Pasien di Tabanan Banyak yang Sakit Darah Tinggi

Wah, pasti ada kaitannya sama pola makan nih

Tabanan, IDN Times - Penyakit non infeksi, hipertensi (Darah tinggi), menjadi penyakit  yang mendominasi di 20 puskesmas wilayah Kabupaten Tabanan. Hal ini menandakan adanya perubahan pola hidup masyarakat yang menyebabkan penyakit non infeksi tersebut lebih banyak terjadi, daripada penyakit infeksi.

Baca Juga: 109 Bayi Lahir Sehat dari Para Ibu dengan HIV di Tabanan

1. Hipertensi selalu masuk tiga besar penyakit terbanyak yang diperiksa puskesmas di Kabupaten Tabanan

Pasien di Tabanan Banyak yang Sakit Darah Tinggiilustrasi cek tekanan darah pada orang dengan hipertensi (pixabay.com/geraldoswald62)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tabanan, inilah tiga besar penyakit yang mendominasi di 20 puskesmas Kabupaten Tabanan setiap bulannya:

Januari 2021:

  • Hipertensi primer: 699 kasus baru
  • Artritis: 664 kasus baru
  • Diabetes mellitus (DM) tidak spesifik: 197 kasus baru

Februari 2021:

  • Hipertensi primer: 611 kasus baru
  • Common cold: 580 kasus baru
  • Diabetes mellitus tidak spesifik: 197 kasus baru

Maret 2021:

  • Hipertensi primer: 794 kasus baru
  • Common cold: 816 kasus baru
  • Diabetes mellitus tidak spesifik: 245 kasus baru

April 2021:

  • Hipertensi primer: 576 kasus baru
  • Common cold: 822 kasus baru
  • Diabetes mellitus tidak spesifik: 119 kasus baru

Mei 2021:

  • Hipertensi primer: 652 kasus baru
  • Common cold: 680 kasus baru
  • Artristis: 439 kasus baru

Juni 2021:

  • Hipertensi primer: 625 kasus baru
  • Common cold: 599 kasus baru
  • Artristis: 499 kasus baru

Juli 2021:

  • Hipertensi primer: 819 kasus baru
  • Common cold: 780 kasus baru
  • Artritis: 425 kasus baru

Agustus 2021:

  • Hipertensi primer: 721 kasus baru
  • Common cold: 890 kasus baru
  • Artritis: 456 kasus baru

September 2021:

  • Common cold: 979 kasus baru
  • Hipertensi primer: 889 kasus baru
  • Artritis: 495 kasus baru

Oktober 2021:

  • Common cold: 918 kasus baru
  • Hipertensi primer: 681 kasus baru
  • Diabetes mellitus tidak spesifik: 344 kasus baru.

Baca Juga: Syarat Vaksinasi COVID-19 untuk Pasien HIV di Tabanan

2. Adanya transisi epidemiologi penyakit di masyarakat

Pasien di Tabanan Banyak yang Sakit Darah TinggiIlustrasi pasien DBD (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Mendominasinya penyakit noninfeksi seperti hipertensi, diabetes melliitus, dan artritis ini, menurut Kepala Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Tabanan, Wayan Triana, telah terjadi transisi epidemiologi penyakit di masyarakat.

Artinya, sumber penyakit di masyarakat yang dulunya bersumber dari bakteri, parasit maupun virus, kini beralih dari manusia itu sendiri seperti perubahan pola makan dan gaya hidup.

"Perubahan ini mulai terjadi pada tahun 1990-an. Sebelum tahun 1990-an, penyakit yang mendominasi adalah penyakit infeksi seperti Demam Berdarah Denque (DBD) dan diare. Namun perlahan mulai berubah ke penyakit non infeksi seperti hipertensi," kata Triana, Selasa (7/12/2021).

3. Puskemas mendorong program prolanis

Pasien di Tabanan Banyak yang Sakit Darah TinggiHallosehat.com

Puskemas di Tabanan kini menggalakkan program penanggulangan penyakit kronis (Prolanis). Standar pelayanannya sekarang minimal tracing hipertensi maupun diabetes mellitus.

Sementara penyakit infeksi seperti DBD dan diare yang dulunya dominan, kini tidak lagi masuk ke dalam 10 besar penyakit yang mendominasi di puskesmas wilayah Tabanan tahun ini. Hal itu, lanjut Triana, menandakan masyarakat sudah sadar dalam melakukan pencegahan terhadap kedua penyakit tersebut. Mulai dari melakukan gerakan 3M (Menguras, menutup tempat penampungan air, dan mengubur sampah yang berpotensi menampung air), serta memasak makanan dan minuman secara benar.

"Sekarang ini yang berubah justru pola makannya. Sehingga memicu ke arah hipertensi dan DM," ujar Triana.

Mengenai kasus COVID-19, karena penetapan kasus positif hanya bisa dilakukan oleh pemeriksaan laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR), maka di puskemas hanya menjaring gejala demam dan flu yang disebut common cold.

"Jadi kasus COVID-19 adanya di rumah sakit yang memiliki lab PCR. Kalau di puskesmas hanya menjaring common cold," terangnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya