Tak Hanya Kemiskinan, Salah Pola Asuh Sebabkan Stunting di Klungkung

Paling banyak terjadi di Nusa Penida

Klungkung, IDN Times - Kasus anak yang mengalami stunting di Kabupaten Klungkung sempat menjadi sorotan Tim Penggerak PKK Provinsi Bali. Tingkat balita stunting di Klungkung dinilai masih tinggi. Bahkan termasuk di antara empat kabupaten di Bali, dengan angka balita mengalami stunting tertinggi.

Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Klungkung, I Made Kasta, menyatakan tingginya data kasus stunting di Klungkung tidak sebatas karena permasalahan ekonomi. Namun kompleks, mulai dari pola asuh anak dan kurangnya pemahaman terhadap stunting.

Baca Juga: Dirut RSUD Klungkung Dikenal Pekerja Keras, Tetap Bertugas Walau Sakit

1. Sebanyak 249 orang dari status sosialnya merupakan keluarga miskin

Tak Hanya Kemiskinan, Salah Pola Asuh Sebabkan Stunting di KlungkungKetua Tim Percepatan Penurunan Stunting Klungkung(Dok. IDN Times/Istimewa )

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2022, saat ini tercatat ada 5,83 persen balita di Klungkung yang tergolong stunting. Jumlahnya mencapai 653 orang dari total 11.207 balita. Angka ini tersebar di seluruh wilayah puskesmas yang ada di Kabupaten Klungkung.

Tertinggi ada di wilayah kerja Puskesmas Nusa Penida 1 yakni sebanyak 266 orang. Kemudian wilayah kerja Puskesmas Klungkung 1 sebanyak 93 orang, dan wilayah kerja Puskesmas Nusa Penida 3 sebanyak 92 orang. Sisanya tersebar merata di wilayah puskesmas lainnya di Klungkung.

Dari jumlah balita stunting tersebut, sebanyak 249 orang dari status sosialnya merupakan keluarga miskin dan 153 orang yang belum memiliki Jaminan Kesehatan Nasional. Sementara dari total jumlah data, 504 orang dimasukkan dalam data stunting permanen dari evaluasi sampai umur 2 tahun.

"Target kami 2 tahun lagi, di 2024, angka stunting di Klungkung harus sudah turun," ujar Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Klungkung Made Kasta, Jumat (19/8/2022).

Terkait penanganan stunting di Klungkung, Made Kasta yang juga Wakil Bupati Klungkung saat ini tengah melakukan peningkatan cakupan pelayanan kepada kelompok sasaran percepatan penurunan stunting. Kelompok tersebut meliputi remaja, calon pengantin atau calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-59 bulan.

2. Beberapa Kader Posyandu belum memahami stunting dengan baik

Tak Hanya Kemiskinan, Salah Pola Asuh Sebabkan Stunting di KlungkungIlustrasi Pengecekan kesehatan anak. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

I Made Kasta juga menyampaikan, pemahaman Kader Posyandu sangat penting untuk turunkan angka stunting. Menurutnya masih banyak Kader Posyandu di desa yang belum memahami stunting.

"Harus diberikan lagi pemahaman ke Kader Posyandu tentang stunting. Masih banyak yang keliru dalam memahami stunting," ujar Made Kasta.

Menurutnya, balita mengalami stunting dilihat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Sementara anak terlalu tinggi dan kurus dibandingkan anak seusianya, biasanya masuk kategori wasting.

"Setiap kami turun di lapangan, setiap balita kurus, semua dimasukkan dalam kategori stunting. Ada balita gizi kurang, juga dimasukkan ke data stunting. Sehingga data stunting di Klungkung tentu tinggi," ujarnya.

Setelah dilakukan pengecekan ke desa-desa, Made Kasta mengaku melihat balita yang sudah diberikan bantuan asupan gizi dan kondisinya sudah normal, namun dalam datanya tidak diubah. Sehingga menurutnya angka stunting terkesan selalu bertambah.

"Tim saat ini terus menyamakan persepsi dan pemahaman untuk penanganan stunting lebih efektif. Melakukan pendataan ulang karena data yang akurat menjadi landasan dalam mengambil keputusan penanganan stunting," jelas Made Kasta.

3. Berharap para orangtua tidak menganggap remeh masalah pola asuh

Tak Hanya Kemiskinan, Salah Pola Asuh Sebabkan Stunting di KlungkungPemberian bantuan untuk tanggulangi stunting di Klungkung. (Dok. IDN Times/Istimewa)

Dalam beberapa permasalahan stunting, gizi kurang atau gizi buruk di Klungkung tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kemiskinan. Namun lebih pada kesalahan dalam pola asuh.

Bahkan kasus gizi buruk pada anak di Klungkung banyak ditemukan di wilayah perkotaan dan dengan kondisi ekonomi keluarga berkecukupan. 

"Misal orangtua kerja, anaknya dititipkan ke nenek. Agar tidak rewel anak ini diberikan makanan ringan yang tidak bergizi. Pola asuh seperti ini yang berkontribusi terhadap malnutrisi pada anak," ujar Kadis Kesehatan Klungkung, Made Adi Swapatni.

Ia berharap para orangtua tidak menganggap remeh masalah pola asuh dan pemberian nutrisi seimbang pada anak. Karena hal ini tidak hanya berpengaruh pada kesehatan dan fisik anak, tapi juga pada perkembangan intelektual anak ke depannya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya