Kronologi Prostitusi Anak di Sanur, Ketakutan & Kabur Saat Tahun Baru

Duh, di Bali masih banyak rumah bordir

Denpasar, IDN Times - Sudah sepatutnya kasus perdagangan orang di Bali menjadi perhatian serius semua pihak, apalagi sampai melibatkan anak di bawah umur. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Denpasar (P2TP2A), Ni Luh Putu Anggreni.

1. Kasus terungkap saat korban menelepon kakaknya di Bekasi dan minta tolong untuk dikeluarkan

Kronologi Prostitusi Anak di Sanur, Ketakutan & Kabur Saat Tahun Barubukalapak.com / Tanto Maja

Ia menceritakan, pihaknya memang sedang menangani kasus lima anak di bawah umur yang dieksploitasi di kawasan Sanur, Denpasar. Kasus tersebut terungkap setelah seorang anak, sebut saja Anggrek (16), menghubungi kakaknya di Bekasi, Jawa Barat. Saat itu ia meminta tolong kakaknya supaya dikeluarkan dari tempat penampungan.

"Ini yang terakhir kami tangani, yakni pada malam tahun baru ada laporan dari keluarga si anak di Bekasi yang kehilangan adiknya di Bali. Sang adik share lokasinya sambil menangis kepada kakaknya minta sambil diselamatkan," katanya, Minggu (6/12).

Baca Juga: Diimingi Gaji Rp11 Juta, Lima Gadis Asal Bekasi 'Dijual' di Sanur

2. Ditawari temannya kerja kafe di wilayah Bali dengan gaji tinggi

Kronologi Prostitusi Anak di Sanur, Ketakutan & Kabur Saat Tahun BaruPexels.com/pixabay

Saat sang kakak menghubungi P2TP2A, pihaknya langsung menduga jika adiknya menjadi korban perdagangan orang. Anggrek sudah sejak tanggal 28 Desember sampai di Bali. Ia dirayu oleh temannya di Bekasi, bahwa kerja di Bali gajinya besar.

"Ia ditawari kerja oleh temannya di Bekasi untuk kerja di Bali menjagakcafe. Namanya juga anak-anak tertarik," lanjutnya.

3. Setiba di Bali, korban langsung dibebankan utang uang tiket

Kronologi Prostitusi Anak di Sanur, Ketakutan & Kabur Saat Tahun Barureuters.com

Sesampai di Bali, Anggrek tak mengira jika ia langsung mendapatkan tagihan dan dibebankan utang tiket pesawat. Saat itu juga ia langsung disuruh bekerja dan langsung dipajang di etalase Gang 3B, Sanur.

"Saat sampai langsung disuruh melayani tamu dan disuruh beli alat pengaman. Sempat ditampilkan di etalase kaca selama satu hari. Jadi dia dilihat laki-laki dan akan dipanggil namanya," jelasnya.

Untuk membayar utang, ia harus bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) dengan tarif antara Rp250 ribu hingga Rp300 ribu untuk sekali melayani. Dari uang tersebut, Rp50 ribu diserahkan ke anak dan sisanya disimpan oleh muncikari.

"Ada yang cerita dalam semalam hingga jam 05.00 subuh harus melayani delapan kali hingga 10 kali," ujarnya.

Baca Juga: P2TP2A: Bali Rentan ada Pariwisata Seks Anak

4. Para korban mengaku ketakutan dan ingin pulang

Kronologi Prostitusi Anak di Sanur, Ketakutan & Kabur Saat Tahun Barukoreabizwire.com

Sepertinya Tuhan punya cara lain untuk menyelamatkan ia dan teman-temannya. Pada hari pertama, ia tidak melakukan pelayanan karena haid. Selama tinggal di Sanur, ia satu kamar dengan kawannya yang berumur 14 tahun dan 15 tahun. Mereka mengaku ketakutan dan ingin pulang.

"Jadi mereka semua awalnya ditawari kerja di kafe. Namun saat sudah sampai ternyata berbeda. Mereka kaget dan tak berdaya, tak tahu harus ke mana," ungkap Anggreni.

5. Kabur lewat jendela saat malam tahun baru

Kronologi Prostitusi Anak di Sanur, Ketakutan & Kabur Saat Tahun BaruPinterest.com/Red Light District Amsterdam Tours

Tepat saat tahun baru, Anggrek yang sudah dihubungi P2TP2A kemudian kabur melalui jendela. Ia naik ojek online menuju tempat yang ditentukan. Setelah itu ke Kepolisian Daerah (Polda) Bali untuk membuat laporan.

"Anak ini kabur lewat jendela saat penjaganya lalai. Ia naik Grab menuju tempat kita. Pas tahun baru sudah aman," terangnya.

Setelah Anggrek kabur, Polda Bali melalui Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Bali melakukan penggerebekan. Hasilnya, diamankan lagi empat anak di bawah umur dan dua orang tersangka berinisial NKS alias Bu Komang (49) dan NWK alias Mami Wayan (51).

Empat anak tersebut masing-masing bernama Bunga (17), Mawar (14), Melati (14), dan Tulip (15). Tiga anak lainnya sama-sama dari Bekasi dan satu lagi berasal dari Jakarta.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya