Meresapi Sukma Painting di Ubud, Ada Imaji Kanda Pat 

Mengakar pada spiritualitas Hindu Bali

Denpasar, IDN Times – Sudah 17 tahun pelukis kelahiran Magelang, 16 Juli 1955, bernama Sukma Susiawan tinggal di Bali. Tepatnya pada tahun 2007, ia pindah dari Kanada ke Bali bersama istrinya, Susan Allen. Kepindahannya ke Pulau Seribu Pura ini juga memperkaya pandangannya tentang seni rupa.

Ia awalnya berkesenian modern berdasarkan formal art, yakni semuanya dianalisa dengan rasio dan kekuatan logika. Selain itu, seni rupa juga seringkali hanya mengacu pada seniman-seniman terkenal internasional. Sejak tinggal di Bali, karyanya kini dipenuhi dengan nilai-nilai spiritualitas. Karya-karyanya akan dipamerkan pada 28 Oktober hingga 28 November 2022 di Tony Raka Gallery, Jalan Raya Mas, Ubud, Kabupaten Gianyar, bertajuk Sukma Painting.

Bagaimana awal mula sang seniman meresapi spiritualitas dalam karya-karyanya?

Baca Juga: Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di Ubud

1. Ciptaka karya didasari penggalian akar budaya spiritualisme Hindu Jawa dan Bali

Meresapi Sukma Painting di Ubud, Ada Imaji Kanda Pat Lukisan Sukma Susiawan. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Susiawan sejak kuliah pada tahun 1970-an dan 1980-an, telah menjadi pekerja sosial yang bergerak di bidang pendidikan anak berbasis seni. Selain melukis, saat ini Susiawan bersama istrinya juga mengelola sanggar seni kontemporer untuk anak dan remaja di Ubud.

Laki-laki yang besar di Solo tersebut mengakui bahwa di Jawa dan Bali memiliki pengetahuan terkait dengan sekala dan niskala. Konsep itu kemudian memengaruhi gaya seninya. Ia terus menggali spiritualitas ini dan menuangkan pada setiap lukisannya. Sebanyak 27 lukisannya tersebut akan dipamerkan dalam waktu dekat.

“Di Jawa dan Bali juga ada, sekala dan niskala. Pengetahun itu baru saya dapatkan setelah saya tua. Bahwa spiritualisme dalam seni itu kuat sekali,” ungkapnya.

Tahun 2020, Susiawan mulai mengerjakan karya-karya yang didasari penggalian akar budaya spiritualisme Hindu Jawa dan Bali. Hasilnya adalah seri lukisan dan karya grafis bertema “Imaji Kanda Pat”. Karya-karya dari seri ini mendominasi materi pameran Sukma Painting.

2. Imaji Kanda Pat diilhami Hindu Jawa dan Bali, pura di Kecamatan Denpasar Utara

Meresapi Sukma Painting di Ubud, Ada Imaji Kanda Pat Lukisan Sukma Susiawan. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Apakah Kanda Pat itu? Istilah Kanda Pat berarti empat saudara. Di mana dalam kepercayaan tradisional Bali, Kanda Pat adalah empat saudara kandung mistis yang menemani setiap orang sejak dari dalam kandungan sampai meninggal dunia. Kanda Pat juga dikenal di Jawa, tapi dengan nama lain.

Susiawan mengingat betul cerita neneknya tentang Kanda Pat ketika ia masih kecil, usia 8 tahun dan tinggal di Solo, Jawa Tengah. Susiawan sudah mendengar tentang Kanda Pat dari lingkungan keluarganya.

“Nenek saya terus cerita tentang Kanda Pat. Bahkan setiap malam saya pertanyakan, saya pertanyakan. Saya tidak bosan-bosan. Tidak tahu kenapa, kenapa sangat suka dengan cerita itu,” ungkapnya.

Di Bali, berpuluh-puluh tahun kemudian, Susiawan diperkenalkan lebih jauh dengan Kanda Pat oleh seorang temannya. Ia juga diantarkan ke sebuah pura yang dipersembahkan untuk Kanda Pat, yaitu Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sanga di Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara.

Persentuhan Kanda Pat di Bali itu terasa sangat mencerahkan baginya dan membangkitkan energi kreatifnya untuk menciptakan karya-karya yang diilhami Kanda Pat. Jalan kreatif yang bersendikan spiritualitas menjadi terbuka lebar untuknya.

“Setiap mengawali proses berkarya, saya bersujud mengucapkan terima kasih yang dalam terhadap kuasa Tuhan Yang Esa, terhadap perjuangan sang bunda, terhadap dukungan sang Kanda Pat. Terhadap semesta, sehingga saya selamat dan rahayu. Ritual meditasi visual yang sangat sederhana ini menghantarkan saya ke keheningan yang damai dalam sapuan spontan kuas yang cepat dengan warna-warna yang tersedia,” tutur Susiawan pada Selasa (25/10/2022).

3. Spiritualitas dalam lukisan ditegaskan dari warna dan garis yang dibentuk Susiawan

Meresapi Sukma Painting di Ubud, Ada Imaji Kanda Pat Pelukis Sukma Susiawan. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Kurator pameran, Arief Bagus Prasetyo, mengungkapkan bahwa wujud spiritualitas dapat dilihat pada garis dan warna yang merupakan unsur inti dari lukisan Susiawan. Bidang lukisan Susiawan berselubung serat garis dan warna yang dianyam secara intuitif mengikuti gerak jiwa. Serat garis dan warna mengalun ekspresif sekaligus ritmis dan meditatif. Menjelmakan suatu dunia yang bersahaja, tapi merebakkan aura misteri dan enigma.

Susiawan tampak banyak menyerap unsur-unsur tradisi spiritual Bali ke dalam kerja seninya yang berorientasi spiritual. Seri lukisan Imaji Kanda Pat didominasi warna merah, hitam, dan putih. Tiga warna tersebut mengingatkan pada warna gelang benang Tridatu yang bermakna religius dan biasa dikenakan di pergelangan tangan kanan pemeluk agama Hindu-Bali.

Warna tersebut melambangkan Tuhan dalam tiga manifestasinya, yaitu Dewa Brahma (merah), Dewa Wisnu (hitam), dan Dewa Siwa (putih). Gelang Tridatu juga menyimbolkan tiga fase kehidupan, yaitu lahir, hidup, dan mati.                

Meresapi Sukma Painting di Ubud, Ada Imaji Kanda Pat Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Vanny El Rahman)

Sementara itu, unsur visual yang juga tampil mencolok pada lukisan-lukisan Susiawan adalah pola-pola melingkar serupa pusaran arus. Pola-pola melingkar ini seperti mengisyaratkan tahap awal terbentuknya simbol sakral atau simbol mistis berbasis lingkaran yang biasa didapati dalam berbagai tradisi spiritual.

Garis-garis lengkung seakan menari kesurupan pada bidang lukisan. Ruang terasa menggeliat hidup oleh ayunan maupun hempasan gelombang-gelombang energi. Tarian garis juga sering membentuk formasi yang sayup-sayup menggemakan karakter aksara Bali.

Guratan garis kaligrafis pada lukisan Susiawan terlihat seperti prototipe tulisan suci atau tulisan mistis dalam tradisi spiritual Bali. Di Bali, aksara memiliki kedudukan penting di dunia spiritualisme. Penekun spiritualisme seperti pendeta, dan balian kerap memanfaatkan aksara untuk sarana penyembuhan, perlindungan, pemberdayaan, dan sebagainya. Pengguratan aksara untuk tujuan spiritual terdapat dalam praktik pembuatan jimat rajah maupun penerapan simbol suku kata mistis pada tubuh manusia.

“Seni rupa Susiawan merupakan bagian dari arus kontemporer yang mencari jalan baru ke terciptanya kehidupan lebih baik di tengah keresahan global akibat mimpi buruk kapitalisme, perang, wabah, perubahan iklim, dan sebagainya. Beririsan dengan pengalaman mistis, Lukisan Sukma menawarkan oasis penyembuhan di tengah gurun gering kehidupan kontemporer,” ungkapnya.

4. Seni rupa bernapaskan spiritual kini banyak mendapat perhatian

Meresapi Sukma Painting di Ubud, Ada Imaji Kanda Pat Pelukis Sukma Susiawan - Kurator Arief Bagus Prasetyo. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Arief Bagus mengatakan bahwa pada fajar modernisme seni di Eropa pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, spiritualitas menduduki tempat penting dalam sejarah seni rupa. Spiritualitas berada di jantung modernisme. Banyak gagasan mistis meresapi karya para perupa modernis ternama seperti Kandinsky, Malevich, Mondrian, Miro, dan Klee.

Namun seiring perjalanan modernisme, terutama setelah kedatangan pasca modernisme, spiritualitas menjadi tersingkirkan dari lembaran sejarah seni rupa.

Sebagaimana dicatat Eleanor Heartney dalam Spirituality Has Long Been Erased from Art History. Here’s Why it’s Having a Resurgence Today, era kontemporer menyaksikan kebangkitan spiritualitas dalam seni rupa. Seni rupa bernapaskan spiritual kini banyak mendapat perhatian.

“Sekurang-kurangnya dua faktor melatar belakangi kemunculan minat baru terhadap seni rupa berorientasi spiritual pada abad ke-21. Pertama, adanya kemuakan terhadap komodifikasi besar-besaran pada seni rupa hari ini. Kedua, adanya keinginan untuk mencari pemahaman alternatif tentang realitas di tengah situasi dunia yang kian sering mengguncangkan berbagai sendi kehidupan dan menimbulkan perasaan tidak aman,” jelasnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya