Pejudi di Denpasar Sarankan Pemerintah Tak Berikan Bantuan

Apa yang bisa membuat mereka berhenti ya?

Denpasar, IDN Times – Judi online saat ini menjadi topik hangat perbincangan di berbagai kalangan. Apalagi munculnya rencana Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, untuk memberikan bantuan sosial bagi keluarga "yang tidak ikut berjudi" tapi menjadi miskin akibat judi online.

Beberapa pejudi di Kota Denpasar justru tidak mendukung rencana tersebut karena berbagai alasan. Mereka malah meminta agar pemerintah dan aparat menegakkan hukum dalam memberantas bandar-bandar judi. Karena cara tersebut dianggap lebih efektif ketimbang bantuan sosial.

1. PV mengenal judi dari WhatsApp, terlibat pinjaman online hingga Rp94 juta

Pejudi di Denpasar Sarankan Pemerintah Tak Berikan BantuanJudi online yang mudah diakses melalui smartphone.

PV merupakan laki-laki pekerja swasta di Denpasar. Ia sudah bertahun-tahun ketagihan judi hingga terlibat pinjaman online mencapai Rp94 juta. Kebiasaan ini berawal dari pesan WhatsApp yang mengiklankan judi. Pesan tersebut PV terima berkali-kali hingga ia tergiur untuk mencobanya. Ia pertama kali melakukan deposit sebesar Rp100 ribu hingga Rp200 ribu hampir setiap hari. Kebiasaan terus melakukan kebiasaan ini tanpa sepengetahuan istrinya.

“Slot itu di WA banyak, setiap ada duit saya deposit. Sampai terlilit pinjaman online Rp94 juta. Itu neraka, judi dan pinjol. Tapi bagaimana? saya kesulitan berhenti. Ada caranyakah?” ungkapnya sambil mewanti-wanti agar namanya disamarkan.

2. Pejudi tak setuju pemerintah memberikan bantuan. Ia meminta untuk menangkap bandar supaya masyarakat berhenti

Pejudi di Denpasar Sarankan Pemerintah Tak Berikan Bantuanilustrasi kalah judi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

PV yang telah bertahun-tahun berjudi sangat tidak setuju dengan rencana Muhadjir Effendy. Yakni berencana memberikan bansos untuk keluarga yang tidak ikut berjudi tapi menjadi miskin akibat judi online. PV berasalan, jika bantuan tersebut digelontorkan, pemerintah tetap tidak akan membuat pejudi tersebut berhenti. Mereka akan cenderung menggunakannya untuk deposit dan tambah berjudi lagi.

“Saya mau berhenti tapi bingung caranya. Sejujurnya saya sudah pernah mengirim pesan ke Polri dan Kominfo agar mengusut bandar judi ini. Saya punya banyak bukti dan kontaknya. Seratysan lebih di hape saya sampai saya blokir. Tapi tidak ada respon,” keluhnya.

PV meyakini jika pemerintah atau aparat terkait benar-benar memberantas bandar judi, maka pejudi lainnya akan terbantu untuk berhenti, termasuk dirinya.

“Gak usah dah keluarga kami diberi bantuan. Tangkap saja bandarnya, dan kembalikan uang deposit kami. Saya janji akan berhenti,” ungkapnya.

3. NF ketagihan menang, sudah sering menang berkali-kali

Pejudi di Denpasar Sarankan Pemerintah Tak Berikan BantuanUnsplash.com/Michał Parzuchowski

Sementara itu laki-laki yang juga pekerja swasta di Denpasar berinisial NF mengaku mengenal judi online pada 2020. Ia mengetahui ini dari temannya dan melakukan deposit mulai Rp300-Rp500 ribu untuk sekali berjudi. Dalam seminggu, ia mengaku berjudi hingga 3 kali.

“Awal-awal kan kalah. Lalu dikasih menang Rp4 juta. Akhirnya keterusan. Kemarin menang lagi Rp6 juta, lumayan. Kalau habis kalah, kurangin depositnya dulu. Kecilin (depositnya) palingan Rp200 ribu,” jelasnya.

Ia terlibat judi pragmatic ini karena beberapa alasan, satu di antaranya tidak ada pekerjaan yang ia lakukan saat itu. Namun kini, ia mengaku sudah mengurangi berjudi. Menanggapi rencana Muhadjir, NF malah mempertanyakan tujuan yang ingin dicapai pemerintah dari program tersebut. Pasalnya, ia sendiri sebagai kepala keluarga tidak menampik pasti akan menggunakan bantuan tersebut sebagai modal judi kembali.

“Gak setuju. Nantinya bantuan itu pasti akan digunakan untuk main lagi, sehingga tidak membuat efek jera bagi mereka. Yang penting itu judi online harus dilenyapkan,” terangnya.

4. YY mengenal judi dari pertemanan, bukan online tapi pakai uang asing

Pejudi di Denpasar Sarankan Pemerintah Tak Berikan BantuanPixabay.com/Barta4

Sementara itu, seorang perempuan yang tinggal di Kabupaten Badung berinisial YY mengaku mengenal judi dari temannya. Awalnya ia tidak tahu bagaimana cara bermain judi, hingga akhirnya temannya bersedia mengajarinya. Sekitar empat orang saat itu melakukan deposit dengan menggunakan berbagai macam mata uang asing.

“Sempat beberapa kali kalah, tapi pas depositnya uang gede (besar), saya menang. Uangnya masih saya simpan sampai saat ini,” terangnya.

YY mengaku hanya ingin mendapatkan pengalaman bermain judi. Tidak ada niat melakukannya lagi, karena merasa tidak ada manfaatnya sekalipun menang banyak. Tapi tidak dipungkiri bermain judi ini membuat persahabatan mereka malah semakin erat.

“Senang sih senang, tapi itu kan dilarang agama juga. Jadi saya dosa juga, uangnya juga gak jadi apa,” ungkapnya.

Senada, YY juga tidak setuju rencananya pemerintah memberikan bantuan tersebut. Pasalnya, berjudi merupakan pilihan, dan dilakukan secara sadar. Mereka tahu risikonya, namun kesulitan berhenti. Jadi, bantuan sosial tersebut tidak akan benar-benar membuat mereka berhenti. Mereka merasa terbantu karena dampak permasalahan judi yang ditanggung keluarganya, dibantu oleh pemerintah. Ini tentu membuat pejudi semakin getol untuk bertaruh.

“Seperti rencananya konyol. Judi itu kan pilihan. Pilihan yang lebih banyak kerugiannya, sehingga seperti penyakit. Satu-satunya ya bandarnya yang diberantas,” terangnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya