Waspada, Ratusan Pasar Tanah Air Kini Jadi Klaster Penyebaran COVID-19

#KlasterPasar jadi momok baru di tengah pandemik

Serang, IDN Times - Pasar menjadi sorotan di tengah pandemik COVID-19. Satu demi satu pasar tradisional di Tanah Air terjangkit COVID-19 dan menjadi klaster penyebaran virus SARS-CoV-2. 

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengungkapkan, saat ini kasus positif virus corona di pasar tradisional sudah berjumlah 701 kasus dan tersebar di 129 pasar di seluruh Indonesia. 

Dari klaster pasar ini pula, sedikitnya 32 orang meninggal, kata Ketua Bidang Keanggotaan Dewan Pimpinan Pusat IKAPPI Dimas Hermadiansyah yang merilis data pada Sabtu (20/6).

Ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono, mengungkapkan bahwa pasar seharusnya menjadi salah satu fokus utama pemerintah saat pandemik pertama kali muncul di Tanah Air. "Pasar tradisional harus ditata karena bisa menjadi potensial klaster," kata dia dalam program Ngobrol Seru by IDN Times dengan tajuk 100 Hari Pandemik Global - Workshop Meliput COVID-19 yang tayang secara daring, Sabtu (20/6).

Kini, pasar benar-benar menjadi klaster seperti yang dia khawatirkan. "Interaksi masyarakat di situ, pasar. Di mana pun! Di mana ada kegiatan interaksi manusia, itu memungkinkan ada potensi penularan," jelasnya. 

Baca Juga: Bertambah Lagi, Kini Ada 701 Kasus Virus Corona di Pasar Tradisional

1. Kebijakan pemerintah tangani #klasterpasar dinilai tak solutif

Waspada, Ratusan Pasar Tanah Air Kini Jadi Klaster Penyebaran COVID-19Ilustrasi pasar tradisional. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Pandu lantas mengkritisi sejumlah kebijakan pemerintah daerah dalam menekan  penyebaran COVID-19 di pasar. Salah satunya adalah penerapan sistem ganjil-genap yang diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur. 

Pandu menjelaskan bahwa pedagang sebetulnya tidak perlu ditekankan dalam penerapan physical distancing karena mereka punya toko masing-masing. "Yang membuat kerumunan (di pasar) itu siapa? Pembeli kan? Kenapa pedagang yang harus dikurangi dengan ganjil genap? Logikanya itu gak ada," tegasnya. 

Lebih baik, imbuhnya, pedagang tidak dikurangi karena penghasilan mereka mengandalkan penjualan harian. Daripada membatasi pedagang yang berjualan setiap harinya, Pandu menilai, lebih baik pasar dibuka 24 jam saja. 

"(Diatur) pedagang pagi siapa, siang, sore siapa. Kan bisa. Jadi, jangan hak pedagang untuk berdagang (dibatasi). Mereka itu hidupnya dari mana?" imbuhnya. Dengan aturan seperti ini, pembeli pun bisa memilih waktu mereka untuk berbelanja tanpa perlu berjejal.

Dia juga mengkritisi kebijakan yang pembatasan jam buka pasar menjadi beberapa jam saja per hari. Dengan pengaturan seperti itu, imbuhnya, justru makin membuat orang membludak. "Misalkan, dibatasi pasar hanya buka jam 8 sampai 11 siang. Ya, terjadi penumpukan," imbuhnya. 

Kritikan juga dilayangkan IKKAPI. Dimas Hermadiansyah menyayangkan solusi yang diberikan pemerintah daerah maupun pengelola pasar adalah penerapan ganjil genap dan penutupan pasar. 

Menurut dia, penerapan ganjil genap serta penutupan pasar seharusnya tidak diterapkan, karena ada opsi lain yang semestinya bisa dilakukan seperti melakukan sosialisasi dan edukasi penerapan protokol kesehatan.

"Serta menyediakan tempat cuci tangan beserta sabun di sudut pasar yang mudah dijangkau, penyediaan hand sanitizer, pembagian masker, penyediaan face shield, menyediakan penyekat plastik antara penjual dan pembeli, mengatur sirkulasi lalu lalang pembeli serta penyemprotan disinfektan di saat pasar berhenti beroperasi," kata dia.

2. Dari 701 kasus dari #klasterpasar, 132 ada di Jakarta

Waspada, Ratusan Pasar Tanah Air Kini Jadi Klaster Penyebaran COVID-19IDN Times/Mardya Shakti

Sejumlah pemerintah daerah sudah melaporkan sejumlah #klasterpasar. Di DKI Jakarta, ada sekitar 18 pasar yang sudah terjangkit. Pasar Induk Kramat Jati menjadi klaster dengan kasus terbanyak.

Berdasarkan data yang dirilis Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, Kamis (18/6), sedikitnya 49 orang terjangkit COVID-19 di pasar yang terletak di Jakarta Timur tersebut. 

Selain pasar induk itu, sejumlah pasar tradisional yang dilaporkan menjadi klaster, antara lain: Pasar Perumnas Klender, Serdang Kemayoran, Kedip Kebayoran Lama, Rawa Kerbau Cempaka Putih, Obor Cijantung Lontar Gondangdia, dan Pasar Minggu. 

IKKAPI mencatat, dari total 701 kasus #klasterpasar per Sabtu (20/6), sebanyak 132 kasus ada di Jakarta. 

Di Jawa Barat, pasar yang menjadi klaster, antara lain: Sadang Serang, Leuwipanjang, dan Pasar Haurpancuh. Setelah ada pedagang yang positif COVID-19, tiga pasar yang terletak di Bandung ini ditutup sejak Selasa (9/6). Namun, Pemerintah Kota Bandung berencana membuka Pasar Sadang Serang dan Leuwipanjang dalam waktu dekat. 

Pasar lain yang sempat menjadi sorotan adalah Pasar Cileungsi yang terletak di Kabupaten Bogor. Setelah pasar menjadi klaster, pedagang sempat mengusir petugas yang hendak melaksanakan rapid test. 

Di Depok,  Pasar Cisalak juga sempat tutup setelah empat pedagang dinyatakan positif COVID-19.

Sementara itu, Banten tercatat  memiliki satu #klasterpasar, yakni Pasar Kranggot yang berada di Cilegon. Di pasar tradisional ini, sedikitnya dua pedagang positif terjangkit COVID-19.  Meski demikian, pemerintah setempat tidak menutup pasar tersebut. 

Baca Juga: Penolakan Rapid Test di Pasar Cileungsi karena Adanya Kesalahpahaman

Baca Juga: 137 Pedagang di 18 Pasar Jakarta Positif COVID-19, Ini Daftarnya

3. Jawa Timur tak akan lagi tutup pasar meski jadi klaster

Waspada, Ratusan Pasar Tanah Air Kini Jadi Klaster Penyebaran COVID-19Ilustrasi pasar tradisional. ANTARA FOTO/Rahmad

Jawa Timur merupakan provinsi kedua terbanyak melaporkan kasus terkonfirmasi COVID-19. Data per Minggu (21/6), ada total 9.542 kasus. Salah satu klaster penyebaran COVID-19 di sana adalah pasar. 

Kasus COVID-19 sudah berulang kali ditemukan di pasar tradisional di Kota Surabaya, seperti Pasar PPI, Pasar Kupang Gunung, Pasar Jojoran, dan lainnya. Berdasarkan data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, total ada 50 pedagang pasar yang positif COVID-19 di Surabaya. Angka ini belum termasuk penularan ke warga sekitar hingga tercipta klaster besar seperti Pasar PPI.

Di Malang, pemerintah kota juga mewaspadai penyebaran COVID-19 di Pasar Induk Gadang dan Pasar Besar. Pemkot memeriksa pedagang dan pengunjung dengan rapid test. Hasilnya, beberapa pengunjung pasar induk reaktif.

Menurut Wali Kota Malang Sutiaji, rapid test digelar sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran COVID-19, terutama penyebaran melalui transmisi lokal. 

Jawa Tengah pun melaporkan hal sama. Sejumlah pasar di wilayah ini menjadi klaster, seperti Pasar Juwangi, Cepogo yang berada di Boyolali. Di Semarang, ada Pasar Ikan Rejomulyo (Kobong) dan Pasar Peterongan. 

Di awal Juni, ada sejumlah pasar tradisional yang menjadi klaster baru penyebaran virus corona di Kota Semarang, yaitu Pasar Prembaen, Pasar Jati Banyumanik, Pasar Burung Karimata. Ketiga pasar ini kemudian sempat ditutup selama tiga hari. 

#Klasterpasar bertambah lagi di Semarang ketika seorang pedagang di Pasar Mateseh positif mengidap COVID-19. Pasar inipun kemudian ditutup hingga 17 Juni lalu. Total, ada delapan #klasterpasar di Semarang.

Di Yogyakarta, petugas menggelar rapid test di sejumlah pasar, termasuk Sleman dan Pasar Kranggan.

Baca Juga: Lagi, 2 Klaster Baru Ada di Semarang, 9 Pedagang Pasar Positif Corona

4. Di Sumatera, #klasterpasar dilaporkan dari Palembang

Waspada, Ratusan Pasar Tanah Air Kini Jadi Klaster Penyebaran COVID-19Kondisi di pasar kebun bunga palembang (IDN Times/Istimewa)

Di Palembang, ada dua pasar yang tengah dipantau ketat, yakni Kebun Bunga dan Pasar Kebon Semai Sekip. Di Kebun Bunga, dua orang dinyatakan positif COVID-19 dari asil pemeriksaan uji swab sejak 30 Mei lalu. Sedangkan di Pasar Kebon Semai Sekip, isu COVID-19 mencuat setelah salah satu pedagangnya meninggal dunia. 

Dari situ, petugas langsung melakukan tracing dan rapid test massal kepada pedagang di kedua pasar. Hasilnya, puluhan orang reaktif. Hasil ini dilanjutkan dengan uji swab. 

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumatera Selatan, Yusri, mengungkap bahwa pasar menjadi tempat yang potensial dan rentan terjadinya penyebaran virus corona karena kerumunan massa. 

Namun pasar menjadi salah satu pusat perekonomian warga tak bisa dihentikan, meski pandemik COVID-19 belum menunjukkan penurunan

Sementara itu di Sulawesi Selatan, #klasterpasar pun mulai terindikasi muncul. Dinas Kesehatan Kota Makassar, Sulawesi Selatan mencatat sebanyak 204 pedagang pasar tradisional reaktif COVID-19 berdasarkan hasil rapid test atau tes cepat. Ratusan pedagang yang reaktif merupakan akumulasi setelah Dinkes Makassar bersama tim gabungan melakukan tes cepat massal selama empat hari.

Rapid test di Makassar dimulai sejak (12/5) hingga Jumat (15/4). "Di hari pertama itu sebanyak 21 yang reaktif, hari kedua 44 reaktif, hari ketiga 78 reaktif dan hari ke empat 61 reaktif, jadi total 204 yang reaktif," ungkap Kepala Dinkes Makassar Naisyah Tun Azikin.

Rapid test itu, kata Naisyah, dilakukan di-18 pasar tradisional induk yang tersebar di berbagai lokasi di Kota Makassar. Mereka yang reaktif adalah bagian dari 1.914 pedagang yang ikut dalam pelaksanaan tes yang dilaksanakan pihak pemerintah kota.

5. Pasar juga jadi klaster baru di Bali

Waspada, Ratusan Pasar Tanah Air Kini Jadi Klaster Penyebaran COVID-19Ilustrasi pasar tradisional. ANTARA FOTO/Rahmad

Pasar menjadi klaster penularan baru COVID-19 di Bali. Kepala Desa Padangsambian Klod, Gede Wijaya Saputra menjelaskan, ada satu keluarga yang terdiri dari delapan anggota terkonfirmasi positif COVID-19, pada Selasa (16/6).

Penularan itu terjadi karena satu anggota keluarga ini berdagang di Pasar Kumbasari lebih dulu terinfeksi. Kasus ini termasuk sebagai transmisi lokal, di mana Pasar Kumbasari di Denpasar jadi klaster baru di Bali.

Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan COVID-19 Denpasar awalnya melakukan tes swab kepada 10 orang. Menurut Gede Wijaya, delapan anggota keluarga lebih awal keluar hasil swabnya dan dinyatakan positif. Sementara hasil swab dua anggota keluarga lainnya baru keluar Rabu (17/6) dan dinyatakan juga terkonfirmasi positif. Sehingga satu keluarga yang terdiri dari 10 anggota tersebut positif COVID-19 dan mereka diisolasi di rumahnya.

“Jadi nambah lagi dua orang yang positif. Mereka merupakan cucu dan anak perempuan yang menikah dalam satu banjar,” jawabnya.

Dari kasus keluarga ini, petugas langsung tracing kepada 45 orang. Namun hingga saat ini belum diambil tindakanrapid test dan menunggu jadwal dari puskesmas setempat. 

#Klasterpasar lain yang terdeteksi adalah Pasar Umum Galiran, Klungkung. Saat ini, jumlah kasus positif COVID-19 di Klungkung melonjak sampai 78 orang. Sebagian kasus transmisi lokal diketahui terjadi di Pasar Galiran. Seperti kasus perluasan transmisi lokal di Dusun Buayang Desa Gunaksa, Desa Paksebali, dan Desa Bakas. Semuanya berasal dari pedagang di Pasar Galiran.

Baca Juga: Rapid Test 11 Pedagang dan Petugas Pasar Galiran Klungkung Reaktif

6. #Klasterpasar di Indonesia terjadi karena pemerintah tidak belajar dari Wuhan

Waspada, Ratusan Pasar Tanah Air Kini Jadi Klaster Penyebaran COVID-19Tes asam nukleat kepada warga di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 15 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Melihat #klasterpasar yang bermunculan, Pandu Riono yang juga pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI itu juga menegaskan, seharusnya Indonesia belajar dari sejarah awalnya muncul pandemik COVID-19. 

Seperti diketahui, wabah ini mulai merebak di sebuah pasar di Wuhan, Tiongkok. "Itu kan pasar basah," kata Pandu dalam program Ngobrol Seru by IDN Times itu. Namun, imbuhnya, Indonesia seolah bingung dan tidak mau belajar dari kasus Wuhan. "Ya, pasar kita abaikan, padahal harusnya kita tata," kata dia. 

Menurut Pandu, keadaan yang terjadi saat ini juga diakibatkan oleh koordinasi dan penanganan serta perhatian pada pasar tradisional yang terbilang lambat. Dia juga menilai, tak jarang pemangku kebijakan saling lempar tanggung jawab untuk menangani dan mengurus pasar tradisional di tengah pandemik saat ini.

"Kementerian perdagangan bilang itu bukan tanggung jawab mereka, itu tanggung jawab pemerintah daerah. Pemerintah daerah akhirnya bilang itu tanggung jawabnya pemerintah lokal, camat. Semua lempar-lemparan, padahal itu harus benar-benar serius itu harus di tata," kata dia,

Baca Juga: Asal Muasal dan Perjalanan Virus Corona dari Wuhan ke Seluruh Dunia

7. Bersihkan dan sehatkan pasar tradisional

Waspada, Ratusan Pasar Tanah Air Kini Jadi Klaster Penyebaran COVID-19IDN Times/Sukma Mardya Shakti

Pandu berharap pasar tradisional mendapat perhatian khusus ke depannya agar penyebaran wabah tidak semakin meluas. Caranya, kata dia, menjaga pasar tradisional tetap bersih dan sehat.

Selama ini, kata dia, pasar tradisional selalu dianggap kotor, becek, dan bau. "Nah, kita harus mengubah mindset ini. Kita bisa menciptakan pasar yang bersih, kering," kata dia. 

Untuk menciptakan pasar sehat dan bersih itu, kata dia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di luar protokol kesehatan.  Salah satunya, mengatur sirkulasi udara agar kondisi pasar tidak pengap. "Kita tinggikan atapnya, sirkulasi udaranya menjadi penting," imbuhnya.

Selain itu, arus pembeli dan pedagang juga harus diatur bagaimana interaksi supaya jaga jarak di pasar tradisional tetap bisa diterapkan.

Pandu juga tengah menggalakkan gerakan pakai masker yang akan dia lakukan di pasar tradisional. Karena dia merasa, saran-saran dari para ahli tidak diperhatikan secara serius.

Menurut Pandu, lebih baik ada penanganan yang sistematis dan direncanakan dengan matang, agar tidak menjadi bumerang pada aktivitas dan pedagang di pasar. Untuk itu, dia mengimbau para pengambil kebijakan untuk mengajak para pedagang dan pengelola pasar ketika akan mengambil keputusan. "Biarkan inovasi datang dari mereka. Mereka yang mengerti pasar kok," kata dia. 

Jika pejabat hanya mengandalkan asumsi sendiri, maka kebijakan melupakan unsur komunitas. 

Tim Penulis: Ayu Afria Ulita Ermalia, Lia Hutasoit, Wayan Antara, Sahrul Ramadan, Fariz Fardianto, Anggun Puspitoningrum, Gregorius Aryodamar P, Khaerul Anwar, Azzis Zulkhairil, Fitria Madia, Dida Tenola, Siti Umaiyah, Tunggul Damarjati, Muhammad Rangga,
Feny Maulia Agustin, Debbie Sutrisno, Rohman Wibowo

https://www.youtube.com/embed/CLcqcOR1I6Q

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya