Nasib Jukung Tradisional Jembrana Dititipkan Pada Nelayan 

Semoga warisan ini tidak hilang begitu saja ya

Jembrana, IDN Times - Kabupaten Jembrana tengah berusaha membangkitkan potensi pariwisata internasional di wilayahnya. Upaya mengembangkan pariwisata ini diawali dengan launching Pokdarwis Green Land di Sungai Soan, Desa Budeng, Kabupaten Jembrana. 

Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, saat membuka peluncuran Pokdarwis Green Land,  pada Selasa (16/8/2022) pagi, mengatakan kegiatan yang diselenggarakan di Taman Wisata Mangrove Village ini sebagai upaya menuju Jembrana Emas 2026.

Baca Juga: Alasan Wajah Tersangka WNA Ditutup Sebo Menurut Ahli Hukum

1. Optimalkan potensi kawasan mangrove

Nasib Jukung Tradisional Jembrana Dititipkan Pada Nelayan Kawasan Mangrove di Desa Budeng, Kecamatan Jembrana. (IDN Times/Ayu Afria)

Nengah Tamba mengungkapkan untuk menuju Jembrana Emas 2026 mendatang, berbagai upaya untuk membangkitkan potensi pariwisata dilakukan, termasuk Taman Wisata Mangrove Village. Ia ingin agar ke depannya Jembrana bisa dikenal di bidang destinasi dan atraksi pariwisata yang baru.

"Seluruh masyarakat yang ada di bantaran sungai ini dan 9 sungai yang bersatu dengan Sungai Perancak ini, yang kita banggakan adalah Tibukleneng. Mari kita jaga. Berhenti atau setop membuang sampah di sungai. Kita harus lestarikan bersama-sama. Kita harus sadar ini aset Kabupaten Jembrana yang sangat mahal," jelasnya.

Wisata air di Kabupaten Jembrana ini juga ada di Bendungan Benel, wilayah Mangrove di Gilimanuk, dan Karangsewu.

Baca Juga: 150 Nelayan Jembrana Ikut Kompetisi Stand Up Paddle di Perancak 

2. Berharap jukung tradisional warisan leluhur ini bisa tetap bertahan

Nasib Jukung Tradisional Jembrana Dititipkan Pada Nelayan Kompetisi jukung tradisional di Kabupaten Jembrana. (IDN Times/Ayu Afria)

Nengah Tamba berharap jukung tradisional warisan leluhur ini bisa tetap bertahan. Kelestarian ini ia titipkan pada para nelayan yang tergabung dalam asosiasi nelayan tradisional. Walaupun secara pendapatan belum bisa maksimal, namun ia berharap tetap bisa dijaga. 

"Ini merupakan warisan leluhur kita yang perlu tetap kita lestarikan. Mudah-mudahan ini sepanjang masa ada," terangnya.

Tamba meminta nelayan mulai mengurangi kegiatan mencari ikan menggunakan jukung tradisional karena tidak mendukung untuk keselamatan di laut. Selain biaya tinggi, risiko yang dihadapi para nelayan dengan jukung tradisional juga tinggi.

"Mereka itu saya arahkan mulai sistem keramba. Budidaya jauh lebih besar manfaatnya dari pada terjun ke laut lepas dengan alat tangkap yang tradisional itu," jelasnya.

Tahun depan ia harapkan di Taman Wisata Mangrove Village ini nantinya dapat menjadi tujuan wisata internasional.

Nasib Jukung Tradisional Jembrana Dititipkan Pada Nelayan Kompetisi jukung tradisional di Kabupaten Jembrana. (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara itu, hari ini juga telah digelar lomba jukung tradisional yang diikuti oleh nelayan tradisional setempat. Mereka mendapat dana dukungan masing-masing Rp100 ribu untuk jarak tempuh mengelilingi Mangrove sejauh lebih kurang 10 kilometer dalam waktu 1 jam.

Titik awal lintasan ini dimulai dari Green Land Desa Budeng dan berakhir di Desa Sangkaragung. Melalui event ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat nelayan dan menjaga eksistensi sampan tradisional.

3. Diawali dengan selesainya pembangunan tol Probolinggo-Banyuwangi

Nasib Jukung Tradisional Jembrana Dititipkan Pada Nelayan Launching green land di Desa Budeng, Kabupaten Jembrana. (IDN Times/Ayu Afria)

Lalu apa indikator Jembrana Emas 2026 nanti? Menurut Tamba adalah ketika nantinya jalan tol Probolinggo-Banyuwangi terbangun dan mulai ada dukungan infrastruktur lainnya. Hal itu menurutnya akan mempermudah penyeberangan wisatawan domestik dari Jawa menuju Bali sehingga untuk makan dan istirahat disiapkan di Kabupaten Jembrana.

"Caranya kita, ya pasti kita promosi dong. Menyediakan fasilitas yang memadai. Apa menjadi kebutuhan wisatawan itu?" jelasnya.

Pembangunan jalan tol nantinya ia ungkapkan sebagai pintu masuk awal Jembrana Emas 2026. Setelah itu akan terjadi investasi yang menyerap tenaga kerja, khususnya kebutuhan makan dan minum. Ia mengaku telah melakukan sejumlah pelatihan kepada petani-petani dan sumber daya lainnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya