Biaya Rapid Test di Klungkung Ratusan Ribu, Warga Keberatan Tes

Biaya rapid test di puskesmas dan RSUD Klungkung berbeda

Klungkung, IDN Times - Setiap daerah di Bali mulai menyediakan lokasi untuk pelaksanaan rapid test secara mandiri. Tak terkercuali di Kabupaten Klungkung. Pelaksanaan rapid test di Klungkung pun ada perbedaan antara di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Klungkung dan puskesmas.

Kebanyakan warga yang melaksanakan rapid test secara mandiri adalah pedagang di Pasar Galiran dan pelaku perjalanan.

1. Screening di Klungkung gunakan bantuan alat rapid test dari Provinsi Bali

Biaya Rapid Test di Klungkung Ratusan Ribu, Warga Keberatan TesDok.IDN Times/Istimewa

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Klungkung, Ni Made Adi Swapantni, mengungkapkan selama ini screening pasien COVID-19 di Klungkung memanfaatkan rapid test bantuan dari Provinsi Bali. Termasuk juga swab, yang biayanya di-support penuh oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.

Namun demikian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung tetap melakukan pengadaan untuk alat rapid test. Hingga saat ini, realisasi alat rapid test dari dikses Klungkung sebanyak 500 unit. Itu telah didistribusikan ke puskesmas yang melaksanakan rapid test mandiri.

"Rencana kami akan realisasikan 500 alat rapid test lagi untuk kepentingan rapid test mandiri dan kebutuhan Rumah Sakit Gema Santi Nusa Penida dalam memenuhi standar operasional prosedur penanganan pasien di Rumah Gema Shanti Nusa Penida," ungkap Adi Swapatni, Jumat (26/6).

2. Biaya rapid test mandiri di RSUD Klungkung dan puskesmas berbeda

Biaya Rapid Test di Klungkung Ratusan Ribu, Warga Keberatan TesIlustrasi rapid test. IDN Times/Mia Amalia

Swapatni mengungkapkan, rapid test mandiri di Klungkung dapat dilakukan di puskesmas setiap Kecamatan. Yaitu Puskesmas Klungkung 1, Pusksmas Dawan 1, Puskesmas Banjarangkan 1, Puskesmas Nusa Penida 1 dan 2 dengan biaya Rp235 ribu.

Selain itu, rapid test juga dapat dilaksanakan di RSUD Klungkung dengan biaya Rp275 ribu untuk sekali tes.

"Biaya rapid test di RSUD Klungkung berbeda dengan puskesmas karena ada perbedaan jasa pelayanan. Di RSUD Klungkung yang kami tes plasma darah. Sehingga darah harus diolah dulu agar hasilnya lebih valid," ungkap Dirut RSUD Klungkung, dr I Nyoman Kesuma.

Khusus untuk rapid test mandiri, pihak RSUD Klungkung melakukan pengadaan secara mandiri. Sementara alat rapid test yang didapat dari Dinas Kesehatan, hanya untuk screening rutin kepada petugas medis di RSUD Klungkung yang merawat pasien COVID-19.

RSUD Klungkung melakukan pengadaan 300 pack rapid test senilai Rp52 juta.

"Kalau di RSUD Klungkung berdasarkan data kami, hingga Jumat (26/6) sudah ada 204 orang yang rapid test mandiri. Keperluan mereka kebanyakan pelaku perjalanan, dan pedagang tidak tetap yang harus memperoleh surat keterangan nonreaktif COVID-19 untuk dapat berjualan di Pasar Galiran," jelasnya.

Baca Juga: Rapid Test 11 Pedagang dan Petugas Pasar Galiran Klungkung Reaktif

3. Pedagang bermobil mengaku keberatan jika harus rapid test setiap minggu

Biaya Rapid Test di Klungkung Ratusan Ribu, Warga Keberatan TesFoto hanya ilustrasi - Drive Thru Rapid Test metode Vena oleh rumah sakit BIMC Siloam Nusa Dua (IDN Times/Ayu Afria)

Sejumlah warga yang melakukan rapid test mandiri di Klungkung berharap biayanya dapat lebih terjangkau lagi. Ini karena surat keterangan rapid test hanya berlaku seminggu. Jika lebih dari seminggu, warga harus kembali rapid test dan mengeluarkan biaya lagi.

"Saya berharap rapid test mandiri lebih murahlah. Kalau bisa disubsidi pemerintah. Karena aturannya kan harus tunjukkan surat rapid test dengan hasil nonreaktif untuk dapat berjualan di Pasar Galiran. Sementara surat itu hanya berlaku seminggu," ungkap Nyoman Suarsa, seorang pedagang bermobil di Pasar Galiran yang sempat menjalani rapid test mandiri supaya bisa berjualan.

Ia merasa sangat keberatan jika harus rapid test setiap minggunya.

"Saat pandemik seperti ini kami sudah susah, jangan lagi dibuat susah dengan setiap hari mengeluarkan biaya ratusan ribu untuk rapid test. Apalagi rapid test ini untuk keperluan berdagang sayuran seperti kami, hasilnya tidak seberapa," keluhnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya