Umbu Tutup Usia, Cak Nun: Satu-Satunya yang Saya Sebut Guru

Penyair Umbu Landu Paranggi meninggal dunia di Bali

Kota Yogyakarta, IDN Times - Dunia Sastra Indonesia berduka dengan berpulangnya Umbu Landu Paranggi pada usia ke 77 tahun. Penyair yang dikenal sebagai "Presiden Malioboro" ini mengembuskan terakhir di RS Bali Mandara, Sanur, Denpasar, pada Selasa (6/4/2021) pukul 03.50 WITA.

Sosok Umbu memiliki kesan tersendiri bagi sastrawan dan budayawan Emha Ainun Nadjib. Pria yang akrab disapa Cak Nun itu menganggap Umbu adalah satu-satunya orang yang dia disebut guru meski tidak pernah mengajar.

Baca Juga: Sang Legenda, Penyair Umbu Landu Paranggi Tutup Usia di Bali

1. Umbu Landu Paranggi tak makan dua hari

Umbu Tutup Usia, Cak Nun: Satu-Satunya yang Saya Sebut Guru(Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun tengah mengisi acara peringatan dua tahun kasus Novel Baswedan) Biro Humas KPK

"Iya saya menerima kabar Umbu meninggal sekitar pukul 03.50 WITA di Bali," kata Cak Nun ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (6/4/2021).

Cak Nun mengaku umbul tidak punya sakit yang aneh-aneh. Namun almarhum diketahui tidak makan selama dua hari sehingga menjadi lemah dan kolaps.

"Ya gitu itu kalau seniman, dulu pernah puasa kemudian kolaps namun tertolong. Kalau sekarang tak tertolong. Kalau tidak makan itu kan lemah, bisa kena macam-macam," ungkapnya.

2. Umbu disebut sebagai guru yang benar-benar guru

Umbu Tutup Usia, Cak Nun: Satu-Satunya yang Saya Sebut GuruPenyair Umbu Landu Paranggi. (Dokumentasi foto dalam buku Metiyem)

Cak Nun mengaku Umbu merupakan sosok satu-satunya yang dia sebut sebagai guru. Bukan guru yang mengajar, namun guru yang mendorong, menantang. Seperti menumbuhkan padi untuk menjadi padi, jagung menjadi jagung. Bukan menumbuhkan jagung namun menjadi kedelai.

"Sekarang pengajaran menumbuhkan pohon menjadi sama. Pendidikan Umbu itu menumbuhkan bakat yang diberikan oleh Tuhan, disirami, dirangsang," tuturnya.

Menurut Cak Nun, pendidikan ala Umbu adalah pendidikan yang paling benar. Seseorang tidak didorong-dorong menjadi dokter atau insinyur, namun justru memperhatikan dan mendorong sesuai bakat dan kemampuannya.

"Jadi seluruh dunia itu kafir, karena tidak pernah tanya maunya Tuhan itu apa? Manusia itu kerjanya semaunya sendiri. Nah itu yang tidak dilakukan oleh Umbu. Umbu tidak menyuruh seseorang jadi apa namun membiarkan tumbuh sesuai kecenderungannya dan kebetulan di wilayah puisi," terangnya.

3. Pemikiran Umbu sederhana, menjadi diri sesuai keinginan Tuhan

Umbu Tutup Usia, Cak Nun: Satu-Satunya yang Saya Sebut GuruPenyair Umbu Landu Paranggi. (Dokumentasi foto dalam buku Metiyem)

Sosok Umbu kata Cak Nun juga merupakan orang yang religius, sangat teologis, dan sangat sufistik. 

"Manusia itu kan makhluk sulit, yang diburu keinginannya. Itupun karena iklan, iming-iming lainnya. Namun tidak pernah tanya pada Tuhan mau dijadikan apa. Pemikiran umbu sangat sederhana kok, kalau kami jadi ini ya jadi ini. Namun memang Umbu tidak pernah bertanya," ujarnya.

4. Umbu tidak pernah memperbudak diri sendiri untuk mencapai cita-cita yang aneh-aneh

Umbu Tutup Usia, Cak Nun: Satu-Satunya yang Saya Sebut GuruBrowsing

Lebih jauh Cak Nun juga mengatakan sosok Umbu tidak pernah memikirkan karier, kekayaan dan tidak memperbudak diri sendiri untuk mencapai cita-cita yang aneh-aneh. 

"Lha puisi mau dicetak di Jakarta saja ditarik, dompet saja tidak punya dan jika punya uang saja dibungkus plastik disimpan di dalam tanah. Jadi Umbu itu seperti itu, jangan tanya agamanya," tuturnya.

"Umbu itu satu-satunya orang yang melebihi sufi karena sembarangannya ditinggal mulai dari kekayaan tinggal dan hanya menikmati apa yang dikasih Tuhan," tambahnya.

Baca Juga: Sultan HB X Tak Hadiri Pelepasan Jenazah KGPH Hadiwinoto, Kenapa?

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya