Kasus Rabies di Bali Makin Tinggi, Banyak yang Dilepasliarkan

Enaknya gimana ya biar gak ada rabies?

Denpasar, IDN Times - Sejak muncul pada tahun 2008, rabies sepertinya sangat susah untuk dihilangkan dari Bali. Buktinya hingga kini, jumlah kasus rabies terus saja bertambah dari tahun ke tahun. Untuk itu, perlu adanya langkah kongkrit untuk menangani kasus ini, mengingat Bali merupakan daerah tujuan wisata.

1. Angka rabies di Bali makin tinggi

Kasus Rabies di Bali Makin Tinggi, Banyak yang DilepasliarkanDok.IDN Times/Istimewa

Data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan) Provinsi Bali, kasus rabies anjing tahun 2018 mencapai 135 kasus. Sementara kasus rabies pada manusia mencapai 4 kasus yang meninggal dunia. Padahal pada tahun 2008, jumlah rabies pada anjing hanya 10 kasus dan pada manusia jumlahnya ada 4 kasus.

Total keseluruhan dari tahun 2008 hingga 2018, jumlah kasus rabies pada manusia angkanya mencapai 174 kasus dan anjing mencapai 1838 kasus.

Baca Juga: Desa Sanur Keluarkan Aturan Pelarangan Konsumsi Anjing

2. Targetnya adalah Bali bebas rabies pada tahun 2020

Kasus Rabies di Bali Makin Tinggi, Banyak yang DilepasliarkanDok.IDN Times/Istimewa

Dirjen Peternakan dan Keswan dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Drh I Ketut Diarmita, mengatakan Bali menargetkan terbebas dari rabies pada tahun 2020 mendatang. Pasalnya dalam 10 tahun terakhir, kasus rabies tak kunjung diselesaikan.

"Kami ingin menuntaskannya. Ini bentuk pertanggungjawaban kita kepada rakyat," tuturnya di Denpasar, Kamis (3/1).

Ia menilai, kasus rabies ini jika berlarut bisa menjadi halangan bagi pariwisata Bali. Untuk itu, fokus utama dalam penanganan rabies adalah tidak ada kasus kematian pada manusia.

"Karena makin banyak orang digigit di Bali, beritanya pasti langsung menyebar. Karena kita menjadi perhatian dengan banyaknya tamu mancanegara. Ini harus dijaga," ucapnya.

3. Tiga Kabupaten jadi perhatian serius

Kasus Rabies di Bali Makin Tinggi, Banyak yang DilepasliarkanIlustrasi anjing. (Instagram.com/bawabali_official)

Ada tiga Kabupaten di Bali yang akan menjadi perhatian terkait kasus rabies. Ketiganya adalah Buleleng, Karangasem, dan Bangli. Namun kendalanya, sumber daya manusia di tiga kabupaten tersebut masih kurang dan wilayah geografisnya juga luas.

Selain itu, anjing-anjing peliharaan di daerah-daerah jarang yang diikat dan sebagian besar dilepasliarkan. Ia juga mempertanyakan komitmen masing-masing di 9 Kabupaten dan Kota di Bali dalam penanganan ini.

"Kita sudah tanya ke seluruh kabupaten, komitmennya dan integritas dirinya untuk memberantas rabies. Dan permasalahan apa? Membebaskan rabies harus dilakukan secara terstruktur. Target kami, nanti di manapun anjing diambil sample harus negatif," tambahnya.

Untuk itu, pihaknya akan membentuk tim khusus yang terdiri dari banyak lembaga swadaya masyarakat dan stakeholder terkait dalam penanganan rabies ini. Langkah pastinya, adalah edukasi dan melakukan vaksinasi massal.

"Ini petanya sudah kelihatan. Jadi, langkah apa yang harus ditempuh sangat membantu kita," katanya.

4. Populasi anjing di Bali mencapai 600 ribu ekor

Kasus Rabies di Bali Makin Tinggi, Banyak yang DilepasliarkanInstagram.com/bawabali_official

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Peternakan dan Keswan, I Wayan Mardiana, mengatakan tim yang dibentuk nanti akan melakukan program vaksinasi massal selama satu bulan. Tim tersebut beranggotakan 164 orang yang akan bergerak di sembilan Kabupaten dan Kota.

"Bulan Maret akan kami mulai, untuk itu kami persiapkan diri ke kabupaten/kota untuk menggambarkan situasi rabies di masing-masing wilayah," terangnya.

Selain vaksinasi, hal yang perlu dilakukan adalah kontrol populasi anjing di Bali. Ia menyebut tingkat pertumbuhan populasi anjing di Bali terbilang tinggi. Jumlahnya sekitar 600 ribu ekor. Dari jumlah tersebut, anjing liarnya mencapai 5 persen.

"Yang banyak adalah anjing yang berpemilik tapi tak diikat. Langkah konkretnya adalah vaksinasi massal dengan melibatkan 164 tim untuk menekan populasi dengan sterilisasi," katanya.

Ia berpesan, masyarakat bisa membantu program ini dengan cara memelihara dan merawat anjingnya dengan baik. Tidak dilepasliarkan seperti biasanya.

"Untum vaksinnya nanti akan kami lakukan setahun sekali. Karena ketahanan vaksin tersebut selama setahun," tutupnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya