Ubud Writers & Readers Festival 2022 Hadirkan 200 Live Events

UWRF22 mengambil tema "Memayu Hayuning Bawana"

Gianyar, IDN Times - Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) kembali hadir untuk ke-19 kalinya, mulai hari ini, Kamis (27/10/2022). UWRF yang menyatukan talenta sastra terbaik dari lokal maupun internasional, berperan sebagai pilar untuk beragam diskusi dan pertukaran budaya yang dinamis.

Festival sastra terbesar di Asia Tenggara ini akan menjadi tuan rumah untuk lebih dari 200 live events. Panelis-panelis ternama yang ikut bergabung pada UWRF tahun ini yakni Carla Power, Tim Baker, Audrey Magee, Sequoia Nagematsu, Kylie Moore-Gilbert, dan Osman Yousefzada.

UWRF22 juga turut menyambut penulis dan seniman Indonesia, termasuk penulis dan jurnalis Putu Oka Sukanta, sutradara film Kamila Andini, penulis novel Ahmad Fuadi, dan musisi Rara Sekar.

Baca Juga: Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di Ubud

1. UWRF22 angkat isu konflik dan pelanggaran hak asasi manusia

Ubud Writers & Readers Festival 2022 Hadirkan 200 Live EventsUbud Writers & Readers Festival (UWRF)

Ketua Yayasan Mudra Swari Saraswati, Dr Drs I Ketut Suardana MFilH, menjelaskan Ubud Writers & Readers Festival tahun ini akan menawarkan berbagai panel diskusi yang mencerminkan tema tahun ini dan mengangkat suara-suara yang atas tindakan penganiayaan, konflik, dan pelanggaran hak asasi manusia. 

UWRF22 mengambil tema "Memayu Hayuning Bawana", sebuah filosofi Jawa kuno yang memiliki arti prinsip dasar yang kami pelihara, jaga, dan percantik semesta ini. 

Bawana berarti dunia kami, di mana ia bukan hanya bentuk fisik, tetapi juga alam yang berkultur dan spiritual. Memayu merupakan jalan yang dipertahankan menuju keharmonisan yang universal. 

UWRF mewujudkan filosofi ini ke dalam Uniting Humanity, di mana akan membuka beragam program untuk menghormati kapasitas kemanusiaan yang akan memperkuat ikatan sebagai individu dan dunia sebagai kolektif.

“Sudah lebih dari tiga tahun sejak saya membuka festival ini di dalam suasana yang baik. Saya sangat bahagia para komunitas penulis dan pembaca akhirnya bisa berkumpul kembali di Ubud dan bersuka ria dalam buku dan cerita dan ide-ide di bawah tema Uniting Humanity, yang banyak mencerminkan semangat dari festival ini, acara yang mempersatukan umat manusia yang sangat beragam,” ujar Ketut Suardana.

UWRF22 mengedepankan beberapa topik, termasuk The War in Ukraine. Dalam kesempatan ini, juga menghadirkan penulis asal Ukrania, Oksana Maksymchwk dan Maz Rosochinsky, yang akan berbagi cerita mengenai efek dari riak seismik yang disebabkan oleh perang terhadap dunia setelah pandemik COVID-19.

Ada pula Uniting Humanity: Poetry of Peace, sebuah malam yang diisi dengan pengucapan kata-kata, dongeng, dan berdoa untuk kedamaian.

Festival Director dan Founder, Janet DeNeefe, mengungkapkan pihaknya tidak bisa mengabaikan masalah invasi Ukraina karena dampak globalnya yang sangat luas. 

"Ide untuk Poetry of Peace menggabungkan penulis dan seniman bersama yang mencerminkan bagaimana festival ini selalu beroperasi. Kami suka melampaui ekspektasi dengan adanya beragam program yang bertujuan untuk memberikan sarana informasi dan juga menyenangkan hati para pengunjung,” ungkapnya.

Janet DeNeefe menambahkan, sebagai festival sastra terbesar di Asia Tenggara, memungkinkan pihaknya membawa nama-nama tersohor ke Bali. 

"Peran kami adalah untuk menyiapkan platform terbaik untuk talenta literasi selanjutnya. UWRF adalah sebuah festival yang penuh karakter dan kedalaman dan setelah 19 tahun, menjadi sebuah ambisi yang membuat saya percaya bahwa kami bisa menyampaikannya," jelas Janet DeNeefe.

2. Festival untuk kebangkitan sastra

Ubud Writers & Readers Festival 2022 Hadirkan 200 Live EventsUbud Writers & Readers Festival (UWRF)

Sebagai bagian dari edisi ke-19, UWRF22 juga akan mempersembahkan beragam event yang mencakup banyak aspek kultur dan perspektif untuk mewujudkan pengertian yang lebih mendalam dan juga rasa hormat terhadap satu sama lain. 

Hal ini termasuk diskusi langsung dengan aktivis asal Inggris dan seniman interdisipliner Osman Yousefzada, yang akan menceritakan isi dari buku pertamanya mengenai trauma yang diciptakan dari pengalaman migrasi, rasisme, dan kemiskinan di Inggris selama beberapa dekade terakhir ini. 

“Tema uniting humanity melalui dialog dualitas dan kepemilikan adalah suatu hal yang penting untuk pekerjaan saya. Turut berpartisipasi dalam festival ini dengan pemikir dan penulis lainnya adalah sebuah kebahagiaan,” ujar Osman.

Jurnalis dan novelis asal Papua, Aprila Wayar juga akan turut berperan sebagai program utama di tahun ini untuk mendiskusikan mengenai taktik kreatif yang telah ia kembangkan sebagai sarana untuk perubahan di seluruh Tanah Air. 

“Saya berharap festival tahun ini akan menjadi kunci untuk kebangkitan sastra dan menjadi dunia untuk literasi di Indonesia, juga sebagai dunia yang lebih kuat setelah pandemik COVID-19,” ucap Wayar.

3. Hadirkan penulis Tim Baker, serta ada penampilan musisi Rara Sekar di tengah kebun

Ubud Writers & Readers Festival 2022 Hadirkan 200 Live EventsUbud Writers & Readers Festival (UWRF)

Program festival akan dilanjutkan dengan diskusi bersama penulis asal Australia Tim Baker tentang bagaimana menulis bisa menjadi obat dan membantunya untuk membuatnya lebih hidup. Ia bercerita mengenai buku barunya Patting the Shark, di mana ia berjuang melawan diagnosa kanker prostrat stadium 4. 

“Saya merasa Bali dan Ubud khususnya, merupakan tempat yang sempurna untuk membicarakan mengenai menulis sebagai obat karena pengalaman saya di sini menyembuhkan saya. Salah satu alasan saya sangat bersemangat untuk datang ke Ubud dan mendiskusikan buka saya adalah karena Bali mengerti kesehatan, pemikiran, badan dan jiwa holistik, jadi saya merasa berada di lingkungan yang sangat mendukung pembicaraan yang terkadang terasa peka dan sensitif,” jelas Tim Barker.

Acara di luar program utama juga menjanjikan inspirasi yang luas. Akan ada sesi-sesi puisi, literary lunches, long table dinners, jalan-jalan di persawahan dan desa, peluncuran buku, dan pertunjukan musik. 

Di kebun permakultur Mana Earthly Paradise, Rara Sekar akan menunjukkan proyek musik solonya di tengah kebun.

“Berupaya untuk selalu merawat hubungan diri dengan diri, diri dengan masyarakat dan diri dengan alam dengan kesadaran yang kritis dan reflektif di manapun aku berkarya,” jelas Rara.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya