3 Bulan ke Depan, Tukad Korea Denpasar Diklaim Tak Bau & Minim E-Coli

Jokowi tepati janji untuk memasang nano bubble

Denpasar, IDN Times - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (LHK RI), Siti Nurbaya Bakar, mengunjungi sungai atau Tukad Badung di Denpasar, Kamis (20/6). Kunjungan tersebut dalam rangka penyerahan alat peningkat kualitas air atau nano bubble yang dijanjikan oleh Presiden RI, Joko Widodo beberapa waktu lalu.

1. Tiru sungai di Jakarta yang hitam

3 Bulan ke Depan, Tukad Korea Denpasar Diklaim Tak Bau & Minim E-ColiIDN Times/Imam Rosidin

Alat semacam ini sebelumnya juga pernah dipasang di Sungai Sentiong, Jakarta yang selama pelaksanaan Asian Games 2018 airnya berwarna hitam. Alat ini berfungsi untuk melepaskan oksigen yang akan menangkap material bau dan kotor. Dalam waktu satu hingga dua minggu, kualitas air tersebut bisa meningkat kualitasnya.

"Nah sistemnya namanya itu kan nano bubble, di Asian Games juga pernah. Ada sungai di DKI Jakarta kotor hitam dan bau itu kita beresin pakai nano bubble, sama juga di Depok, di Danau Pladen, pola ini sederhana juga," kata dia, Kamis (20/6).

"Biasanya itu kan air kalau busuk karena oksigennya kurang, karena segala material, jadi tidak bisa diurai secara alam," imbuhnya.

2. Meski sudah terpasang nano bubble, masyarakat tetap diminta tidak membuang sampah sembarangan

3 Bulan ke Depan, Tukad Korea Denpasar Diklaim Tak Bau & Minim E-ColiIDN Times/Irma Yudistirani

Sementara perawatan alat ini, menurutnya segala lapisan masyarakat harus turut serta terlibat. Caranya, dengan tidak membuang sampah ke sungai sehingga tak terbawa arus dan menghambat alat ini.

"Saya kira, kalau alatnya sih setiap waktu bisa dipakai, tapi saya kira betul kata Pak Wali Kota (Denpasar) di dalam sambutan beliau yang paling penting sebetulnya adalah mengajak masyarakat, jangan buang lagi dong sampahnya, jangan jelek dong sungainya, gitu kira-kira," kata dia.

3. Lalu, bagaimana cara kerja alat ini ya?

3 Bulan ke Depan, Tukad Korea Denpasar Diklaim Tak Bau & Minim E-ColiIDN Times/Imam Rosidin

Dari keterangan pengawas pemasangan Kementerian LHK, Johan, alat ini merupakan teknologi pemulihan kualitas air yang dipasang di badan air. Alat ini menggunakan teknologi plasma nano bubble yang dikembangkan oleh Balai Pengembangan Instrumentasi, LIPI. Terdiri dari dua sub sistem, yaitu plasma generator dan nano bubble generator.

Cara kerjanya, yaitu pada permukaan air ada alat untuk mengumpulkan oksigen (Oxygen collector). Kemudian masuk ke plasma generator, lalu sebagian oksigen diubah dalam bentuk ozon. Selanjutnya, ozon (O3) dan oksigen (O2) tersebut diinjeksikan atau dialirkan melalui nano nozzle ke kolom air sebanyak 10 liter per menit. Bentuknya berupa partikel berukuran mikro dan nano.

"Ozon bisa menguraikan bau dan zat organik serta membunuh bakteri patogen," ungkapnya.

4. Alat itu akan melepaskan nano oksigen dan menurunkan konsentrasi bakteri e-coli

3 Bulan ke Depan, Tukad Korea Denpasar Diklaim Tak Bau & Minim E-Coliinstagram.com/gungkris__

Adapun nano bubble generator berfungsi untuk menambah oksigen di air sebanyak 22 meter kubik per jam. Fungsinya untuk mengaktifkan mikroorganisme pengurai yang hidup di dalam air. Oksigen dalam ukuran nano ini disebut bisa bertahan di air selama 30 hari, yang akan bereaksi dengan berbagai parameter pencemaran air.

Dari reaksi tersebut, maka akan menghilangkan kelebihan ganggang dan mikroorganisme patogen, meningkatkan transparansi air, peningkatan oksigen terlarut, menurunkan konsentrasi bakteri e-coli dan total coliform.

"Pada akhirnya dapat menjadikan kualitas air dan ekosistem air sungai," urainya.

5. Tiga alat tersebut nilainya Rp200 juta

3 Bulan ke Depan, Tukad Korea Denpasar Diklaim Tak Bau & Minim E-ColiIDN Times/Irma Yudistirani

Teknologi ini sudah dipakai di Kali Sentiong Jakarta Pusat, Kali Bekasi, Danau Maninjau dan Situ Pladen. Kemudian Kota Denpasar mendapat tiga unit yang dipasang tepat di bawah jembatan Tukad Korea.

Peluang keberhasilan alat ini baru bisa dilihat selama 3-4 bulan ke depan tergantung kondisi sungai. Adapun biaya untuk alat ini menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sekitar Rp200 juta. Untuk satu unit akan membutuhkan daya 1.300-1.400 watt dalam sehari.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya