Jelang Musim Hujan, Apakah Bali Siap Antisipasi Bencana?

Bali pernah dilanda banjir besar dan longsor

Tabanan, IDN Times - Seperti kondisi musim Indonesia pada umumnya, Bali saat ini sedang musim kemarau panjang. Namun pertengahan November 2023, diramalkan Indonesia akan turun hujan. Intensitas hujan pun tidak bisa dipastikan apakah tinggi atau tidak.

Namun, intensitas hujan yang tinggi tentu menjadi kekhawatiran. Sebab jika dilihat pada peristiwa Oktober 2022 lalu, banjir besar dan tanah longsor melanda Bali, khususnya di daerah pegunungan hingga hulu. Bencana juga kembali terjadi pada Juli 2023 ketika hujan deras turun di tengah musim kemarau.

Berdasarkan data Geoportal Bencana BNPB Indonesia, banjir besar bukan kali ini terjadi. Bali telah beberapa kali dilanda banjir besar pada tahun-tahun sebelumnya, yang mengakibatkan sejumlah orang tewas dan rumah-rumah rusak.

Pemerintah mengatakan penyebabnya adalah cuaca ekstrem yakni hujan deras. Apakah hanya itu pemicunya? Untuk menjawab pertanyaan ini dilaksanakan diskusi publik yang dihelat secara daring untuk memetakan penyebab bencana di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Karangasem, Senin (30/10/2023) hingga Selasa (31/10/2023) lalu.

1. Diawali dengan liputan kolaborasi beberapa media

Jelang Musim Hujan, Apakah Bali Siap Antisipasi Bencana?Jembatan Telaga Waja ambrol, sejumlah desa terisolasi karena banjir bandang Juli 2023. (Dok.Balebengong/Dodik Cahyendra)

Sebelum acara diskusi, sebelumnya telah dikumpulkan data dan informasi mengenai kejadian bencana di tiga Kabupaten, yaitu Tabanan, Jembrana, dan Karangasem. Liputan kolaborasi antara BaleBengong, platform jurnalisme warga yang bekerja sama dengan sejumlah media seperti Tribun Bali, Radar Bali online, IDN Times Bali, didampingi Tempo.co, dan didukung Yayasan Kurawal dilakukan sekitar dua bulan.

Hasilnya, di Kabupaten Tabanan sedikitnya ada 225 titik bencana dari tanggal 7-9 Juli 2023 akibat hujan deras, dengan total kerugian sementara Rp20 miliar. Titik bencana itu tersebar di 10 Kecamatan yaitu Penebel 76 titik, Pupuan 45 titik, Selemadeg Barat 24 titik, Marga 21 titik, Tabanan 18 titik, Kediri 15 titik, Selemadeg Timur 9 titik, Kerambitan 7 titik, Selemadeg 7 titik, dan Baturiti 3 titik.

Bencana alam yang mengepung Kabupaten Jembrana pada 2022 mengakibatkan 3.889 unit rumah warga terdampak. Serta di Karangasem, ada temuan banyaknya sungai mati (itermiten, hanya ada air saat hujan) yang membawa banjir bandang dan berdampak pada korban jiwa. SMPN 3 Bebandem juga direkomendasikan direlokasi. Sebab hampir sebagian sekolah tersebut ambrol terkikis oleh erosi karena berada di pinggir sungai.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti ITB, dari tahun 2018, 2019, dan 2022 diperoleh perubahan signifikan yang terjadi di area sekolah. Awalnya luas sekolah 10.000 meter persegi (m2) tahun 2018, dan di akhir 2022 menjadi 9.338m2. Artinya sekitar 662m2 lahan sekolah tergerus air bah sekitar Sungai Mbah Api.

2. Aliran sungai dengan debit besar memicu banjir bandang

Jelang Musim Hujan, Apakah Bali Siap Antisipasi Bencana?Perumahan di wilayah Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, yang berdiri di samping sungai, pada 29 Juli 2023. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Pada diskusi di Kabupaten Tabanan, hadir Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Tabanan, Dewa Gede Anta Kesuma; dan Kepala Dinas PUPR Tabanan, Made Dedy Darmasaputra.

Anta Kesuma mengakui bencana banjir besar pada 2022-2023 sangat mengejutkan warga karena sangat jarang terjadi banjir sebesar itu.

“Banyak aktivitas warga di pinggir sungai, ada banyak tempat suci juga, sulit dipindahkan,” katanya.

Tim liputan bencana Tabanan yang disampaikan Rama Paramahamsa menyebutkan, dari sejumlah titik mengalami banjir bandang pada 2023, hampir semuanya terjadi di titik sungai dan saluran irigasi yang sama. Terutama banjir di sejumlah perumahan. Dari penelusuran citra satelit nampak perubahan alih fungsi lahan persawahan jadi pemukiman. Namun lokasi perumahan ini sudah ditentukan dalam tata ruang sebagai kawasan pemukiman perkotaan.

Menanggapi ini, Kepala Dinas PUPR, Made Dedy Darmasaputra, mengatakan adanya banjir bandang di Tabanan bersumber pada jembatan runtuh dan ada penyumbatan di hulu Yeh Sungi. Menurutnya, air tidak pernah sebesar itu. Sehingga ketika sampai hilir membawa dampak besar. Dedy menambahkan, banjir bandang yang terjadi di beberapa perumahan seperti di Banjar Sanggulan, Kecamatan Kediri, bukanlah karena debit besar sungai, tetapi lebih kepada saluran irigasi.

"Tabanan saat ini juga sedang mengejar pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan pemukiman dan pembangunan. Di mana Banjar Sanggulan adalah salah satu kawasan untuk pengembangan pemukiman di Tabanan," ujarnya.

3. Perlunya pengawasan lebih ketat di hutan Jembrana

Jelang Musim Hujan, Apakah Bali Siap Antisipasi Bencana?Sisa batang kayu dari bencana air bah Tukad Biluk Poh Oktober 2022 lalu. Foto ini diambil pada Agustus 2023. (Dok.Balebengong/Dodik Cahyendra)

Untuk diskusi Jembrana, hadir I Komang Ratawan dari BPBD Jembrana, dan Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Bali Barat, Maskuning.

Maskuning mengatakan, jumlah petugas patroli kehutanan hanya 9 orang untuk mengawasi, karena itu memerlukan dukungan banyak pihak. Misalnya Sabha Wana Kerti lintas lembaga.

“Kondisi permukaan air saat ini turun karena sumber air sudah diambil di hulu. Untuk perambahan kami tidak menampik ada warga yang melanggar,” katanya.

Dibandingkan seluruh hutan di Pulau Bali, luas hutan di Jembrana lebih dari 31,61 persen. Luas hutan di kabupaten ini mencapai 41,07 persen dari luas daratan Kabupaten Jembrana, di mana lebih dari 80 persen berupa fungsi lindung. Namun, pada masa transisi Orde Baru menuju Era Reformasi, banyak warga justru merambah hutan lindung karena terdesak kebutuhan ekonomi.

4. Penambangan di sejumlah sungai di Karangasem

Jelang Musim Hujan, Apakah Bali Siap Antisipasi Bencana?Penambangan di sejumlah sungai wilayah Kabupaten Karangasem. (Dok.Balebengong/Dodik Cahyendra)

Untuk Kabupaten Karangasem, selain temuan banyaknya sungai mati, ada juga kerentanan dari penambangan di sejumlah aliran sungai.

"Secara prinsip sebenarnya ini adalah tugas pemerintah tapi ada keterbatasan dana. Di sisi lain, DAS di Bali juga menurutnya sudah jadi wewenang pusat,” kata Maskuning.

Ia juga mengakui tidak mudah mengawasi usaha penambangan, apakah sudah melakukan kegiatan sesuai standar teknisnya. Karena izin sekarang ada di Provinsi Bali.

Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, IB Ketut Arimbawa, menambahkan tidak mudah melakukan pengerukan material sungai karena ada aturannya.

5. Perlu tindakan pencegahan dibandingkan tindakan kuratif

Jelang Musim Hujan, Apakah Bali Siap Antisipasi Bencana?Sampah, pohon, hingga material bangunan terlihat menumpuk di lahan kosong, belakang Perumahan BCA Multi Jadi IX, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, 29 Juli 2023. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Mengenai penanganan bencana di Bali sebenarnya langkah kuratif bukanlah yang utama. Tetapi harus ada langkah pencegahannya. Made Sudarma, dari Forum DAS Bali, mengingatkan bencana banjir bandang di Bali, terutama yang terjadi di Tabanan dan Karangasem, penyebabnya adalah penggunaan sempadan sungai hingga kebiasaan buang sampah sembarangan.

"Air tidak akan pernah menggunakan jalur yang bukan haknya. Namun ketika terjadi banjir, maka secara logika jalur air sudah digunakan untuk hal yang lain seperti sempadan sungai yang beralih fungsi," ujarnya.

Selain itu, saat ini banyak hutan gundul sehingga kemampuan tanah menyerap air menjadi berkurang. Wilayah tanah terbuka, yang seharusnya menyerap air, saat ini juga beralih fungsi lahan menjadi bangunan. Sehingga tanah terbuka menjadi tertutup. Akibatnya, air mengalir dalam bentuk run off atau air permukaan. Tidak sampai di sana, air yang  mengalir menuju ke drainase juga tertampung sebab drainase yang berfungsi mengalirkan air juga berubah menjadi pembuangan sampah, begitu juga saluran irigasi.

"Untuk itu perlu dipikirkan langkah-langkah untuk mencegah hal-hal ini oleh pemerintah setempat," ujarnya

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya