri. Lontar ini berisikan wejangan dari Dewi Saci kepada Dewi Rukmini tentang berbagai usadha di atas.

Ramuan tradisional ini juga bermanfaat untuk mengobati penyakit kelamin laki-laki, keputihan pada perempuan, kesehatan air mani, hingga jamu agar mendapatkan anak perempuan atau laki-laki.

Lontar ini ada berdasarkan pengalaman Dewi Rukmini yang dicampakkan oleh suaminya. Kemudian ia mendapat wejangan dari Ida Bhatara Saci atau Dewi Saci agar menjaga organ intim, dan memberikan beberapa ramuan atau jamu.

Sekali lagi, ilmu pengetahuan seksualitas yang diajarkan pada lontar-lontar di atas ditujukan bagi pasangan yang telah sah sebagai pasangan suami istri ya. Lontar-lontar tersebut bisa menjadi rujukan keintiman pasangan di tempat tidur yang mulai merasa membosankan atau kurang nikmat lagi.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya