Viral Perempuan Bali Junjung Banten Pajegan 50 Kilogram, Ini Maknanya

Cermin kekuatan perempuan Bali dalam kehidupan sosial

Gianyar, IDN Times - Tradisi unik digelar saat piodalan di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Kabupaten Gianyar, Minggu (17/4/2022) lalu. Pajegan setinggi 2,5 meter, dijunjung oleh dua perempuan untuk dihaturkan di Pura. Bahkan perempuan tersebut harus jalan kaki sejauh 1 kilometer menuju Pura Samuan Tiga, dengan menjunjung banten (upakara) pajegan seberat 50 kilogram itu.

Cerminan kekuatan perempuan Bali ini pun mendapat perhatian netizen dan sempat viral di media sosial. Bendesa Bedulu, I Gusti Ngurah Serana, mengungkapkan tradisi tersebut sudah dilakukan secara turun menurun di Desa Bedulu. Tidak ada kriteria khusus bagi perempuan yang diperbolehkan menjunjung banten pajegan itu. Hanya saja saat ini memang hanya ada 2 keluarga yang mampu mengharturkan banten pajegan seperti itu.

“Ada dua orang masih menghaturkan banten pajegan itu, yakni Gusti Ayu Mudiani dan Wayan Siki,” ungkapnya, Selasa (19/4/2022).

Ia juga menjelaskan, berdasarkan cerita dari para tetua di Desa Bedulu, mereka yang mampu menghaturkan pajegan merupakan yang keluarganya memiliki hasil bumi lebih. Berkah berupa hasil bumi yang lebih itu, kemudian diwujudkan dengan banten pajegan yang dihaturkan saat piodalan (upacara) di Pura Samuan Tiga di Desa Bedulu.

Pajegan ini biasanya dihaturkan saat piodalan. Jika dikaitkan dengan cerita para tetua di Desa Bedulu, di Pura Samuan Tiga, ada Pura Anyar dengan pemujaan pelinggih Segara Rambut Sedana dan Lumbung. Sampai saat ini pura ini sering dikunjungi pengusaha, petani, sempai seniman untuk nunas (Memohon) beras Tri Datu,” ungkapnya.

Baca Juga: Batu Rambut Sedana Banyak Diburu Pebisnis Untuk Lancar Rejeki

1. Banten pajegan ini memiliki tinggi 2,5 meter dengan berat sekitar 50 kilogram

Viral Perempuan Bali Junjung Banten Pajegan 50 Kilogram, Ini MaknanyaSeorang wanita menyunggi banten pajegan setinggi 2,5 meter di Desa Bedulu Gianyar(Dok. IDN Times/Istimewa)

Banten pajegan di Bali pada umumnya memliki tinggi tidak lebih dari setengah meter. Namun beda halnya saat piodalan di Pura Samuan Tiga di Desa Bedulu. Setiap piodalan, biasanya beberapa warga akan membuat banten pajegan dengan tinggi mencapai 2,5 meter.

Banten pajegan setinggi itu terdiri dari rangkaian buah seperti apel, jeruk, pir, mangga, dan sebagainya. Selain itu juga terdiri atas susunan jajanan bali seperti satuh, iwel, catut, dan taluh kakul.

Hal yang paling unik, pajegan ini berisi ayam panggang sebanyak 9 ekor. Semuanya disusun menjadi satu sehingga banten pajegan itu memiliki bobot sekitar 50 kilogram.

2. Perempuan yang menjunjung banten pajegan berjalan kaki sejauh 1 kilometer

Viral Perempuan Bali Junjung Banten Pajegan 50 Kilogram, Ini MaknanyaSeorang wanita menyunggi banten pajegan setinggi 2,5 meter di Desa Bedulu Gianyar(Dok. IDN Times/Istimewa)

Tidak hanya itu, banten pajegan dengan tinggi 2,5 meter dan berat 50 kilogram itu dijunjung oleh perempuan dengan berjalan kaki sejauh sekitar 1 kilometer untuk dihaturkan di Pura Samuan Tiga.

Hal inilah yang membuat tradisi ini semakin unik dan mendapat perhatian banyak orang. Biasanya dalam perjalanan dari rumah pembuat pajegan menuju Pura Samuan Tiga, perempuan ini dikawal oleh sejumlah laki-laki. Hal ini untuk mengantisipasi apabila banten pajegan sewaktu-waktu jatuh.

Tradisi ini erat dikaitkan dengan karakter dan kekuatan perempuan Bali dalam kehidupan sosial dan budayanya.

3. Pajegan sebagai bentuk rasa syukur ke hadapan Tuhan yang Maha Esa

Viral Perempuan Bali Junjung Banten Pajegan 50 Kilogram, Ini MaknanyaSeorang wanita menyunggi banten pajegan setinggi 2,5 meter di Desa Bedulu Gianyar(Dok. IDN Times/Istimewa)

Banten pajegan merupakan bentuk persembahan umat Hindu di Bali sebagai rasa syukur atas karunia yang diberikan oleh tuhan.

Makna atau filosofi banten pajegan ini terlihat dari bentuknya yang menjulang seperti gunung. Makin ke atas, makin mengerucut dan di atasnya juga diletakkan canang dan sampiyan sebagai wujud persembahan dan bhakti ke hadapan Tuhan sang pencipta alam semesta.

Melalui banten pajegan ini, warga di Bali percaya segala hasil bumi merupakan karunia Tuhan yang patut untuk disyukuri. Dengan harapan, hasil bumi ini akan terus memberikan kehidupan bagi manusia.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya