Polisi Dalami Secara Ilmiah Pelaku Bom Filipina yang Diduga WNI

Terduga pelaku bom dicuci otak oleh teroris yang masih buron

Jakarta, IDN Times - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, untuk mengetahui kebenaran pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Filipina selatan, pihaknya akan melakukan pendalaman secara ilmiah.

Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-Teror Polri, juga telah bekerja sama dengan kepolisian Filipina, untuk melakukan tes DNA beberapa bagian tubuh yang ditemukan di lokasi kejadian.

"Setelah dicocokkan identik DNA, nanti akan ada penyampaian secara resmi bahwa kedua orang itu merupakan pengebom bunuh diri. Secara ilmiah akan lebih menguatkan keterangan sementara yang diberikan oleh tersangka yang sudah ditangkap di Filipina," jelas Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (24/7).

1. Ada dugaan cuci otak oleh teroris yang masih buron pada terduga pelaku bom bunuh diri

Polisi Dalami Secara Ilmiah Pelaku Bom Filipina yang Diduga WNIIDN Times/Axel Jo Harianja

Sebelumnya, pasangan suami istri bernama Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh, diduga sebagai pelaku bom bunuh diri tersebut. Mereka merupakan warga negara Indonesia (WNI).

Mereka, kata Dedi, diduga dicuci otak oleh teroris bernama Andi Baso untuk melakukan aksi keji tersebut. Baso hingga saat ini masih berstatus buron dan masih menetap di Filipina selatan.

Baca Juga: Polri Pastikan Pelaku Bom Gereja Filipina Adalah Suami-Istri WNI

2. Polri pastikan pelaku bom bunuh diri di Filipina adalah WNI

Polisi Dalami Secara Ilmiah Pelaku Bom Filipina yang Diduga WNIIDN Times/Axel Jo Harianja

Mantan Wakapolda Kalimantan Barat itu sebelumnya mengatakan, berdasarkan hasil keterangan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sumatera Barat bernama Novendri alias Abu Zahran alias Abu Jundi, pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari 2019 lalu adalah WNI.

"Setelah penangkapan saudara Novendri dan penangkapan Yoga (Teroris JAD Kalimantan Timur ditangkap Juni 2019), ternyata pelaku suicide bomber di Filipina adalah dua orang Indonesia atas nama Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh. Ini yang diduga sebagai pelaku suicide bomber di Filipina," ungkap Dedi dalam Konferensi Pers di Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (22/7).

Dalam kesempatan itu, Dedi menjelaskan, hasil tes DNA oleh aparat keamanan Filipina saat itu belum dapat ditemukan pembandingnya. Hal itu membuat pihak kepolisian Filipina sulit mengidentifikasi siapa pelaku suicide bomber di Jolo.

Tim Densus 88 kata Dedi juga telah bekerja sama dengan kepolisian Filipina, namun saat itu masih juga belum berhasil mengidentifikasi terduga pelaku.

"Karena kedua tersangka ini masuk lewat jalur ilegal Filipina. Sehingga identitas kedua pelaku tidak ter-record dengan baik di Filipina. Sehingga, kita tidak bisa mengidentifikasi pelaku suicide bomber," kata dia.

"Ada lima tersangka di FIlipina menyebutkan pelakunya diduga orang Indonesia, karena logat dan bicaranya, kebiasaannya seperti kebiasaan orang Indonesia," sambung Dedi.

3. Dua pelaku diduga dikendalikan aktor intelektual yang ada di Afganistan

Polisi Dalami Secara Ilmiah Pelaku Bom Filipina yang Diduga WNIIDN Times/Arief Rahmat

Dedi  memaparkan, dalam melancarkan aksi terornya, dua pelaku pengeboman di Jolo Filipina itu, diduga dikendalikan seseorang yang berstatus daftar pencarian orang (DPO), bernama Saefulah alias Daniel alias Chaniago. Saefulah juga diduga sebagai mastermind atau aktor intelektual dalam melancarkan aksi terornya.

Saefulah, lanjut Dedi, saat ini berada di wilayah Khorasan, Afganistan. Alasan Saefulah ada di wilayah itu karena, pasca-kekalahan ISIS di Suriah, kekuatan Al Baghdadi langsung pecah.

"Saat ini kekuatan ISIS sudah mengarah ke suatu daerah, yaitu di Khorasan Afghanistan. Ini daerah abu-abu, daerah perbatasan yang tidak bisa dikontrol oleh suatu pemerintah, itu sebabnya mereka kuat di situ," ujar dia.

Dari hasil keterangan Novendri dan usai polisi mengetahui mastermind-nya adalah Saefulah. Densus 88 bekerja sama dengan beberapa kepolisian seperti PDRM, kepolisian Filipina, Afghanistan, termasuk beberapa negara lain seperti AFP, Amerika Serikat dan sebagainya.

4. Hasil DNA jasad pelaku bom bunuh diri belum rampung

Polisi Dalami Secara Ilmiah Pelaku Bom Filipina yang Diduga WNIANTARA FOTO/Armed Forces of the Philippines -Western Mindanao Command/Handout via REUTERS

Kepolisian Nasional Filipina (PNP) sebelumnya masih menunggu hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari lalu.

“Sampai saat ini belum ada hasilnya,” kata Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang seperti dilansir kantor berita Antara, Selasa (5/2).

Hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku pengeboman sangat penting untuk membuktikan dugaan keterlibatan dua WNI dalam insiden yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka, seperti sebelumnya disampaikan Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano.

Dalam konferensi pers di Provinsi Visayas, Filipina, pada 1 Februari lalu, Ano menyebut pelaku bom bunuh diri adalah pasangan suami istri WNI bernama Abu Huda dan seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya.

Kedua pelaku dibantu Kamah, anggota kelompok Ajang-Ajang yang berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Faksi tersebut telah menyatakan dukungannya kepada jaringan teroris IS.

Namun, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, pihak intelijen Filipina (NICA) sendiri belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang dilakukan Menteri Ano tentang keterlibatan WNI dalam insiden tersebut.

5. Tersangka utama telah menyerahkan diri

Polisi Dalami Secara Ilmiah Pelaku Bom Filipina yang Diduga WNIANTARA FOTO/Armed Forces of the Philippines -Western Mindanao Command/Handout via REUTERS

Pada 4 Februari lalu, Kepala Kepolisian Nasional Filipina Oscar D Albayalde menyampaikan keterangan pers bahwa Kammah L Pae, seorang pria warga Jolo yang diyakini sebagai tersangka utama sekaligus donatur aksi pengeboman, telah menyerahkan diri bersama empat orang lainnya, yaitu Albaji Kisae Gadjali alias Awag, Rajan Bakil Gadjali alias Radjan, Kaisar Bakil Gadjali alias Isal, serta Salit Alih alias Papong.

Kelima orang tersebut adalah anggota kelompok Abu Sayyaf di bawah pimpinan Hatib Hajan Sawadjaan. Mereka menyerahkan diri setelah kepolisian dan militer Filipina melakukan operasi pengejaran besar-besaran.

Kamah diyakini sebagai bagian dari anggota tim yang memandu para pelaku bom bunuh diri, yaitu pasangan Asia yang belum teridentifikasi identitasnya. Pasangan tersebut diketahui tiba di Jolo dengan menggunakan perahu pada 24 Januari 2019.

Baca Juga: Aktor Intelektual Bom Filipina Terima Aliran Dana Rp400 Juta

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya