Perjuangan Orangtua Obati Angreini, Bocah Pengidap Kelainan di Kepala

Semoga berjalan lancar ya operasinya. Doa selalu menyertaimu

Denpasar, IDN Times – Seorang anak perempuan dari pasangan pasutri Gede Parma (38) dan Cening Aproni (34), asal Banjar Pancar Dawa Desa Pendem Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, yang bernama Ni Made Dwi Angreini (1,5) didiagnosa Crouzon Syndrome.

Yaitu kelainan genetik, ditandai dengan penutupan tulang-tulang kepala yang terlalu dini dan cepat menutup sebelum umurnya, sehingga mengakibatkan bentuk wajah tulang-tulang kepala menjadi seperti runcing.

Ia menjadi pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah sejak Kamis (9/1) lalu, karena kondisi kepala semakin membesar, tidak teratur bentuknya dan dengan kondisi mata yang menonjol, serta adanya hydrocephalus.

“Pada saat dia datang langsung ditangani oleh bedah saraf dan diopnamekan. Kemudian dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala pada Jumat (10/1). Dan hasilnya ada dari situ ada ada gangguan penutupan pada tulang kepala. Bentuk tulang kepala tidak teratur dan ada cairan juga di dalam otaknya,” terang Direktur Medik dan Keperawatan RSUP, I Ketut Sudartana, Rabu (15/1).

Bagaimana penanganan Angreini selama di RSUP Sanglah? Berikut ini ulasannya:

1. Angreini dirawat di Ruang Angsoka III. Selain didiagnosa crouzon syndrome, ada gejala lain yang menyertai

Perjuangan Orangtua Obati Angreini, Bocah Pengidap Kelainan di KepalaIDN Times/ Ayu Afria

Menurut Sudartana, gejala yang menyertai tersebut di antaranya gangguan mata, gangguan pendengaran, gangguan hidung dan gangguan gigi. Kejadian ini disebut 16 berbanding 1000 kejadian.

“Penyebabnya kelainan genetik mutasi daripada gen FGFR2. Di mana gen ini mengalami mutasi dia merangsang sel-sel fibroblas untuk tumbuh lebih agresif. Sehingga merangsang tulang-tulang kepala dia menutup lebih cepat,” jelasnya.

Saat ini pasien dirawat di Ruang Angsoka III dan ditangani oleh tim medis dari satu tim bedah saraf, 2 tim bedah plastik, 2 tim bedah mulut, kemudian mata, THT (Telinga Hidung Tenggorokan) dan anestesi.

2. Pasien akan dioperasi Tahap I hari Selasa (21/1) mendatang, dengan melibatkan tim bedah syaraf dan bedah plastik

Perjuangan Orangtua Obati Angreini, Bocah Pengidap Kelainan di Kepalaofx.com

Operasi Tahap I akan dilakukan pada hari Selasa (21/1), yaitu  pengambilan tindakan bedah syaraf dengan craniotomy (pemotongan tulang), dan bedah plastik dengan melakukan rekontruksi ulang, termasuk tulang Maxila-nya.

“Dibentuk sehingga menjadi lebih bagus bentuknya ya. Jadi karena orang cantik, orang perempuan saya minta tolong dibikin seperti Luna Maya. Saya bilang gitu kan, kan bisa, kan rekontruksi. Itu yang akan kami lakukan,” terangnya.

3. Tim bedah syaraf akan melakukan VP shunt di dalam otak pasien, terkait kasus hydrocephalus-nya

Perjuangan Orangtua Obati Angreini, Bocah Pengidap Kelainan di KepalaFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Selain itu tim bedah syaraf juga akan melakukan VP shunt (ventriculoperitoneal shunt) karena ia mengalami hydrocephalus dan ada cairan di dalam otaknya, untuk kemudian dialirkan ke dalam perut.

“Jadi menghubungkan ventrikel otak dengan rongga perut. Sehingga cairan otak berlebihan itu dibuang ke dalam rongga perut,” jelasnya.

4. Operasi tahap II akan dijadwalkan enam bulan kemudian

Perjuangan Orangtua Obati Angreini, Bocah Pengidap Kelainan di KepalaUnsplash/Luis Melendez

Tahap kedua operasi akan dilakukan enam bulan kemudian, dengan melibatkan tim bedah mulut untuk melakukan rekontruksi atau memperbaiki giginya. Juga akan dilakukan pemeriksaan audiometri terkait fungsi pendengarannya.

“Sedangkan mata yang menonjol itu sementara tidak ada tindakan. Hanya memberikan obat symtomatis. Ada radang di matanya akan diberikan obat salep untuk mencegah adanya peradangan pada mata itu sendiri,” jelasnya.

Pada fase ini pasien akan dirawat d PICU (Pediatric Intensive Care Unit), dan seluruh biayanya ditanggung oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) KIS-PBI (Kartu Indonesia Sehat-Penerima Bantuan Iuran). Karena orangtua pasien termasuk keluarga tidak mampu yang bekerja sebagai buruh.

5. Penanganan kasus pasien ini terbilang terlambat. Namun pasien disebut memiliki intelegensi bagus

Perjuangan Orangtua Obati Angreini, Bocah Pengidap Kelainan di Kepalaherramientaprl.org

Sudartana mengakui, bahwa penanganan pasien ini terbilang terlambat. Seharusnya penanganan ini dilakukan sejak pasien berusia enam bulan. Keterlambatan ini diduga karena orangtua pasien tidak mengerti, dan saat berobat ke dokter hanya dikira hydrocephalus saja.

“Secara umum pasien ini intelegensinya bagus dia. Kan saya bilang tadi kan dia hanya gangguan pada anatomi. Intelegensinya bagus buktinya apa? Kemarin saya ke sana ngobrol, salaman dia. Dia ngerti itu,” kata Sudartana.

Semoga cepat sembuh ya Angreini. Doa para pembaca selalu menyertaimu

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya