6 Desa di Bali yang Ngaben Tanpa Pembakaran Jenazah

Tradisi ini masih dijaga kelestariannya sampai sekarang

Desa-desa di Bali melaksanakan upacara ngaben sebagai prosesi setelah seseorang meninggal dunia. Upacara ngaben di Bali bisa dilaksanakan secara perorangan maupun berkelompok, atau sering disebut dengan istilah ngaben ngerit (massal). NGaben massal biasanya dilakukan untuk menekan biaya pengeluaran.

Ngaben identik dengan prosesi pembakaran jenazah. Namun ada beberapa desa di Bali yang melaksanakan ngaben tanpa melakukan pembakaran jenazah. Kenapa hal ini dilakukan? Langsung lanjut baca artikel selengkapnya ya, guys!

Baca Juga: Sejarah Ngaben Tanpa Api di Desa Lemukih Buleleng, Unik!

1. Tradisi tanpa pembakaran jenazah untuk menjaga kesucian pura 

6 Desa di Bali yang Ngaben Tanpa Pembakaran JenazahProsesi ngaben di Desa Unggasan. (youtube.com/WAYAN di BALI)

Selama ini masyarakat umum menganggap prosesi ngaben di Bali selalu diikuti oleh pembakaran jenazah. Tapi faktanya tidak demikian. Ada beberapa desa di Bali yang tidak melaksanakan pembakaran jenazah dalam prosesi ngaben, dan ini berlangsung secara turun-temurun. Prosesi ngaben tanpa pembakaran jenazah ini memang tidak tertulisa dalam sumber lontar maupun prasasti.

Hampir semua desa yang melaksanakan ngaben tanpa prosesi pembakaran jenazah bertujuan untuk menjaga kesucian suatu pura. Terutama pura kahyangan jagat agar tidak terkena asap yang dihasilkan dari prosesi pembakaran jenazah.

Berikut ini daftar desa di Bali yang ngaben tanpa pembakaran jenazah. Lanjut baca ke poin berikutnya ya!

Baca Juga: Makna Ngaben di Bali Menurut Lontar Yama Purwana Tattwa

2. Desa Buwit, Kabupaten Tabanan

6 Desa di Bali yang Ngaben Tanpa Pembakaran JenazahSituasi Desa Buwit, Tabanan. (YouTube.com/gus det)

Desa Buwit, Kaba-Kaba, Kediri, Kabupaten Tabanan terdapat kuburan adat atau setra adat bernama Setra Gede Buwit. Kuburan ini memiliki keunikan. Yaitu tidak dapatkan menghidupkan api untuk sarana persembahyangan di area kuburannya.

Hal ini sudah berlangsung sejak berdirinya Desa Buwit. Oleh karena itu, setiap warga yang akan melangsungkan prosesi ngaben tidak bisa menggunakan api, sehingga tidak ada prosesi pembakaran jenazah.

Jenazah tetap dikubur seperti prosesi penguburan biasa, namun tidak memiliki gundukan dan batu nisan sebagai penanda nama orang yang meninggal. Prosesi ngaben dilakukan seperti biasa menggunakan lembu, bade, serta sarana upakara lainnya. Setelah jenazah sampai di kuburan, jenazah langsung dikubur.

Tanah dari kuburan tersebut diambil dan dibentuk menyerupai manusia (direka). Kemudian melakukan prosesi upacara ngaben biasanya, tanpa adanya pembakaran jenazah.

3. Desa Lemukih, Kabupaten Buleleng

6 Desa di Bali yang Ngaben Tanpa Pembakaran JenazahProsesi ngaben di Desa Lemukih. (YouTube.com/Kupit Bali)

Tradisi ngaben tanpa melalui prosesi pembakaran jenazah ini ada di Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Prosesinya hanya mengambil atau mencabut tanaman yang tumbuh di sekitar lokasi penguburan jenazah, kemudian dibungkus kain putih kuning untuk upacara ngaben.

Tradisi ini dilakukan karena terkait adanya sebuah pura di puncak bukit bernama Pura Bukit Cemara Geseng. Ida Sesuhunan yang berada di pura tersebut tidak berkenan jika mengadakan prosesi pembakaran jenazah. Karena hasil pembakaran jenazah akan membuat pura cemer (kotor).

4. Desa Besakih di Kabupaten Karangasem

6 Desa di Bali yang Ngaben Tanpa Pembakaran JenazahPura Besakih (IDN Times/Vanny El Rahman)

Warga yang berada di wewidangan (area) Desa Adat Besakih, Kabupaten Karangasem, juga tidak melaksanakan pembakaran jenazah dalam prosesi ngaben. Warga tidak diperkenankan membakar jenazah karena asap yang dihasilkan dapat mengotori Pura Besakih dan pura-pura di sekitarnya.

Kalau pelaksanaan ngaben massal di daerah lain biasanya ada upacara ngebet atau ngagah (pengangkatan jenazah yang telah dikubur), maka di Desa Adat Besakih tidak melakukannya. Sebagai penggantinya, warga mengadakan upacara ngebugin atau memanggil roh orang yang dikubur 3 hari sebelum ngaben.

Ngebugin menggunakan sarana pelepah pohon kelapa gading. Baru setelah itu melaksanakan prosesi upacara ngaben beserta sarananya, namun tanpa pembakaran jenazah. Warga masih diperkenankan menjalankan prosesi kremasi, namun dilakukan di luar wewidangan Desa Adat Besakih.

5. Ada 3 desa di Bali Selatan yang melaksanakan pembakaran jenazah tanpa api

6 Desa di Bali yang Ngaben Tanpa Pembakaran JenazahProsesi ngaben di Desa Unggasan. (youtube.com/WAYAN di BALI)

Desa-desa di kawasan sedelod ceking atau perbukitan Bali Selatan yang melintas dari arah Nusa Dua sampai ke barat, tidak melaksanakan prosesi pembakaran jenazah ngaben. Tradisi yang sudah ada sejak turun-temurun ini dilaksanakan oleh warga yang berada di Desa Ungasan, Desa Adat Pecatu, dan Desa Kutuh.

Prosesi ngaben hampir sama dengan prosesi di desa lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada saat prosesi pembakaran jenazah. Selama prosesi ini, jenazah tidak dibakar dengan api sekala (api yang sesungguhnya), melainkan menggunakan api niskala (gaib).

Proses pembakaran jenazah dilaksanakan secara simbolisasi dengan menggunakan tiga batang dupa. Setelah Ida Pandita yang memimpin upacara akan memohon kepada Dewa Siwa supaya masuk ke raganya untuk melakukan prosesi peleburan atau pralina dengan api niskala.

Prosesi ngaben tanpa pembakaran jenazah ini dilakukan untuk menjaga kesucian Pura Luhur Uluwatu agar tidak terkena asap yang dihasilkan dalam prosesi pembakaran jenazah.

Jika sudah menjadi tradisinya para leluhur, warga dipastikan pantang untuk melanggarnya. Walaupun tanpa prosesi pembakaran jenazah, warga tetap yakin dan percaya, bahwa prosesi roh untuk kembali serta menyatu kepada Sang Pencipta akan sama dengan yang dilakukan pembakaran jenazah.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya