Analisis Lapan soal Banjir Kalsel: Luas Hutan Kurang 129 Ribu Hektare

Lapan menemukan luas perkebunan meningkat

Jakarta, IDN Times - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menganalisis penyebab banjir di Kalimantan Selatan. Hasilnya, curah hujan yang tinggi bukan satu-satunya penyebab banjir.

"Curah hujan ini menjadi salah satu penyebab banjir yang melanda provinsi Kalimantan Selatan pada 13 Januari 2021," kata Koordinator Humas Lapan, Jasyanto, dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/1/2021).

Dalam analisisnya, Lapan menemukan adanya penurunan luas area hutan selama 10 tahun terakhir sebanyak ratusan ribu hektare. Sebaliknya, luas perkebunan mengalami peningkatan.

"Data menunjukkan dalam kurun waktu 10 tahun tersebut ada penurunan luas hutan primer, hutan sekunder, sawah dan semak belukar," ungkapnya.

Baca Juga: 2 Perempuan Melahirkan di Tengah Banjir di Kalsel, Begini Nasibnya

1. Rincian luas hutan, sawah dan semak yang berkurang ratusan ribu hektare

Analisis Lapan soal Banjir Kalsel: Luas Hutan Kurang 129 Ribu HektareInformasi perubahan penutupan lahan di DAS Barito. (Lapan)

Lapan mengungkapkan dalam 10 tahun terakhir, mulai 2010 hingga 2020, tercatat ada penurunan luas hutan di daerah aliran sungai (DAS) Barito. Jasyanto mengungkapkan luas hutan berkurang 129 ribu hektare.

Ia merinci luas hutan tersebut terdiri dari 13 ribu hektare hutan premier dan 116 ribu hektare hutan sekunder. Selain itu, ada pula pengurangan luas sawah sebesar 146 ribu hektare dan luas semak belukar 47 ribu hektare.

"Analisis dilakukan menggunakan data mosaik Landsat untuk mendeteksi penutup lahan tahun 2010 dan 2020," jelas Jasyanto.

Sementara, kata dia, pengolahan data dilakukan secara digital menggunakan metode random forest. Metode pengolahan data tersebut disebut mampu lebih cepat dalam menganalisis perubahan penutup lahan yang terjadi.

2. Lapan menemukan adanya penambahan lahan perkebunan

Analisis Lapan soal Banjir Kalsel: Luas Hutan Kurang 129 Ribu HektareIlustrasi Perkebunan Kelapa Sawit (IDN Times/Sunariyah)

Sebaliknya, Lapan melihat terjadi perluasan perkebunan yang signifikan. Dalam 10 tahun terakhir, Jasyanto mengungkapkan, terdapat penambahan 219 ribu hektare area perkebunan.

"Perubahan penutup lahan dalam 10 tahun ini dapat memberikan gambaran kemungkinan terjadinya banjir di DAS Barito, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu masukan untuk mendukung upaya mitigasi bencana banjir di kemudian hari," kata Jasyanto.

Meski demikian, ia menyatakan pengolahan data masih menggunakan data satelit penginderaan jauh resolusi menengah. Sehingga, menurutnya hasil masih bersifat estimasi dan belum dilakukan verifikasi serta validasi untuk mengetahui tingkat akurasinya.

3. Wilayah di Kalimantan Selatan yang terendam banjir

Analisis Lapan soal Banjir Kalsel: Luas Hutan Kurang 129 Ribu HektareGenangan banjir Kalimantan Selatan berbasis satelit. (Lapan)

Tim Tanggap Darurat Bencana Lapan menyatakan hasil analisis dengan data satelit Himawari-8 menunjukkan adanya peningkatan curah hujan. Jasyanto mengatakan liputan awan penghasil hujan terjadi sejak 12 Januari 2021 hingga 13 Januari 2021 dan masih berlangsung hingga 15 Januari 2021.

Di sisi lain, Lapan juga menganalisis luas genangan banjir pada setiap daerah di Kalimantan Selatan. Berikut rinciannya:

  • Kabupaten Barito Kuala: luas genangan sekitar 60 ribu hektare.
  • Kabupaten Banjar: luas genangan sekitar 40 ribu hektare.
  • Kabupaten Tanah Laut: luas genangan sekitar 29 ribu hektare.
  • Kabupaten Hulu Sungai Tengah: luas genangan sekitar 12 ribu hektare.
  • Kabupaten Hulu Sungai Selatan: luas genangan sekitar 11 ribu hektare.
  • Kabupaten Tapin: luas genangan sekitar 11 ribu hektare.
  • Kabupaten Tabalong: luas genangan sekitar 10 ribu hektare.
  • Sementara di Kabupaten Balangan, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Hulu Sungai Utara, Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Murung Raya luas genangan antara 8.000 hingga 10 ribu hektare.

Baca Juga: Banjir Berulang di Kalsel: Dampak Rusaknya Lingkungan Akibat Tambang

Topik:

  • Rochmanudin
  • Jihad Akbar
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya