Kriteria Paslon Pemilih Muda di Tabanan Dilihat dari Proker
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tabanan, IDN Times - Saat ini Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Tabanan menerapkan program jemput bola perekaman eKTP bagi pemilih pemula agar bisa menyalurkan suaranya pada Pemilihan Umum (Pemilu 2024) mendatang.
Namun sebenarnya seperti apa pandangan para pemilih muda di Kabupaten Tabanan mengenai Pemilu 2024? Apakah mereka memutuskan memilih atau menjadi golput? Berikut wawancara IDN Times bersama para pemilih muda di Tabanan.
1. Terlalu banyak informasi hoaks berseliweran
Pemilu 2024 bakalan menjadi pengalaman pertama bagi Bagus Kesawa Putra (20), untuk memilih dan memiliki hak suara dalam memilih pemimpin Indonesia. Sebab pada Pemilu lima tahun lalu, dirinya masih berusia 15 tahun.
Kesawa, yang merupakan mahasiswa Universitas Udayana (Unud) ini, merasa banyaknya informasi hoaks yang beredar di media sosial (medsos) dan melihat para kandidat yang kurang meyakinkan, membuatnya menjadi malas untuk memilih.
"Pertama tidak terlalu suka politik. Kedua, banyak sekali berita hoaks menyebar di media sosial, sementara saya tidak bisa mengecek satu per satu kebenarannya. Terlebih para kandidat kurang meyakinkan menurut saya. Akhirnya jadi berpikir, kalau boleh tidak memilih bisa tidak ya?" katanya, Minggu (29/10/2023).
2. Menunggu program kerja calon pemimpin Indonesia
Meski terbesit keinginan untuk menjadi golput, tetapi Kesawa bisa saja memilih di Pemilu 2024 setelah melihat program kerja calon presiden dan wakil presiden yang ada saat ini.
"Jadi tunggu saja dekat-dekat pemilu, adakah program kerja para calon presiden dan calon wakil presiden ini menarik saya untuk memilih," ujarnya.
Sementara siswa SMAN 1 Tabanan, Kukuh Aji Pengestu (17), memantapkan hati untuk tidak golput. Ia memanfaatkan kesempatan pertama ini untuk memilih presiden dan wakilnya pada Pemilu 2024.
"Sebab satu suara saja bisa menentukan nasib Indonesia ke depan," katanya.
Ia pun menetapkan kriteria pemimpinnya yang mampu menyenjahterakan masyarakat Indonesia lewat program-programnya.
"Tentunya siapa calon yang saya pilih adalah calon pemimpin yang memiliki program yang mampu menyejahterakan Indonesia," imbuh Pengestu.
3. Memilih pemimpin yang mendengar aspirasi dan pendapat generasi muda
Sementara mahasiswi Universitas Tabanan, Ratna (21), menyebutkan kriterianya dalam memilih pemimpin adalah yang tegas, berwibawa, dan bertanggung jawab.
"Pemimpin yang terbuka terhadap semua pandangan dan aspirasi dari masyarakat, khususnya generasi muda," jelasnya.
Ia tentu akan melihat dulu bagaimana program kerja dan visi misi para kandidat, apakah relevan dengan perkembangan di Indonesia maupun dunia.