Kelompok Berpenghasilan di Bawah Rp5 Juta Per Bulan Rentan Alami KDRT

Komnas Perempuan rilis hasil survei selama pandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times - Hasil survei Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menemukan kekerasan dan beban kerja yang dihadapi perempuan pekerja berpenghasilan kurang dari Rp5 juta berlipat ganda selama pandemik COVID-19.

Komisioner Komnas Perempuan, Alimatul Qibtiyah, mengungkapkan survei daring yang digelar pada April hingga Mei 2020 menemukan pekerja sektor informal yang berusia antara 31 sampai 40 tahun dan menetap di 10 provinsi dengan paparan tertinggi COVID-19 menjadi kelompok rentan terdampak.

"Mereka merupakan kelompok paling terdampak baik dari segi kesehatan fisik dan psikis, sosial dan ekonomi dalam rumah tangga, dan rentan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)," ujar Alimatul seperti dikutip dari laman Komnasperempuan.go.id, Senin (13/7/2020).

1. Bertambahnya pekerjaan rumah tangga menambah tingkat stres

Kelompok Berpenghasilan di Bawah Rp5 Juta Per Bulan Rentan Alami KDRTGERAK Perempuan lakukan aksi di Monas untuk memeringati hari International Women’s Day, di halaman Monas, Minggu (8/3) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Alimatul mengatakan beban pekerjaan rumah tangga selama COVID-19 secara umum masih ditanggung oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Mayoritas responden, yakni sebanyak 66 persen dari 2,285 responden, baik laki-laki dan perempuan, menyampaikan bahwa beban pekerjaan rumah tangga semakin banyak.

"Jumlah perempuan yang melakukan pekerjaan rumah tangga dengan durasi lebih dari 3 jam berjumlah empat kali lipat daripada responden yang laki-laki. Diketahui bahwa 1 dari 3 reponden melaporkan bahwa bertambahnya pekerjaan rumah tangga berakibat pada meningkatnya stres," ujarnya.

2. Sebanyak 75 persen responden mengalami kekerasan psikologis ekonomi selama pandemik

Kelompok Berpenghasilan di Bawah Rp5 Juta Per Bulan Rentan Alami KDRTGERAK Perempuan lakukan aksi di Monas untuk memeringati hari International Women’s Day, di halaman Monas, Minggu (8/3) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Sementara itu, 60 persen respon menjawab, kekerasan psikologis dan ekonomi mendominasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) semakin sering terjadi selama COVID-19 berasal dari kelompok berpenghasilan di bawah Rp5 juta per bulan.

"Sebanyak 100 persen responden menjawab lebih sering mengalami kekerasan fisik dan seksual, lebih fari dari 75 persen responden lebih sering mengalami kekerasan psikologis dan ekonomi dan pengeluaran bertambah selama pandemi," ujarnya.

3. Responden tidak melaporkan kasus kekerasan sebagian besar berpendidikan tinggi

Kelompok Berpenghasilan di Bawah Rp5 Juta Per Bulan Rentan Alami KDRTGERAK Perempuan lakukan aksi di Monas untuk memeringati hari International Women’s Day, di halaman Monas, Minggu (8/3) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Meski tingkat kekerasan naik namun hanya 10 persen responden yang melaporkan. Sebagian besar lebih memilih sikap diam atau hanya memberitahukan kepada saudara, teman, dan/atau tetangga.

"Responden yang tidak melaporkan kasusnya terutama berlatar belakang pendidikan tinggi, baik S1 maupun pascsarjana. Hampir 69  persen responden juga tidak menyimpan kontak layanan untuk dapat mengadukan kasusnya," papar Alimatul.

4. Teknologi daring dan infrastruktur teknologi belum siap menghadapi pandemik COVID-19

Kelompok Berpenghasilan di Bawah Rp5 Juta Per Bulan Rentan Alami KDRTPemeriksaan swab terhadap petugas di RSUD Tabanan (Dok.IDN Times/RSUD Tabanan)

Komisioner Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, menambahkan jaringan internet yang tidak stabil, anggaran terbatas untuk kuota internet dan literasi teknologi merupakan permasalahan yang muncul selama pandemi COVID-19.

"Masyarakat Indonesia masih belum siap dengan teknologi daring dan infrastruktur teknologi belum tersedia secara merata di 34 provinsi di tanah air, termasuk keamanan datanya," paparnya.

Bahkan, sebagian besar responden menilai pemerintah belum siap menghadapi pandemi COVID-19  dari segi infrastruktur dan masih terfokus pada aspek medis.

"Responden menyoroti kesiapan di aspek teknologi dan informasi serta pemenuhan kebutuhan ekonomi, sosial, layanan publik bagi warga, termasuk sistem pendidikan di sekolah formal dan informal  hingga perguruan tinggi," ucapnya.

Baca Juga: Virus COVID-19 Menular Lewat Udara, Ketua Tim Pakar COVID-19 Tanya WHO

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya