Bukan Caleg, Masyarakat yang Perang Argumen di Medsos Rawan Stres

Psikiater menyebut masyarakat banyak adu argumen saat Pemilu

Denpasar, IDN Times - Potensi calon legislatif (Caleg) yang mengalami stres disebut tak terlalu tinggi. Justru yang paling berpotensi mengalami depresi adalah para pendukungnya yang selalu perang argumen di media sosial.

1. Wacana menyediakan kamar di RSJ dinilai psikolog terlalu berlebihan

Bukan Caleg, Masyarakat yang Perang Argumen di Medsos Rawan StresFoto hanya ilustrasi. (picswe.com)

Psikiater Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Denpasar sekaligus dokter spesialis jiwa, I Gusti Rai Putra Wiguna, berpendapat setiap jelang Pemilu selalu ada wacana menyediakan sekian kamar di Rumah Sakit Jiwa. Menurutnya, hal ini terlalu berlebihan. Sebab para caleg ini potensi untuk stres tak terlalu besar.

"Kalau berkaca di Pemilu sebelum-sebelumnya, tak banyak caleg yang mengalami stres atau gangguan jiwa. Bahkan hanya satu atau dua saja," katanya, Minggu (17/2).

Baca Juga: RSJ Bangli Sedia 100 Kamar Kosong untuk Caleg Stres, Apa Gejalanya?

2. Dalam pandangan psikolog, caleg jauh lebih siap kalah dan menang

Bukan Caleg, Masyarakat yang Perang Argumen di Medsos Rawan StresUnsplash/Arnaud Jaegers

Dalam pandangannya, caleg hampir semua sudah mempersiapkan dirinya secara matang. Persiapannya juga memakan waktu yang panjang, mulai dari pemeriksaan kesehatan jiwa hingga modalnya.

"Mereka maju kan sudah dengan persiapan, apakah berhasil atau tidak lewat proses yang panjang dengan pemeriksaan kesehatan jiwa sebelumnya. Dan tak semua ingin maju dengan serius kan? Ada yang hanya melengkapi saja," lanjutnya.

3. Masyarakat di luar lingkar tim sukses dinilai lebih berpotensi stres

Bukan Caleg, Masyarakat yang Perang Argumen di Medsos Rawan StresUnsplash/Paul Hanaoka

Justru yang tak melakukan persiapan, menurutnya adalah masyarakat atau pendukungnya. Pendukung dalam hal ini yang ada di luar lingkaran tim sukses.

"Yang mana semakin banyak masyarakat umum yang adu argumen di media sosial hanya karena Pemilu ini. Ini yang lebih berpotensi (Stres) apalagi jumlahnya lebih banyak," jelasnya.

4. Masyarakat lebih melibatkan emosi

Bukan Caleg, Masyarakat yang Perang Argumen di Medsos Rawan StresIDN Times/Sukma Shakti

Dalam hal dukung mendukung ini, masyarakat lebih melibatkan emosi, jadi tak hanya soal finansial dan jabatan. Bahkan menurutnya sudah ada aktivitas mereka yang terganggu dengan soal-soal ini.

Jadi, lebih baik mempersiapkan psikologi masyarakat bahwa Pemilu ini pertarungan demokrasi biasa yang diadakan setiap lima tahun sekali.

"Jangan-jangan sudah terganggu karena emosinya mudah muncul, bertengkar, dan bahkan ingin bertemu untuk berkelahi. Jangan-jangan sudah terganggu," terangnya.

5. Lalu apa sarannya buat para pendukung caleg, capres dan cawapres?

Bukan Caleg, Masyarakat yang Perang Argumen di Medsos Rawan StresIDN Times/I Gusti Ngurah Made Wirawan

Untuk itu ia menyarankan supaya agar para pendukung melakukan segala sesuatunya secara berimbang, dan tidak tak terlalu fokus pada Pemilu saja. Ia juga berharap masyarakat tidak menyangkutkan segala hal dengan urusan Pemilu.

"Jadi, mulai pertimbangkan kesehatan kita sendiri. Jangan terlalu larut dalam satu persoalan apapun. Sebenarnya kalau terlalu fokus membahyakan jiwa kita. Diskusilah dan perbincangan ke hal-hal lain, kalau terlalu berharap nanti lebih kecewa ke yang kita dukung," pungkasnya.

Ia menjelaskan, jenis stres yang akan menimpa terkait Pemilu ini mungkin stres ringan hingga depresi. Untuk gangguan jiwa berat kemungkinannya sangat kecil.

"Untuk penanganannya perlu konsultasi dan terapi serta obat. Ada juga yang psikoterapi dengan bicara. Ada juga yang betul-betul menyesal dan tak mengurusi itu sama sekali," jelasnya.

Baca Juga: 5 Perbedaan Debat Pilpres Kedua, Cawapres Tidak Ikut

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya