Street Crime Tidak Berdampak Signifikan Terhadap Citra Pariwisata Bali

Jadi semua harus bertanggung jawab menjaga Bali

Denpasar, IDN Times – Kasus kejahatan jalanan atau street crime yang terjadi di Bali, khususnya di wilayah jantung pariwisata seperti Kuta, memang kerap terjadi. Sebab kejadian ini bersentuhan langsung dengan pariwisata. Lantaran pelakunya kebanyakan menyasar wisatawan asing yang tengah berlibur ke Bali.

Lalu bagaimana dampak kejadian kejahatan jalanan semacam ini terhadap pariwisata Bali, terlebih menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru)?

1. Polda Bali menangkap 52 orang tersangka kejahatan street crime selama Operasi Pekat Agung II

Street Crime Tidak Berdampak Signifikan Terhadap Citra Pariwisata Balinypost.com

Wakil Operasi Pekat Agung II 2019 Kepolisian Daerah (Polda) Bali, AKBP Suratno, beberapa hari lalu menyampaikan bahwa street crime ini meliputi 3C, yakni curat (Pencurian dengan pemberatan), curas (Pencurian dengan kekerasan) dan curanmor (Pencurian kendaraa bermotor).

Dalam operasi yang berlangsung selama Operasi Pekat Agung II Tahun 2019 yang berlangsung mulai 23 November hingga 8 Desember 2019, sebanyak 52 orang jadi tersangka kasus street crime. Pengungkapan street crime ini tercatat 17 kasus curat dengan 27 tersangka, 13 kasus curas dengan 16 tersangka dan sembilan kasus curanmor dengan sembilan tersangka.

“Di sisi kami tentunya Direktorat Kriminal Umum dan Narkoba tetap meningkatkan upaya pengungkapan kasus, itu yang pertama. Dan ini berhasil kami jawab dengan pengungkapan kasus. Kemudian kedua dari sisi preemtif dan preventif Kepolisian Daerah dibantu Satuan Tugas Wilayah tetap melakukan upaya patroli. Kejadian ini kan sudah kami petakan di mana saja. Kami masih pelajari,” terangnya.

Kasus street crime ini dikatakan tidak terlalu besar jumlahnya. Namun karena meresahkan dan dilihat orang serta gampang viral, hal inilah yang menyebabkan seolah-olah mendominasi kejahatan di wilayah Bali.

“Padahal tidak. Data dari kamim street crime itu ya 3C itulah. Surat, curas curanmor itu. Tidak terlalu tinggi dibandingkan kasus-kasus yang lain,” ungkapnya.

2. Ketua BPPD Provinsi Bali menyampaikan, street crime berpengaruh kepada citra pariwisata Bali

Street Crime Tidak Berdampak Signifikan Terhadap Citra Pariwisata BaliKetua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Bali dan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), IGA Rai Suryawijaya. (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi Bali, IGA Rai Suryawijaya, mengungkapkan semua negara tidak akan bisa mencapai zero crime. Hanya karena kejadian street crime ini sering diekspos, maka seolah-olah menjadi banyak.

“Tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pariwisata. Karena mereka sadar di mana-mana ada kriminalitas. Contoh ya di beberapa negara baik di Eropa seperti Paris juga banyak copet. Di Barcelona, Spanyol di beberapa negara. Itu memang,” terangnya, Jumat (13/12).

Namun pihaknya kembali menyampaikan, bahwa dengan banyaknya kejadian street crime yang menyasar warga negara asing, sudah membuat image pariwisata Bali menjadi tidak baik.

“Itu merusak citra dari pada destinasi kita. Itu lho persoalannya. Makanya kita harus evaluasi setiap tahunnya. Memang menurunkan image pariwisata kita, tapi tidak signifikan karena kejahatan itu ada kesempatan dan ada niat,” katanya.

3. Bedanya penanganan kasus street crime Bali dengan destinasi wisata lainnya di dunia

Street Crime Tidak Berdampak Signifikan Terhadap Citra Pariwisata BaliIDN Times/Sukma Sakti

Dari pengalamannya berkunjung ke beberapa negara, Suryawijaya menjelaskan banyak orang Indonesia yang juga menjadi korban street crime di negara lain. Namun media setempat sepertinya kompak untuk tidak mengeksposenya. Kondisi in diakui berbeda dengan Bali.

“Saya pengalaman ke Paris. Ketika banyak orang Indonesia yang kecopetan juga, bisa dicek di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) kita. Anda adalah orang yang kesekian puluh kalinya melapor hari ini yang kecopetan, bisa sampai terjadi begitu. Bayangkan bagaimana artinya kan,” terangnya.

“Gitu kan banyak sekali. Tapi karena tidak diekspos oleh media yang sana. Tapi kalau di sini kan kalau ada bad news jadi good news ya. Apalagi yang melihat itu media asing seolah-olah menghantam Bali gitu. Sehingga menurun citra destinasi Bali. Tadinya nomor satu di 25 Top Tourism Destination In The World. Jadi sekarang menjadi nomor empat. Sudah dikalahkan oleh London, Paris, Barcelons,” lanjutnya.

Pihaknya berpesan, bahwa seluruh lapisan masyarakat harus menjaga citra pariwisata Bali. “Itulah pentingnya PR (Publik Relations) kita dan media kita itu lho. Media ini sangat berperan keras. Media ini sangat penting. Peran penting untuk memberikan citra positif,” tegasnya.

4. Kejahatan jalanan lama-lama bisa membuat kapok para wisatawan

Street Crime Tidak Berdampak Signifikan Terhadap Citra Pariwisata BaliIDN Times/Ayu Afria

Sementara itu General Manager Asian Division Agen Travel Bidadari Tour, Hendra Surya, kepada IDN Times menyampaikan tidak ada perubahan terkait street crime. Maka dapat ditebak, bahwa wisatawan pun bakal kapok berlibur ke Bali.

“Aduh tamuku ada beberapa orang yang kena. Mereka hanya bisa lapor polisi saja. Sampai sekarang tiap kali lewat daerah tersebut gak ada perubahan. Gak ada yang jaga atau apapun itu. Kejadian yang tiga kali, tiga orang. Di Legian dan Jalan Dewi Sri gak terlihat mukanya, yang jelas bukan orang Indonesia (Pelaku street crime). Mukanya ke arah middle east, muka Arab. Kayaknya gak ada perubahan tuh, lama-lama kayaknya mereka kan takut,” terangnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya