Pujawali di Pura Sakenan, Umat Masih Banyak yang Pakai Plastik

Memang butuh proses sih

Denpasar, IDN Times - Ribuan krama Hindu di Bali sejak Sabtu (5/1) pagi memadati Pura Sakenan, di Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan. Mereka menghaturkan sembah bakti karena hari itu dilaksanakan pujawali di pura tersebut, yang pelaksanaannya bertepatan dengan Hari Raya Kuningan.

Pada pelaksanaan pujawali kali ini, selain bersembahyang umat juga diedukasi secara langsung untuk tidak menggunakan plastik saat memohon air suci (Tirta). Termasuk juga untuk plastik pembungkus canang juga diimbau untuk dikurangi.

1. Masyarakat sudah mengantre masuk pura untuk sembahyang sejak pagi

Pujawali di Pura Sakenan, Umat Masih Banyak yang Pakai PlastikIDN Times/Irma Yudistirani

Pantauan IDN Times mulai pukul 10.00 Wita, umat Hindu sudah lama mengantre. Antrean sudah cukup panjang, namun palang pintu masuk belum juga dibuka oleh pecalang yang bertugas di sana.

Hal ini karena luas areal dalam pura tidak mencukupi untuk menampung semua umat untuk bersembahyang. Sehingga persembahyangan diatur per sesi. Ketika kelompak umat yang sudah selesai sembahyang, barulah kelompok yang lain dipersilahkan memasuki pura untuk menghaturkan bakti.

Padahal sudah ada imbauan dari penyelenggara upacara, agar umat tidak terkonsentrasi bersembahyang saat puncak pujawali (Kuningan). Sebab upacara akan berlanjut hingga tiga hari ke depan (Nyejer). Upacara pujawali akan ditutup (Nyineb) Selasa Pon Langkir (8/1).

“Kami sudah terus mengimbau umat, nangkil (Menghaturkan bakti) tidak hanya saat Kuningan saja. Masih ada waktu sampai Selasa. Tapi yang namanya antusias sembahyang, memang kita tidak bisa hindari. Kalau pagi memang belum terlalu ramai. Tapi kalau sudah menjelang sore hingga malam, macetnya luar biasa,” ungkap penyelenggara upacara pujawali di Pura Sakenan, Ida Bagus Gede Pidada, Sabtu (5/1).

Baca Juga: Daftar Odalan di Pura & Merajan Saat Kuningan Tanggal 5 Januari 2019

2. Upacara pujawali selama empat hari dipuput enam sulinggih (Pendeta). Besok hingga Selasa masih bisa sembahyang lho!

Pujawali di Pura Sakenan, Umat Masih Banyak yang Pakai PlastikIDN Times/Irma Yudistirani

Pelaksanaan pujawali di Pura Sakenan setiap harinya dipuput (Dihantarkan doa) oleh sulinggih (Pendeta). Ada enam sulinggih yang akan muput.

Pertama pada hari Sabtu saat puncak pujawali, dipuput oleh dua sulinggih yaitu Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa dari Griya Tegalsari Denpasar dan Ida Pedanda Buda Jelantik Giri dari Griya Gunung Sari Ubud. Pujawali akan nyejer selama tiga hari hingga disineb pada Anggara Pon Langkir, Selasa (8/1) mendatang.

Pada nyejer hari Minggu akan dipuput oleh Ida Pedanda Istri Putu Telaga dari Griya Gede Telaga Sanur dan Ida Pedanda Gede Putra Bangun dari Griya Sindu Sanur. Sementara hari Senin dipuput oleh Ida Pedanda Gede Oka Manuaba dari Griya Toko Sanur, dan penyineban hari Selasa dipuput Ida Pedanda Istri Raka dari Griya Dauh Buruan Sanur.

Jadi masih ada waktu hingga hari Selasa nggih, Semeton. Akan lebih bagus lagi kalau sembahyangnya tidak berdesak-desakkan.

3. Menurut sumber yang ada, Pura Sakenan disebut sebagai penetralisir alam

Pujawali di Pura Sakenan, Umat Masih Banyak yang Pakai PlastikPura Sakenan sebelum reklamasi. (By Tropenmuseum)

Ida Bagus Gede Pidada menerangkan, menurut Purana Sakenan, disebutkan bahwa Pura Sakenan merupakan pura penangluk merana atau penetralisir alam, termasuk hama penyakit. Ini biasanya berhubungan dengan bidang pertanian. Namun bagi masyarakat yang bersembahyang namun tidak memiliki lahan pertanian, Pura Sakenan juga difungsikan untuk memohon kesejahteraan masyarakat.

“Pura Sakenan sebagai hulunya subak (Sistem irigasi tradisional Bali). Masalah pertanian seperti hama penyakit, menurut Purana Sakenan, Pura Sakenan berfungsi sebagai penetralisir alam. Ini juga berhubungan dengan air. Air berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Pura Sakenan diemong oleh Desa Adat Serangan, Desa Adat Kepaon, Desa Adat Pemogan, dan Desa Adat Kelan, Tuban. Sedangkan Puri Kesiman sebagai Pengempon Pura Sakenan.

4. Masyarakat diedukasi tidak menggunakan plastik saat memohon air suci (Tirta)

Pujawali di Pura Sakenan, Umat Masih Banyak yang Pakai PlastikIDN Times/Irma Yudistirani

Setelah dikeluarkannya Peraturan Walikota Denpasar Nomor 36 Tahun 2018, mulai 1 Januari 2019 masyarakat Kota Denpasar dilarang menggunakan plastik. Hal ini diterapkan pula di Pura Sakenan.

Ida Bagus Gede Pidada mengatakan, pihaknya telah mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan plastik saat memohon air suci (Tirta).  Imbauan ini telah disampaikan sebelumnya baik melalui radio pemerintah Kota Denpasar, media massa, maupun secara langsung.

“Kami mengimbau seluruh pamedek yang akan tangkil saat pujawali di Pura Sakenan, untuk nunas tirta jangan memakai plastik. Kita mulai tekan sampah plastik itu mulai dari Pura Sakenan,” katanya.

Namun pada hari pertama, masih banyak ditemukan masyarakat yang membawa plastik untuk nunas tirta. Ida Pidada menyebut, karena ini peraturan baru, masyarakat masih perlu waktu untuk membiasakan diri.

“Kami dari penyelenggara juga mulai tidak menyediakan plastik. Kalau sebelumnya memang dari pengayah sudah memplastik-plastik tirtanya, sehingga masyarakat praktis mengambil. Tapi sekarang tidak lagi. Mereka harus membawa tempat sendiri,” imbuhnya.

Kendati masih banyak ditemukan menggunakan plastik, namun Ida Pidada memperkirakan akan terjadi penurunan penggunaan sampah plastik hingga 25 persen.

“Ini kan masih baru. Rencananya pujawali 6 bulan mendatang kami akan sterilkandari sampah. Umat yang nunas tirta akan kita sediakan toples kecil. Ini masih kami akan coba. Termasuk penataan pedagang agar mengurangi penggunaan plastik,” katanya.

Ngiring sareng-sareng menjaga kebersihan dari sampah plastik.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya