Kisah Perjalanan Spiritual Sukmawati Sukarnoputri Memeluk Agama Hindu

Sukmawati telah melewati serangkaian upacara di Bali

Gianyar, IDN Times - Diah Mutiara Sukmawati Sukarnoputri atau yang dikenal Sukmawati Sukarnoputri (70), resmi memeluk Agama Hindu, Selasa (26/10/2021). Upacara Sudhi Wadani (Pindah Agama Hindu) dilaksanakan di Bale Agung Singaraja, Kabupaten Buleleng. Pelaksanaannya tepat dilakukan di tanggal kelahirannya, 26 Oktober. Ia kini bergelar Ratu Niang Sukmawati di usia 70 tahun.

Memakai baju adat serba putih, Ratu Niang Sukmawati tiba di The Sukarno Center, Tampak Siring, Kabupaten Gianyar pada pukul 16.46 Wita naik mobil warna hitam. Suasana saat itu mendung dan gerimis. Turun dari mobil, ia disambut dan berjalan menuju ke gedung The Sukarno Center, duduk tepat di hadapan para awak media.

Kisah Perjalanan Spiritual Sukmawati Sukarnoputri Memeluk Agama HinduSerangkaian prosesi Upacara Sudhi Wadani (pindah Agama Hindu) Sukmawati Sukarnoputri. (Dok. IDN Times/Istimewa)

President The Sukarno Center, Arya Wedakarna, mengatakan Ratu Niang Sukmawati telah melakukan serangkaian Upacara Sudhi Widani di tiga lokasi. Yaitu di Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Buleleng yang berlangsung selama tiga hari, yakni 25 ― 27 Oktober 2021.

Upacara perpindahan keyakinan ini diawali dengan melukat atau membersihkan diri dengan media air. Sukmawati tampak ditemani oleh putranya, Muhammad Putera Sukarno Alhadad, di Pantai Utara Buleleng, Senin (25/10/2021) sore. Upacara ini dipimpin oleh Pendeta Hindu, saksi dari keluarga Bale Agung dan pejabat The Sukarno Center.

Kisah Perjalanan Spiritual Sukmawati Sukarnoputri Memeluk Agama HinduSerangkaian prosesi Upacara Sudhi Wadani (pindah Agama Hindu) Sukmawati Sukarnoputri. (Dok. IDN Times/Istimewa)

Kemudian rangkaian upacara Sudhi Wadani berlangsung di Pemerajan Agung Bale Agung Singaraja, Kabupaten Buleleng, pada Selasa (26/10/2021) pukul 10.00 Wita. Dalam prosesi ini, anak Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno ini didampingi oleh putranya, Muhammad Putera Sukarno. Sukmawati melaksanakan prosesi kelahiran kembali dengan simbol-simbol upacara Hindu Bali. Termasuk kegiatan upacara 3 bulanan, 6 bulanan, potong gigi, otonan, dan lainnya. Hingga pengucapan upah saksi, serta wisuda di hadapan leluhur dan Sang hyang Widhi.

Di hari yang sama, Sukmawati juga memberikan keterangan pers di The Sukarno Center. Lalu menuju ke acara Resepsi Ulang Tahun Sukmawati Sukarno ke-70 di Istana Kepresidenan RI, Tampaksiring.

Pada Rabu (27/10/2021), acara dilanjutkan dengan Matur Piuning dengan bersembahyang internal di beberapa pura daerah Kabupaten Tabanan, dan Tampaksiring. Upacara ini sebagai ucapan terima kasih, bahwa acara yang ia hajatkan selama ini selesai dengan baik.

Lalu seperti apa pengalaman spriritual Ratu Niang Sukmawati, memeluk agama barunya?

Baca Juga: Syarat Masuk Agama Hindu, Harus Melalui Ritual Sudhi Wadhani

1. Fatmawati menginginkan Sukmawati menjadi seorang penari Bali

Kisah Perjalanan Spiritual Sukmawati Sukarnoputri Memeluk Agama HinduSerangkaian prosesi Upacara Sudhi Wadani (pindah Agama Hindu) Sukmawati Sukarnoputri. (Dok. IDN Times / istimewa)

Terlahir dari keluarga muslim, Ratu Niang Sukmawati berkeinginan kembali ke agama leluhurnya. Ia mengaku telah menjalani proses perjalanan yang panjang kurang lebih 66 tahun. Ibunya, Fatmawati, menginginkan Sukma yang kala itu masih berusia 4 tahun, menjadi seorang penari Bali. Sukma kemudian didandani dengan kostum penari kebyar pria Bali.

“Beliau, ibu saya melihat bahwa saya agaknya layak menjadi penari Bali, gitu ya. Ada harapan beliau suatu waktu yang namanya putri presiden warga negara Indonesia dari kecil sudah dididik, tahu budaya aslinya sendiri. Ya itulah kewajiban Ibu Negara memberi didikan kepada putra putrinya sejak kecil,” kata Sukma.

Waktu itu, di Istana Negara ada dua gamelan dari Jawa dan Bali. Ketika pentas tari, Sukma diiringi dengan alunan suara gamelan Bali. Pada saat itulah ia merasakan lebih luwes menarikan tarian yang dibawanya.

2. Mengenang Eyang Putri, guru yang mengajarinya menari Bali

Kisah Perjalanan Spiritual Sukmawati Sukarnoputri Memeluk Agama HinduSerangkaian prosesi Upacara Sudhi Wadani (pindah Agama Hindu) Sukmawati Sukarnoputri. (Dok. IDN Times / istimewa)

Sosok yang berperan penting dalam perjalanan spriritual Sukmawati adalah Eyang Putrinya, Ida Ayu Nyoman Rai, yang berasal dari Bale Agung, Singaraja. Ketika berusia 7 tahun, Sukmawati pernah mengunjungi Eyang Putrinya di Blitar, Jawa Timur.

Eyangnya yang sudah sepuh hanya duduk di tempat tidur. Sukma kemudian mengobrol dan ditanyai kemampuannya menari tarian Bali. Dari perbincangan itu, Sukma menangkap pesan bahwa sang Eyang menginginkan dirinya menjadi penari Bali. Apalagi dulunya, Ida Ayu pandai menari Rejang Bali, dan mengajari cucunya tersebut menari Bali.

“Jadi Eyang Putri ini merupakan suatu figur, sosok yang mempengaruhi di keluarga Bung Karno itu tentang Bali,” jelas Sukma.

Sehingga kesenian Bali dalam kehidupan masa kecil Sukma hingga dewasa semakin kuat. Ia juga menekuni kesenian, terutama seni pertunjukan. Ia begitu tertarik dengan Tari Topeng hingga membawanya kepada I Nyoman Kakul di Bali. Sejak saat itulah kesenian Bali terasa begitu kental baginya.

Baca Juga: 10 Quotes Soekarno yang Membara, daripada Makan Bestik Tapi Budak

3. Gamelan Bali adalah terapi jiwa di kala Sukma kalut atas kematian ayahnya

Kisah Perjalanan Spiritual Sukmawati Sukarnoputri Memeluk Agama HinduSerangkaian prosesi Upacara Sudhi Wadani (pindah Agama Hindu) Sukmawati Sukarnoputri. (Dok. IDN Times/Istimewa)

Ketika ayahnya wafat, Sukma merasakan kesedihan yang mendalam dan putus asa. Namun pada saat belajar Tari Topeng dan mendengar iringan suara musik, ia merasakan terapi untuk jiwanya. Dari yang awalnya kalut menjadi semangat lagi. Suara gamelan Bali yang ditabuh menurutnya memiliki daya magis dan membuat hidup Sukma semakin bersemangat.

“Seni budaya Bali khususnya musik Bali itu bagi Ibu adalah sebetulnya terapi jiwa ya. Salah satu terapi jiwa. Di waktu itu sudah punya jiwa yang rusak. Karena kesedihan dan derita yang mendalam ketika Bung Karno wafat. Kehilangan beliau sedih sekali. Seolah-olah putus asa begitu.”

Hingga pada tahun 1974, ia naik daun dan menjadi primadona. Sukmawati pentas di Eropa dengan memainkan peran sebagai Calon Arang garapan Sardono W Kusumo.

“Jadi banyak sekali kejadian-kejadian niskala, gaib, magis yang masuk ke dalam jiwa raga Ibu Sukmawati ini. Ya kemudian setelah itu berjalan pribadilah, berkeluarga, terus punya anak. Tapi artinya, bahwa Ibu tidak pernah dan tidak bisa melupakan semangat hidup Ibu itu dari Bali. Selain dari leluhur, tapi juga dari seni budaya Bali,” terang Sukma.

Sukmawati mengaku dalam kondisi sudah tidak terikat dengan kemauan mendiang orangtua dan suaminya. Ia merasa harus memenuhi panggilan jiwa. Yakni berketetapan hati kembali ke agama leluhurnya

4. Mengaku dapat restu dari keluarga besarnya, Sukmawati memberitahu Megawati dengan bersurat

Kisah Perjalanan Spiritual Sukmawati Sukarnoputri Memeluk Agama HinduSerangkaian prosesi Upacara Sudhi Wadani (pindah Agama Hindu) Sukmawati Sukarnoputri. (Dok. IDN Times/Istimewa)

Niat kepindahannya ke agama leluhur (Hindu) pertama kali disampaikannya kepada Arya Wedakarna. Lalu Sukmawati berkabar kepada saudara lainnya seperti Guntur Soekarnoputra, Guruh Soekarnoputra, ketiga anaknya, dan Megawati Soekarnoputri.

“Yang terakhir Bu Mega. Karena Bu Mega ini agak sulit ditemui ya. Menutup diri karena parnolah sama COVID ini. Terus saya bertulis surat. Ya, saya bilang 'Saya permisi, saya mau memberitahu bahwa saya mau pindah agama. Kembali ke agamanya Eyang Putri.' Gitu. 'Ya silakan aja.' Semua jawabannya begitu. Jadi nggak ada penolakan,” ungkap Sukma.

Ia juga melihat ayahnya, Bung Karno, merupakan sosok pancasilais yang berprinsip bahwa Warga Negara Indonesia (WNI) harus tahu budaya asli daerah. Begitu pun dalam soal beragama di Indonesia yang beragam, sehingga harus bertoleransi satu sama lain.

Meskipun telah memeluk Agama Hindu, Sukma belum berencana untuk menetap di Bali. Namun lebih sering ke Jakarta―Bali. Sedangkan untuk keperluan administrasi, seperti kepengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), masih berproses.

Baca Juga: Doa Pengampun Dosa Menurut Hindu Bali

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya