Empat Kecamatan di Tabanan Rawan Bencana, Warga Lakukan Gotong Royong

Semoga Bali bisa terhindari dari semua bencana ya semeton

Tabanan, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan mengeluarkan Surat Edaran (SE) terkait imbauan cuaca ekstrem tahun ini yang turut dipengaruhi oleh badai La Lina. Daerah yang rawan bencana seperti banjir maupun longsor diminta untuk lebih waspada. Di Tabanan ada empat wilayah yang lebih berpotensi mengalami bencana. Masyarakat pun diimbau lebih meningkatkan kewaspadaan selama terjadinya cuaca ekstrem ini. 

Baca Juga: 57 Wilayah di Tabanan Terkena Bencana Longsor Hingga Banjir

1. Kecamatan yang rawan bencana rata-rata masuk dataran tinggi

Empat Kecamatan di Tabanan Rawan Bencana, Warga Lakukan Gotong RoyongTanah longsor di Desa Belimbing Pupuan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Kepala BPBD Tabanan, I Gusti Ngurah Made Sucita, belum lama ini mengatakan ada empat kecamatan di Kabupaten Tabanan yang rawan mengalami bencana longsor. Ke empatnya berada di dataran tinggi yaitu Kecamatan Penebel, Pupuan, Baturiti, dan Selemadeg. Meski demikian, Ngurah Sucita menjelaskan titik kerawan berbeda-beda di masing-masing wilayah.

"Tanah longsor juga berpotensi terjadi di seluruh wilayah. Hanya ada beberapa daerah, terutama di ketinggian, perlu kewaspadaan lebih tinggi," ujarnya.
 

2. Desa Belimbing, Pupuan terapkan budaya gotong royong

Empat Kecamatan di Tabanan Rawan Bencana, Warga Lakukan Gotong RoyongGotong royong warga Desa Belimbing Pupuan Tabanan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Desa Belimbing adalah salah satu desa di Pupuan yang masuk dalam rawan bencana longsor mengingat geografis desa yang didominasi sawah terasering, tebing, dan hutan. "Desa Belimbing rentan untuk tanah longsor karena geografis dan juga curah hujan yang intensitasnya tinggi," ujar Perbekel Belimbing, Nyoman Surianto, Sabtu (14/11/2020).

Ia menjelaskan dengan geografis dan curah hujan yang tinggi, menyebabkan warga Desa Belimbing selalu waspada. Caranya adalah melakukan gotong royong dengan melakukan bersih-bersih rutin untuk mencegah terjadinya banjir. "Biasanya dikoordinasikan oleh prajuru dan kepala wilayah setempat," ujarnya.

Budaya gotong royong yang kental ini juga diterapkan ketika terjadi bencana. Apabila terjadi longsor maupun pohon tumbang, warga akan turun bersama melakukan pembersihan. "Nuansa gotong royong masih kental di Desa Belimbing," papar Surianto.

Pada tahun 2020, beberapa bencana alam terjadi di Desa Belimbing. Salah satunya Oktober lalu terjadi tanah longsor,  senderan jebol, sampai pohon tumbang.

3. Semua pihak diharapkan siaga bencana

Empat Kecamatan di Tabanan Rawan Bencana, Warga Lakukan Gotong RoyongGotong royong warga Desa Belimbing Pupuan Tabanan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Anggota DPRD Tabanan, I Ketut Arasana Yasa mengatakan dalam menangani bencana, pihak BPBD Tabanan telah sigap. Meski demikian, Arsana Yasa mengajak masyarakat untuk tetap siaga. "Melihat anomali iklim dan menghadapi La Nina ini, mari kita semua waspada bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi dan potensi angin kencang," ujarnya.

Arsana Yasa yang juga Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) cabang Tabanan ini juga sudah memberikan imbauan kepada para nelayan di Tabanan untuk selalu memperhatikan cuaca sebelum melaut.

"Kami selalu menginformasikan info cuaca dari BMKG ke grup nelayan. Meski saat ini curah hujan tinggi, ada hikmahnya bagi nelayan kita di mana bulan November dan Desember ini sering ada ikan Layur Kuning yang berpotensi ekspor," ujarnya.

Meski ada ancaman badai  La Lina, dengan berbekal info cuaca dari BMKG, menurut Arsana Yasa nelayan di Tabanan masih bisa pergi melaut. "Mereka tetap bisa melaut. Kami tetap tekankan untuk selalu mengikuti info cuaca BMKG dan jangan melaut saat cuaca buruk," imbuhnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya