Satpol PP Mendata Ada 11 Ribu Warga NTT di Bali Sejak 2019

Akhir-akhir ini lagi ramai bentrok di Bali

Denpasar, IDN Times – Kegiatan pendataan warga Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja di Bali dan tinggal di bedeng proyek semakin digencarkan oleh Paguyuban Flobamora. Hal ini terungkap dalam pertemuan yang dilakukan di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Bali, Selasa (19/4/2024).

Kasatpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai Dharmadi, mengatakan hal ini berkaitan dengan upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, yang akhir-akhir ini banyak ternodai oleh aksi orang tak bertanggung jawab.

"Kami tidak inginkan apa yang dilakukan ketidaksesuaian sikap mereka di Bali ini. Jangan sampai menimbulkan efek kesan Bali itu tidak ramah. Bali itu tidak tertib sebagai daerah pariwisata," jelasnya, pada Rabu (20/3/2024).

1. Terdata sebanyak 11.000 warga NTT di Bali

Satpol PP Mendata Ada 11 Ribu Warga NTT di Bali Sejak 2019Pembinaan warga NTT di Bali (Dok.IDN Times/istimewa)

Dharmadi mengungkapkan, dari hasil pertemuan yang dilakukan kemarin diketahui sebanyak 11 ribu warga ber-KTP NTT bekerja dan tinggal di Bali. Data ini dikumpulkan oleh Paguyuban Flobamora sejak 2019 lalu.

"Sudah dari tahun 2019 itu sudah mendata mereka memamg," ucapnya.

2. Pelanggar ketertiban di luar database

Satpol PP Mendata Ada 11 Ribu Warga NTT di Bali Sejak 2019Pihak yang terlibat dalam keributan tahun baru di wilayah hukum Polsek Denpasar Barat (Dok.IDN Times/Polsek Denbar)

Tindakan melanggar kamtibmas ini terekam dan viral banyak dilakukan oleh orang-orang dari NTT. Dharmadi menyebutkan, mereka yang melakukan pelanggaran itu tidak mendatakan diri ke paguyuban, dan menjadi pelaku yang melakukan gangguan ketertiban.

"Kebetulan saja apa yang terjadi itu viral, khususnya di Denpasar dan Badung. Mereka di luar database yang 11 ribu itu," terangnya.

3. NTT tidak identik Sumba, kejahatan bisa di mana-mana

Satpol PP Mendata Ada 11 Ribu Warga NTT di Bali Sejak 2019Lokasi keributan kelompok dari NTT di wilayah hukum Polsek Denpasar Timur (Dok.IDN Times/Polresta Denpasar)

Arnoldus adalah warga NTT yang telah tinggal 20 tahun di Bali. Ia merasa geram melihat orang-orang yang mencoreng nama NTT. Ia mengatakan, NTT itu tidak identik dengan Sumba, meskipun orang-orang yang menimbulkan keresahan di Bali sejauh ini didominasi dari Sumba.

Banyak para sesepuh NTT yang turun langsung ke bedeng-bedeng tempat orang Sumba bekerja, dan meminta mereka agar hidup baik-baik di Bali. Pihaknya juga berpesan bahwa kejahatan itu ada di mana-mana, dan bisa dilakukan oleh siapa saja.

"Kami bertanggung jawab terhadap paguyuban kami masing-masing. Di kecamatan saya juga saya sampaikan bahwa kami bukan sama seperti satu suku dari Sumba itu, yang bikin orang NTT semua tercoreng, image jelek," jelasnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya