Antisipasi Kecelakaan di Laut, Masyarakat Harus Update Peta Hidrografi

Masih banyak terjadi permasalahan di laut Indonesia

Badung, IDN Times – Keselamatan lalu lintas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pemahaman kondisi laut saat melakukan pelayaran. Kondisi laut yang cenderung berubah juga memengaruhi alur pelayaran yang harus ditempuh. Risiko tabrakan hingga kecelakaan berpotensi besar terjadi. Begitu juga kendala lainnya yang dihadapi saat berlalu lintas di perairan tersebut.

Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal) merupakan satu-satunya Lembaga yang mengeluarkan peta hidrografi dalam penentuan alur pelayaran di Indonesia. Peta ini diperbaharui setiap minggunya untuk mendukung kelancaran berlalu lintas di perairan. Selain itu juga melakukan upaya pengangkatan kapal karam di beberapa titik yang dipastikan keberadaanya dinilai mengganggu lalu lintas pelayaran.

Baca Juga: Pulau Bali Punya Potensi Hidrografi yang Unik, Ada Cekukan Dangkal

1. TNI AL berencana mengangkat 10 unit kapal yang tenggelam untuk membantu kelancaran lalu lintas di perairan

Antisipasi Kecelakaan di Laut, Masyarakat Harus Update Peta HidrografiPencarian KMP Yunicee hari keempat di Selat Bali, Jumat (2/7/2021). (Dok.IDN Times/Tangkapan layar)

Demi mendukung kelancaran lalu lintas di wilayah kawasan laut, Pushidrosal berencana akan melakukan pengangkatan bangkai kapal tenggelam di jalur-jalur lalu lintas pelayaran di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Komandan Pushidrosal, Laksdya TNI Nurhidayat, di sela-sela pertemuan ke-14 Hydrographic Services and Standards Committee (HSSC) International Hydrographic Organisation, pada Selasa (17/5/2022).

Setidaknya disebutkan ada 10 bangkai kapal niaga di berbagai wilayah perairan Indonesia yang akan diangkat dari kedalaman sekitar 30 meter ke atas. Jumlah ini menyesuaikan sesuai hasil survei yang dilakukan. Diduga kerangka kapal tenggelam ini akan menjadi penghalang kapal-kapal lain yang lewat sehingga terjadi tabrakan di lambungnya.

“Di beberapa perairan kita itu memang banyak kapal-kapal yang tenggelam, yang memang harus kami angkat. Itu juga punya proyek. Kami sampaikan ke Kementerian Perhubungan, supaya kapal-kapal yang memang tenggelam harus segera diangkat supaya tidak menganggu,” jelasnya.

Pengangkatan ini akan dilakukan oleh TNI AL melalui Komando Penyelamatan Bawah Air yang bisa membantu mengangkat kapal tersebut dan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan.

2. Sediakan kelengkapan peta elektronik kelautan untuk mempermudah memahami alur pelayaran

Antisipasi Kecelakaan di Laut, Masyarakat Harus Update Peta HidrografiPencarian KMP Yunicee hari keempat di Selat Bali, Jumat (2/7/2021). (Dok.IDN Times/Tangkapan layar)

Pushidrosal akan mengimplementasikan peta laut masa depan yaitu S-100 yang direncanakan beroperasi pada tahun 2025. Implementasi ini merupakan kesepakatan yang dicapai dalam kegiatan HSSC belum lama ini, yakni kapal-kapal dari seluruh dunia harus mematuhi aturan di dalam peta canggih tersebut. Terlebih Indonesia tidak akan menggunakan peta kertas lagi dalam dunia pelayaran.

Hal ini ia tegaskan kembali saat memperingati Hari Hidrografi Dunia dalam seminar yang bertema Hydrography - Contributing to the United Nations Ocean Decade pada Kamis (9/6/2022) di Kuta, Kabupaten Badung. Melalui peta, hidrografi berperan dalam penyediaan data hidrospasial guna menjamin keselamatan pelayaran di seluruh perairan Indonesia, dan kontribusi di tingkat regional maupun internasional. Peta yang dimaksud juga untuk mempersingkat waktu perjalanan, yakni dengan menghitung rute yang terpendek dengan menggunakan peta.

“Kita sekarang mengacu kepada peta elektronik. Sehingga demikianlah bagaimana hidrografi itu dilihat dari kacamata kehidupan yang berkelanjutan. Ke depan itu dilihat untuk bisa mensejahterakan masyarakat, terutama dalam hal sustainable dari kehidupan yang sehat,” terangnya.

3. Masyarakat harus update KNBP Indonesia setiap minggu

Antisipasi Kecelakaan di Laut, Masyarakat Harus Update Peta HidrografiTim SAR Gabungan dalam pencarian korban KM Yunicee di Perairan Gilimanuk atau Selat Bali. (Dok.IDN Times/Lanal Denpasar)

Laksdya TNI Nurhidayat saat ditanya terkait kecelakaan laut, mengungkapkan bahwa faktor kelalaian manusia sangat berpengaruh dalam situasi ini. Hal ini berlaku baik di darat maupun di laut.

Selain itu ia menekankan bahwa masyarakat harus rajin dan terus memperbaharui peta Koreksi Navigasi Berita Pelaut (KNBP) Indonesia yang merupakan hasil sinergi Pushidrosal dengan Kementerian Perhubungan. Koreksi Navigasi ini dikeluarkan setiap minggu dengan pertimbangan laut Indonesia selalu mengalami perubahan. Menurutnya masyarakat yang berlayar tanpa pengetahuan ini, akan menghadapi kendala pelayaran.

“Peta di Indonesia itu harus selalu diupdate. Walaupun update yang pertama sah. Jadi misalnya kami bikin peta kemudian serahkan kepada masyarakat itu sah. Ada kedalaman di situ, kemudian ada kedangkalan. Kemudian kami sampaikan kepada Kementerian Perhubungan, ini lho sebaiknya di sini, sebaiknya diberi rambu warnanya ini, rambu ini, rambu ini. Sehingga nanti kapal akan lewat situ,” jelasnya.

Misalnya dalam suatu perjalanan pelayaran, maka peta KNBP menunjukkan adanya koreksi alur perjalanan. Kapal tersebut harus mengalihkan alur, dengan disertai memantauan kondisi di seputar lokasi.

4. Banyak permasalahan di laut dibandingkan dengan di darat

Antisipasi Kecelakaan di Laut, Masyarakat Harus Update Peta HidrografiPencarian KMP Yunicee di hari keempat, Jumat (2/7/2021) di Selat Bali. (Dok.IDNTimes/Tangkapan layar)

Sementara itu, terkait permasalahan di selat, terjadi apabila selat itu dengan luasan sempit dan padat. Maka perlu dibuatkan semacam pemisah yang merupakan daerah yang dilarang dilewati dan hanya diperbolehkan anchor.

“Jadi di antara itu supaya tidak terlalu krodit,” terang Laksdya TNI Nurhidayat.

Sementara itu pada selat yang lebar dan tidak dalam, akan menyebabkan kapal-kapal menghindari kondisi tersebut.

“Jadi kalau kapal-kapal yang besar biasanya dia itu punya Lunas (keel) yang dalam. Nah, kalau dilihat di peta harus rigid karena di situ alurnya sempit, kedangkalan. (Risikonya) Bisa kandas,” ungkapnya

Ia menegsakan bahwa banyak permasalahan di laut dibandingkan dengan di darat. Lebih memungkinkan terjadi tabrakan atau kecelakaan dalam lalu lintas laut.

“Kalau tabrakan itu sangat mungkin. Apalagi pelaut yang nggak mau update berita-berita,” jelasnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya