ForBali Izin ke Penguasa Laut Untuk Menguatkan Aksi Tolak Reklamasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times - Bali Tolak Reklamasi kembali bergema. Bendera atau spanduk sepanjang 100 meter tampak membentang di jembatan penghubung antara Pulau Bali dan Pulau Serangan, Denpasar, Minggu (17/2) siang.
Bendera bertuliskan “ForBALI On Fire" tersebut merupakan pesan bahwa rakyat Bali tegas menolak reklamasi Teluk Benoa.
1. Suara tolak reklamasi kembali bergema pasca pernyataan Susi Pudjiastuti
Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) kembali turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Hal ini setelah Menteri Kelautan dan Perikanan, Sri Pudjiastuti menerbitkan izin lokasi kepada PT TWBI di Teluk Benoa. Padahal dalam lima tahun ke belakang, ribuan massa terus menyuarakan pencabutan izin tersebut.
Untuk itu, sekitar 500-an massa ForBali dan desa-desa adat yang menolak reklamasi melakukan persembahyangan di Pura Sakenan yang terletak di Pulau Serangan. Sembahyang tersebut bertujuan untuk meminta restu kepada "Sesuhunan" Hyang Baruna sebagai penguasa lautan. Selain itu juga untuk membangkitkan semangat masyarakat dalam melakukan aksi-aksi menolak reklamasi.
Baca Juga: Jokowi Ingin Teluk Benoa Tak Direklamasi
2. Seluruh peserta aksi melakukan bersih-bersih dulu sebelum sembahyang
Sebelum melakukan persembahyangan, mereka melakukan bersih-bersih di areal Pura Sakenan yang diikuti oleh seluruh peserta aksi.
Wayan Gendo Suardana, koordinator ForBALI, mengatakan bersih-bersih di Pura Sakenan tersebut merupakan upaya untuk mendidik massa aksi, terutama aksi-aksi yang dilakukan ForBali. Ini agar masyarakat yang ikut aksi senantiasa memperhatikan masalah kebersihan.
“Hal ini selalu terjadi dalam setiap aksi-aksi kita, baik aksi yang di jalanan, di kantor Gubernur dan pada semua aksi-aksi yang kita lakukan," katanya.
3. Bunga sarana persembahyangan dipungut lagi dan dibuang
Koordinator acara persembahyangan, Wayan Hendrawan, menjelaskan rangkaian acara persembahyangan ini untuk memohon restu kepada Hyang Baruna. "Ini untuk membangkitkan semangat perjuangan rakyat guna melindungi laut khususnya Teluk Benoa dari ancaman reklamasi," jelasnya.
Upacara persembahyangan untuk memohon restu berjuang tersebut dipimpin oleh Gusti Ketut Lengur, yang merupakan pemangku di Pura Sakenan. Usai persembahyangan, bunga-bunga yang telah selesai digunakan sebagai sarana kembali dipungut dan dibuang pada tempat sampah yang ada di areal Pura Sakenan.
Baca Juga: Brahmantya Benarkan KKP Terbitkan Izin Lokasi Teluk Benoa Untuk TWBI
4. Mereka mendesak Perpres dibatalkan
Gendo mengatakan, persembahyangan kali ini sedikit berbeda. Karena menteri Susi Pudjiastusi menerbitkan kembali izin lokasi baru tentang reklamasi Teluk Benoa. Menurutnya, proses perizinan yang sudah disetujui berarti rakyat Bali harus berjuang empat tahun lagi untuk membatalkan Izin tersebut. Selain itu pihaknya juga akan mendesak Perpres 51/2014 dibatalkan.
"Kita harus terus bergerak dengan berapa orangpun yang masih mau dan siap berjuang. Sembahyang di Pura Sakenan ini juga bentuk keikhlasan kita untuk terus berjuang dan kita akan segera turun ke jalan," ujarnya.
Baca Juga: Walhi Bali Menduga Pelindo Tak Punya Izin Reklamasi Pelabuhan Benoa