BNPT Usul Bentuk Satgas Pemulangan WNI Eks Anggota ISIS dari Suriah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius berencana membentuk satuan tugas (satgas) yang mengurus pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI), yang sempat berafiliasi dengan ISIS di Suriah.
“Nanti kami buat satgas, dari Kementerian Luar Negeri, Polri, Densus 88, BIN, Kemenko Polhukam. Tapi yang memimpin nanti kami usulkan BNPT,” kata Suhardi di Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (9/8).
1. Satgas bertugas membuat klaster eks anggota ISIS
Suhardi menjelaskan satgas akan membuat klasifikasi eks simpatisan ISIS, berdasarkan paham radikalnya. Proses asesmen akan dilakukan di Suriah.
“Yang penting kita harus bisa mengklasifikasi atau mengklasterkan, sejauh mana mereka terpapar (radikalisme). Sehingga kita bisa memberikan treatment yang jelas. Bagaimana bisa kita memberikan obat kalau belum diagnosa penyakitnya,” kata dia.
Baca Juga: Meutya Hafid: Pemulangan WNI Eks ISIS Harus Lihat Sisi Kemanusiaan
2. Ada sekitar 100 WNI simpatisan ISIS di Suriah
Editor’s picks
Baru-baru ini, tim utusan BNPT baru saja kembali dari Irak. Mereka ditugaskan menghimpun data kuantitas WNI yang berada di sana. Sebab pemerintah Indonesia kesulitan mengidentifikasi lantaran mereka sudah tidak memiliki identitas.
“Di atas 100 yang ada di camp-camp (pengungsian). Kebanyakan perempuan dan anak-anak,” ucap jenderal bintang tiga itu.
3. BNPT berharap satgas terbentuk secepatnya
Suhardi berharap satgas yang digagasnya ini bisa terbentuk secepat mungkin. “Sebaiknya tahun ini. Tapi harus juga, jangan sekadar memulangkan. Karena nanti banyak polemiknya.”
4. Mendorong mantan teroris sebagai 'juru dakwah'
Ketika sudah kembali ke Indonesia, Suhardi berharap, mereka bisa menjadi 'juru dakwah' yang menceritakan bahwa percaya terhadap ISIS adalah kesalahan besar. Pendekatan ini juga lebih efektif dalam menangkal paham radikal.
“Kalau kita yang ngomong gak akan dipercaya sama mereka (yang terpapar radikalisme). Kan kami thagut,” tutup Suhardi.
Baca Juga: Kisah Humanis Teroris yang Menyekap Meutya Hafid di Irak