Indeks Kesetaraan Gender di Indonesia Turun Peringkat, Ini Pemicunya

Kenapa perempuan selalu jadi sekretaris dan bendahara?

Tabanan, IDN Times - KUMPUL membuat program Startup Weekend Indonesia Online
Women yang diadakan secara virtual di kanal YouTube KUMPUL pada 21 April 2021. 

Dalam sesi pertama bertajuk Shaping The Future For Indonesia Woman Leaders, ada sejumlah fakta yang menarik yang diungkap oleh para pembicaranya. Yaitu indeks kesetaraan gender di Indonesia tahun 2021 turun menjadi peringkat 101. Sebelumnya berada di peringkat 85 pada tahun 2020. Ini menjadi pertanyaan besar: Apa permasalahan dan hambatannya? Di satu sisi, kesetaraan gender sendiri sedang digalakkan di Indonesia.

Data itu terungkap dalam sesi yang menghadirkan tiga pembicara seperti Nike L Garnia sebagai VP Human Resources and Procurement Telkomteistra, Ayu Kartika Dewi sebagai Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, dan Handayani sebagai Direktur Konsumer Bank BRI.

Acara yang dimoderatori oleh seorang Former CM Waze Indonesia Eureka Women Host, Marlin Siahaan, ini mengupas habis tentang hambatan dalam membentuk leadership perempuan di era masa kini, serta langkah apa yang harus dilakukannya. Berikut ini ulasan selengkapnya:

1. Leadership seorang perempuan terhambat pada peran kultural dan melimitasi kemampuan diri sendiri

Indeks Kesetaraan Gender di Indonesia Turun Peringkat, Ini PemicunyaKonferensi Startup Weekend Indonesia Online Women yang mengundang tokoh-tokoh figur pemimpin perempuan yang diadakan oleh Kumpul. (Dok.Kumpul)

Ayu Kartika Dewi menilai, perempuan yang menjadi seorang pemimpin di Indonesia masih sangat kurang. Ada dua hal yang menyebabkannya. Pertama, adanya peran kultural atau pikiran yang sudah terbentuk di masyarakat bahwa perempuan tugasnya mengurus anak, rumah tangga dan suami di rumah.

"Seperti perkataan ngapain sekolah tinggi-tinggi, toh nanti juga ngurus dapur. Atau kalau sekolah tinggi nanti jodohnya susah. Hal-hal kultural sepert ini yang melimitasi perempuan untuk menjadi pemimpin," ujarnya.

Kedua, pikiran yang ada di dalam perempuan yang melimitasi (Membatasi) dirinya sendiri. Contohnya saja dalam kepanitian, di mana perempuan memilih menjadi sekretaris atau bendahara.

"Padahal kenapa kita tidak bisa jadi ketua panitia, ketua osis atau ketua BEM. Ini adalah salah satu contoh perempuan dalam dirinya yang melimitasi dirinya sendiri," tambahnya.

Untuk mengatasi ini, menurut Ayu perempuan harus memiliki mentor yang membantunya berpikir dalam mengambil keputusan. Selain itu, pemimpin perempuan harus bisa memutuskan sendiri hal yang terbaik untuk dirinya.

"Jika menikah, carilah laki-laki yang tepat yang tidak merasa terintimidasi oleh karier kita dan memiliki pandangan tugas rumah tangga adalah tugas bersama. Dan yang terpenting hilangkan dan jangan mau mendengar larangan yang klasik yaitu kamu kan perempuan."

2. Lingkungan kerja harus membuka peluang yang sama dalam hal menduduki posisi penting

Indeks Kesetaraan Gender di Indonesia Turun Peringkat, Ini PemicunyaFoto hanya ilustrasi seorang pemimpin perempuan. (Instagram.com/kembalihub)

Sementara menurut Nike L Garnia, seorang perempuan ketika menjadi pemimpin dalam dunia kerja membutuhkan dukungan dari perusahaan yang menerapkan lingkungan kerja ramah terhadap perempuan.

Sebagai contoh di Telkomteistra, di mana indentik dengan lingkungan kerja yang didominasi oleh laki-laki. Pada tahun 2016, perusahaan ini memiliki karyawan perempuan sekitar 30 persen, sementara di bidang teknik hanya 16 persen. Sehingga pada tahun 2017, pihak perusahaan mendorong lingkungan kerja yang ramah terhadap perempuan. Hal ini ternyata berhasil meningkatkan persentase karyawan perempuan.

Yaitu meningkat dari yang awalnya 30 persen menjadi 35 persen pada tahun 2021 dan untuk bagian tekniknya meningkat dari 16 persen menjadi 25 persen.

"Kebijakan ini tentu dua arah. Tidak hanya menyasar karyawan perempuan tetapi juga laki-laki yang menjadi spouse perempuan. Contohnya kebijakan kerja di rumah selama dua minggu bagi karyawan pria yang istrinya melahirkan," paparnya.

Pihak perusahaan juga tidak membatasi gender dalam hal posisi kepemimpinan di perusahaan.

"Di Telkomteistra, hal ini diterapkan. Jadi posisi kepemimpinan ini tidak dibatasi gender," jelas Nike.

3. Perempuan harus saling mendukung untuk sama-sama berprestasi

Indeks Kesetaraan Gender di Indonesia Turun Peringkat, Ini Pemicunyavietucnews.net

Untuk semakin memperbanyak leadership perempuan di Indonesia, Handayani berpendapat perempuan harus saling mendukung untuk sama-sama berprestasi.

"Jangan saling menjatuhkan. Saat bekerja di lingkungan kerja yang didominasi laki-laki harus saling mendukung," terangnya.

Setelah itu masih ada hal lain yang harus dilakukan. Yaitu seorang perempuan harus memiliki pengetahuan dan pemahaman agar punya rasa percaya diri untuk berbicara. Sehingga bisa memberikan pengertian dan mendapatkan kepercayaan. Hal ini juga bisa menepis mindset perempuan dengan posisi tinggi karena mendompleng laki-laki.

"Terakhir selalu berpikir positif. Sebab, perempuan tidak bisa dibantah. Kadang berpikir melibatkan emosi dan logika. Kadang emosi lebih besar sehingga kita sering termakan hoaks dibandingkan kenyataan di lapangan. Sehingga berpikir positif itu penting."

4. Konferensi ini dihadiri oleh Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Rismaharini

Indeks Kesetaraan Gender di Indonesia Turun Peringkat, Ini PemicunyaKonferensi Hari Kartini Women Create yang diadakan oleh Kumpul secara virtual, pada 21 April 2021. (Dok.Kumpul)

Sekadar diketahui, KUMPUL mengadakan program Startup Weekend Indonesia Online
Women yang diadakan secara virtual di kanal YouTube KUMPUL pada 21 April 2021. Acara itu bertepatan dengan Hari Kartini, dan KUMPUL mengundang 12 pembicara
perempuan yang memiliki dampak besar di industrinya untuk mengisi tiga sesi:

  1. Shaping The Future for Indonesia Women Leaders: membahas topik seputar posisi perempuan dalam dinamika industri dan kepemimpinan di Indonesia. Dalam sesi ini mengundang Ayu Kartika Dewi (Staf Khusus Presiden Republik Indonesia), Handayani (Direktur Konsumer Bank BRI), dan Nieke L. Garnia (VP Human Resources & Procurement Telkomtelstra) yang dimoderatori oleh Marlin L. Siahaan (Former CM Waze Indonesia & Eureka Women Host)
  2. Women that are Leading the Changes: berfokus pada inovasi perempuan yang berhasil menciptakan sesuatu dan telah memberikan dampak positif pada pola hidup, serta keseharian masyarakat Indonesia. Para pembicaranya adalah Helga Angelina Tjahjadi (Co-Founder Burgreens & Green Rebel), Haryati Lawidjaja (CEO LinkAja), dan Samira Shihab (CEO & Co-Founder Tinkerlust), yang dimoderatori oleh Amalia Aininnur (VP Ecosystem KUMPUL)
  3. Sesi The Art of Self-Love: membahas soal bisnis dan industri. Para pembicaranya yaitu Mia Amalia (Founder Imageclinic.id), Mbu Nina (Wellbeing Facilitator Rumah Remedi), dan Myrna Soeryo (Founder Eureka Women), yang dimoderatori oleh Herlin Syahrita (SEA Business Director GoFace) lebih berfokus pada pengembangan persona, psikologis, dan seputar kesehatan mental untuk perempuan.

Konferensi ini dibuka oleh Menteri Sosial Republik Indonesia (Mensos RI) Tri Rismaharini, Ketua Dekranasda Jawa Timur dan Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Timur Arumi Bachsin, dan CEO & Co-Founder KUMPUL Faye Wongso. Dalam sambutannya, Risma sepakat bahwa perempuan Indonesia adalah perempuan yang kuat, baik sebagai ibu rumah tangga maupun berkarier.

“Seorang perempuan Indonesia, atau perempuan di manapun berada, mereka kuat. Tidak perlu kita meragukan kekuatan kita (Sebagai perempuan),” katanya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya