Puluhan Guru Muda Belajar Tari Legong dan Joged dari Maestro Prof Dibia

Bagian penting dari seni pertunjukan di Bali

Gianyar, IDN Times – Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar ajang Belajar Bersama Maestro (BBM), dengan melibatkan sejumlah guru dari berbagai daerah di Bali.

Para peserta mendalami dua jenis tarian, di antaranya Tari Legong dan Joged, yang dilatih langsung oleh Maestro Tari Bali, Prof Wayan Dibia.

Baca Juga: Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di Ubud

1. Menggembleng para pegiat seni budaya dari berbagai daerah di Bali

Puluhan Guru Muda Belajar Tari Legong dan Joged dari Maestro Prof Dibiaaestro Tari Bali, Prof. Wayan Dibia. (Dok.IDN Times/istimewa)

Kegiatan yang diselenggarakan di Geoks Art Space, Jalan Raya Singapadu Nomor 87, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, mulai Jumat (2/9/2022) hingga Kamis (8/9/2022), itu diikuti oleh 26 peserta.

Kegiatan ini sebagai lanjutan dari kegiatan sebelumnya, yakni pada 29 Agustus 2022 lalu, untuk menggembleng para pegiat seni budaya dari berbagai daerah di Bali, belajar Tari Legong dan Joged.

Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek, Judi Wahjudin, mengungkapkan bahwa kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi Bali dengan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) Tari Legong dan Joged bersama maestro tari. Harapannya, dapat melestarikan kedua tarian tradisional dari Pulau Dewata tersebut.

2. Pegiat seni budaya muda harus belajar dari maestronya

Puluhan Guru Muda Belajar Tari Legong dan Joged dari Maestro Prof Dibianarwastu.org

Judi Wahjudin menambahkan bahwa kegiatan tersebut merupakan program pembelajaran bagi sejumlah pegiat seni budaya muda untuk belajar dan bertukar pengetahuan dengan tokoh seni budaya (maestro) yang memiliki pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang mendalam.

“Program ini diharapkan menjadi simpul utama dalam penyebaran, pertukaran nilai dan pengetahuan serta ajang pembelajaran bagi sumber daya manusia kebudayaan. Sehingga kelak mereka akan menjadi pelopor dalam upaya pemajuan kebudayaan,” ungkapnya.

Menurut Prof Dibia, perlu revitalisasi terhadap kedua tarian tersebut yang melibatkan para pengajar sehingga nantinya para pengajar tersebut bisa menurunkan kepada muridnya terkait hakikat dari kedua tarian tersebut.

“Upaya revitalisasi terhadap kedua tarian ini sangat perlu dilakukan, dengan melibatkan para guru tari Bali, agar mereka lebih memahami isi dan posisi kedua tarian ini,” kata Prof Dibia.

3. Tari Legong dan Joged mengalami perkembangan berbeda

Puluhan Guru Muda Belajar Tari Legong dan Joged dari Maestro Prof Dibiailustrasi joged bumbung di GWK Cultural Park (instagram.com/gwkbali)

Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bali, I Made Dharma Suteja, mengungkapkan peserta BBM merupakan para guru sanggar dan sekolah dari berbagai daerah di Provinsi Bali. Para peserta di antaranya dari SMKN 3 Sukawati, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Sanggar Tari Puja Saraswati Klungkung, Sanggar Seni Kebo Iwa Badung, dan lainnya.

Mengapa dipilih kedua tarian tersebut? Menurutnya Tari legong dan Joged adalah dua tarian yang menjadi bagian penting dari seni pertunjukan di Bali. Seiring berkembangnya zaman, kedua tarian yang tersebut menunjukkan arah perkembangan yang berbeda. 

Tari legong dikenal sebagai sebuah kesenian klasik. Tarian yang gerakannya luwes dan dinamis serta diikat oleh musik iringan. Tarian ini diiringi oleh gamelan palegongan yang melankolis dan dinamis disertai dengan narasi vokal (tandak). Para penari Legong umumnya menggunakan busana gelungan pepusungan dan pepudakan serta membawa kipas.

Sementara Tari Joged menjadi seni hiburan rakyat dan ajang pergaulan yang justru sering kali ditampilkan bernuansa erotis, bebas, hingga vulgar. Kecuali Joged Pingitan yang diikuti musik iringan, mulai dari gamelan granting, rindik, hingga gamelan jegog.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya