Darah Terus Merembes hingga Dimakamkan, Kematian Yadi Dinilai Janggal

Polisi menyuruh orangtua Yadi teken surat penolakan autopsi

Jakarta, IDN Times - Maspupah, 49, ibunda almarhum Mulyadi Suryana, 23, korban tewas aksi di DPR-MPR RI merasa kematian anaknya janggal. Darah yang terus keluar hingga saat penguburan anaknya, membuat Maspupah berpikir ulang tentang penjelasan polisi kepadanya.

Awalnya, polisi mengatakan Yadi--panggilan akrab sang anak, meninggal karena jatuh. Baru setelah bertemu dengan Maspupah, polisi menyebut Yadi meninggal saat terlibat aksi demonstrasi di sekitar DPR RI.

Kecurigaan Maspupah kian besar karena melihat bengkak-bengkak di wajah dan punggung anaknya. Ia tak lagi percaya keterangan polisi bahwa anaknya tewas karena penyakit asma bawaan dan gas air mata.

"Kalau dia membunuh anak saya, saya tidak terima. Kalau anak saya meninggal saya ikhlas biar dia tenang. Saya gak terima anak saya diperlakukan kayak binatang karena perginya sehat," ujar Maspupah.

1. Masih berdarah hingga dikuburkan

Darah Terus Merembes hingga Dimakamkan, Kematian Yadi Dinilai JanggalDok. IDN Times/Istimewa

Melihat kejanggalan pada jenazah Yadi, Maspupah menduga ada kekerasan yang menimpa anaknya itu sebelum meninggal.

"Kalau dia penyakit asma kan gak mungkin hidung berdarah kuping berdarah. Darahnya pun itu netes terus, saya seka lagi, keluar lagi. Sampai dimakamin masih berdarah terus. Di bagian punggung juga kayak abis ada pukulan," kata Maspupah kepada IDN Times, Jumat (4/10).

Baca Juga: Cerita A, Teman dari Yadi, Korban Tewas Aksi Demo di Gedung DPR

2. Maspupah ditakut-takuti soal proses autopsi melalui tayangan Youtube

Darah Terus Merembes hingga Dimakamkan, Kematian Yadi Dinilai JanggalDok. IDN Times/Istimewa

Maspupah menuturkan, kejanggalan lain juga terjadi saat dirinya berada di Rumah Sakit (RS) Polri Keramat Jati untuk mengambil jenazah anaknya. Saat itu, polisi mengklaim Yadi tewas karena asma dan gas air mata.

Dia mengaku dirinya sempat ditawari dokter untuk autopsi. Namun pada saat itu, menurutnya polisi menakut-nakuti dirinya dengan menunjukkan video mengerikan di Youtube tentang proses autopsi.

"Saya sempat menolak untuk diautopsi karena ditunjukin polisi video Youtube (jenazah) yang lagi diautopsi. Makanya saya takut," kata Maspupah.

Maspupah lantas diminta membuar surat pernyataan kalau anaknya meninggal dunia karena sakit dan pernyataan menolak untuk diautopsi.

"Saya kan masih syok, jadi adiknya yang tulis, tapi itu didikte sama polisi. Isinya kalau Yadi meninggal dunia karena sakit asma dan gas air mata. Memang anak saya ada sakit asma," kata Maspupah lirih.

"Saya yang tanda tangan di atas materai Rp 6000. Itu (surat) pernyataannya sama polisi, saya gak pegang apa-apa," ujarnya lagi.

3. Polisi pengawal ambulans kabur, sopir ambulans ketakutan

Darah Terus Merembes hingga Dimakamkan, Kematian Yadi Dinilai JanggalDok. IDN Times/Istimewa

Kejanggalan lain, kata Maspupah, adalah saat dia membawa pulang jenazah Yadi untuk disemayamkan di rumah neneknya. Mobil polisi yang mengawal ambulans memilih pergi memisahkan diri di tengah perjalanan. Menurut pengamatan Maspupah, selama perjalanan, sopir ambulans juga terlihat sangat tegang.

"Pas di ambulans arah ke rumah neneknya di Tanah Abang sempat dikawal sama polisi. Sampai di busway saya lupa di mananya dia mencar. Di situ saya curiga kok jadi begini. Sopir ambulannya ketakutan juga," kata Maspupah.

4. Kondisi jenazah Yadi saat Maspupah pertama kali melihatnya di RS Polri

Darah Terus Merembes hingga Dimakamkan, Kematian Yadi Dinilai JanggalDok. IDN Times/Istimewa

Maspupah menuturkan, Yadi meninggal pada Kamis (24/10) jam 05.00 subuh menurut keterangan polisi. Namun, hal itu baru diinformasikan kepada dirinya pada Kamis jam 20.00 malam.

Dia pun keheranan melihat tidak ada sehelai pun pakaian yang ada di tubuh Yadi. "Saya sempet nanyain pakaian anak saya mana, dompetnya juga KTP semua di situ, kata polisi memang gak ada," tuturnya.

Di sana, ia pun melihat darah keluar dari kuping sebelah kiri anak sulungnya itu. "Saya tanya, ini kenapa ada darah ke pak polisi? 'Nafasnya kali nyesek bu', itu kata pak polisi," kenang Maspupah.

5. Meminta tanggung jawab pihak kepolisian

Darah Terus Merembes hingga Dimakamkan, Kematian Yadi Dinilai JanggalIDN Times/Muhammad Iqbal

Maspupah yang telah menandatangani surat penolakan autopsi baru berpikir jernih tentang kejanggalan kematian anaknya setelah sampai di rumah.

"Bibinya sempat ribut melalui telepon dengan polisi namanya Charles yang pertama ngehubungin saya di telepon. 'Ini kenapa ponakan saya dipukulin begini, pada berdarah gini. Ibunya gak ngerti, saya ngerti', kata bibinya," paparnya menirukan percakapan bibi dari Yadi dengan polisi.

"Sekarang anaknya (anak Yadi) jadi anak yatim. Adik-adiknya juga anak yatim kan sebelumnya dia juga membiayai adik-adiknya. Polisi harus tanggung jawab dong," tegas Maspupah.

Baca Juga: Ini Cerita Maspupah, Orang Tua Korban Tewas Aksi Demo di DPR

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya