Kasus Siswi SMP Bunuh Balita, KPAI: Kepekaan Pola Asuh Amat Berperan

Perilaku pelaku yang suka menyakiti hewan sudah pertanda

Jakarta, IDN Times - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai kasus remaja yang membunuh tetangganya yang masih balita bukan hanya kesalahan pelaku sendiri.

Komisioner KPAI Retno Listyarti menilai beberapa faktor lingkungan juga banyak yang mempengaruhinya.

"Pengasuhan yang positif dan kepekaan orang dewasa di sekitar anak sangat diperlukan, karena anak biasanya menunjukkan tanda-tanda yang dapat dikenali ketika memiliki masalah," ujar Retno melalui pesan tertulis yang diterima IDN Times, Minggu (8/3).

1. Pelaku sudah tunjukkan tanda-tanda mempunyai masalah

Kasus Siswi SMP Bunuh Balita, KPAI: Kepekaan Pola Asuh Amat BerperanKomisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti di gedung KPAI, Kamis (30/1).

Dia mencontohkan tanda-tanda ada masalah tersebut sebenarnya sudah ditunjukkan pelaku melalui perilaku pelaku yang pernah menyakiti hewan, atau dari gambar-gambar yang dibuat pelaku.

"Andai orang dewasa di sekitar anak dapat memiliki kepekaan maka si anak dapat dibantu rehabilitasi psikologisnya, sehingga perilaku delikuensinya dapat diatasi, bahkan dihilangkan," katanya.

Baca Juga: Fakta-Fakta Mengejutkan Remaja 15 Tahun Bunuh Balita secara Sadis

2. Delinkuensi sebagian besar dialami anak broken home

Kasus Siswi SMP Bunuh Balita, KPAI: Kepekaan Pola Asuh Amat BerperanIlustrasi kekerasan anak (IDN Times/Sukma Shakti)

Retno menjabarkan delinkuensi adalah tingkah laku yang menyalahi norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Menurutnya, sebagian besar anak-anak delinkuen berasal dari keluarga berantakan atau broken home.

"Kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak beruntung jelas membuahkan masalah psikologis personal dan penyesuaian diri yang terganggu pada diri anak-anak, sehingga mereka mencari kompensasi di luar lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk perilaku delinkuen," terangnya.

3. Aksi pelaku terinspirasi film Chukky

Kasus Siswi SMP Bunuh Balita, KPAI: Kepekaan Pola Asuh Amat BerperanIlustrasi kekerasan (IDN Times/Sukma Shakti)

Retno mengatakan berdasarkan pengakuan pelaku, aksi kejam tersebut terinspirasi film Chucky dan The Slender Man. Untuk itu KPAI mengimbau agar para orangtua untuk mendampingi dan mengawasi tontonan anak-anak mereka, baik melalui televisi maupun aplikasi YouTube.

"Media audio visual sangat kuat mempengaruhi perilaku seorang anak. Anak adalah peniru ulung dari apa yang dia lihat langsung di lingkungannya atau dia lihat melalui tayangan di televisi dan film," ujarnya.

4. Remaja membunuh balita karena film horor

Kasus Siswi SMP Bunuh Balita, KPAI: Kepekaan Pola Asuh Amat BerperanIlustrasi (IDN Times/Mia Amalia)

Seorang remaja berinisial NF (15) menyerahkan diri kepada pihak berwajib setelah membunuh tetangganya APA (5) di rumahnya yang terletak di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

NF menyerahkan diri ke pihak berwajib karena bingung menangani jasad korban yang berada di lemarinya selama satu malam sejak Kamis (5/3).

"Akhirnya dia memutuskan berangkat ke sekolah pakai seragam. Tapi di tengah jalan dia tidak sekolah dan berganti pakaian preman yang sudah disiapkan dan pada saat itu dia melaporkan diri. Saya telah melakukan pembunuhan ke Polsek Taman Sari," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Novianto di lokasi olah TKP, Jumat (6/3).

Berdasarkan pengakuan pelaku, aksi tersebut terinspirasi dari film horor Chucky dan The Slender Man yang sering dia tonton.

Baca Juga: KPAI Temukan 4369 Kasus Kekerasan Anak Sepanjang 2019

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya