Ratusan Orang Berkonsultasi Soal Bunuh Diri di Bali, Didominasi Remaja

Ingat untuk saling support satu sama lain ya

Denpasar, IDN Times - Bulan April 2021 lalu, Bali Bersama Bisa telah meluncurkan program Love Inside Suicide Awareness disingkat LISA Helpline. Sebuah program yang didedikasikan untuk menghentikan keinginan seseorang bunuh diri.

Sejak mulai dioperasionalkan pada 6 April 2021, layanan pencegahan bunuh diri dan kesehatan mental pertama di Bali ini banyak dimanfaatkan oleh kalangan anak muda usia 20 tahunan. Mengapa hal itu bisa terjadi? Berikut ulasannya. 

1. Service users 33 persennya berasal dari Bali

Ratusan Orang Berkonsultasi Soal Bunuh Diri di Bali, Didominasi Remajailustrasi depresi (pexels.com/pixabay)

Dari data LISA per 6 April hingga 16 Juni 2021 yang diterima IDN Times, menunjukkan bahwa LISA mencatat 100 orang service users yang menghubungi LISA. Sebanyak 15 orang di antaranya yang melakukan konseling dengan profesional maupun support buddy LISA.

Service users ini 33 persennya berasal dari Bali. Dan sisanya dari luar Bali seperti Aceh, Jakarta, Bandung, Surabaya, Manado, Yogyakarta dan wilayah lainnya di Pulau Jawa.

2. Sebagian besar berusia sekitar 20 tahun

Ratusan Orang Berkonsultasi Soal Bunuh Diri di Bali, Didominasi RemajaIlustrasi depresi (IDN Times/Rochmanudin)

Tercatat service users tersebut berada dalam rentang usia 14 tahun sampai 47 tahun. Paling banyak adalah yang usianya 20-an tahun. Dari para service users itu, diketahui 47 persennya memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup.

Lalu apa penyebabnya? Dari hasil rekapan LISA, kasus umum yang menyebabkan service users berkeinginan untuk bunuh diri adalah masalah dengan pasangan seperti putus dengan pacar, kekerasan, masalah rumah tangga, kesulitan finansial (utang), dan bullying. Selain itu juga karena memiliki riwayat gangguan mental seperti depresi dan bipolar disorder.

3. Terkait dengan korban bullying, pola asuh, hingga kekerasan

Ratusan Orang Berkonsultasi Soal Bunuh Diri di Bali, Didominasi RemajaPixabay

Menurut Psikiater di Klinik Utama Sudirman Medical Center (SMC) Denpasar, dokter kesehatan jiwa dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, jumlah service users yang memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa ini berfluktuatif. Angka 100 tersebut tidaklah semuanya, karena masih ada service users yang menggunakan layanan bahasa Inggris.

"Kalau dari angka ide bunuh diri, dari penelitiannya, angka bunuh diri ini tingginya di angka 20-an tahun, 30-an tahun, sama lansia. Kalau percobaan bunuh diri ini paling banyak diangka 20 tahun sampai 30-an tahun ya" ungkapnya, Jumat (25/6/2021).

Ia mengatakan ada ide bunuh diri yang masuk dalam kategori non suicidal self injury. Mereka menyakiti diri tanpa bunuh diri yang terjadi pada gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder. Gangguan ini terjadi pada usia muda, kaitannya dengan korban bullying, pola asuh, broken home, kecanduan gadget, hingga kekerasan.

Ditekankan pula bahwa data tersebut belum mewakili keseluruhan orang yang berkeinginan untuk bunuh diri. Pengakses LISA saat ini cenderung kalangan muda. 

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya